Bab 88

3.9K 221 10
                                    

HAPPY READING

-----

"Setiap perbuatan buruk itu pasti akan menuai akibatnya."

"Gista mana?" todong Ganes pada Magenta yang berjalan dengan tangan  yang masih menggenggam erat Anika.

"Lo tenang aja dia udah aman sama Manggala," jawab Magenta sembari melepas genggamannya.

"Syukurlah kalo Gista nggak papa," ucap Anara yang berada di sebelah Janu. Semenjak mendengar bahwa Gista disikualifikasi sebagai putri sekolah ia jadi uring-uringan sendiri.

"Oh, iya gimana ceritanya sih Gista kok bisa nggak naik ke panggung? Si Anara tadi juga dikunciin di kelas. Jangan-jangan ini emang udah direncanakan lagi?" Janu bersuara membuat semua fokus kini teralih padanya.

Anika. Satu-satunya saksi mata atas kejadian di toilet tadi langsung menyambungnya, "Iya, Kak Janu. Ini semua emang ulah Kak Bianca."

"Dia juga yang udah nyuruh Kak Sisy sama Kak Cerly ngunciin Kak Gista di toilet sampe diuyur pake air. Makanya Kak Gista nggak bisa balik ke lapangan dan naik ke panggung," jelas Anika.

Magenta memiringkan wajahnya menatap penuh pada Anika. "Kok lo tahu?"

"Lo juga dikunciin di sana?" simpulnya bernada emosi.

Anika menggeleng. "Enggak, Kak. Aku tadi emang sengaja nungguin Kak Gista di bilik sebelah pas aku denger kalau Kak Bianca nyuruh mereka buat ngerjain Kak Gista biar gak balik lagi."

Gadis berambut panjang itu pun menceritakan semua kejadian di toilet tadi.

Anika yang masih berada di dalam salah satu bilik toilet menjamakan pendengarannya kala samar-samar telinganya menangkap suara beberapa orang perempuan yang menyebut nama Gista.

"Pokoknya gue nggak mau tahu. Kalian harus bisa cegah Gista balik ke lapangan biar didiskualifikasi sama panitia. Gista harus gagal jadi putri sekolah," ucap seorang perempuan yang Anika tebak itu adalah Bianca.

Menempelkan kepalanya ke pintu Anika kembali menguping.

"Tapi, gimana caranya, Bi?" tanya seorang perempuan yang sepertinya Sisy, teman Bianca.

"Kunciin dia di bilik toilet dan pastiin dia nggak bakal balik lagi ke lapangan."

Suara seorang perempuan lain kembali terdengar. Dari suaranya Anika mengenalinya sebagai suara dari Cerly.

"Lah, emang Gista mau ke toilet? Kalau enggak gimana?"

Terdengar lagi sebuah tawa mengejek di luar sana. "Kalian tenang aja. Gue udah suruh orang buat pura-pura jadi fans Gista dan ngasih minuman boba yang udah gue campur sama obat sakit perut."

"Sebelum acaranya di mulai obat itu pasti akan bereaksi. Otomatis Gista akan ke toilet dan saat itu kalian harus segera bertindak. Kunciin Gista dari luar dan tungguin dia sampe namanya dipanggil. Pastiin nggak orang lain yang masuk ke bilik ini," jelas Bianca.

"Soal Anara biar gue yang urus. Gue pastiin dia nggak bakalan bisa cariin Gista."

"Soal bayaran kalian udah gue transfer. Tugas kalian sekarang cuman tungguin Gista masuk ke toilet. Oh iya, angan sampe ada orang lain yang gunain toilet ini."

"Hahahha... Gista lo bakalan hancurr. Lo bakal hancur, Gis! Manggala itu cuman punya gue. Bianca Yolanda Arabella seorang," ucap Bianca tertawa penuh kemenangan tanpa tahu di dalam sebuah bilik yang ada di sana ada Anika yang mendengar semua percakapannya.

GISTARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang