Bab 46

3K 234 48
                                    

Jangan lupa follow dulu ya sebelum membaca.

Follow juga akun :
Ig : @nis_liha
@wattpadnisliha

Tiktok : wattpadnisliha

-----

"Gue nggak mudah percaya sama orang. Jadi, jangan main-main sama kepercayaan gue."

~Tanwira Danapati

Derum motor vespa Manggala sudah tidak lagi terdengar. Gista berbalik menuju ketiga orang yang sedari tadi memerhatikannya di teras.

"Kalian pacaran?" tanya Wira tiba-tiba dengan kedua tangan bersidekap. Rautnya nampak tak bersahabat dan tapannya begitu dingin.

Gista spontan menggeleng. "Enggak. Kita cuman temanan."

Cowok jangkung berpakaian serba hitam itu mencekal pergelangan tangan Gista yang hendak melangkah menuju Wina dan Revan.

"Ikut gue sebentar! Gue mau bicara."

Mengabaikan panggilan dari mamanya, Wira menyeret Gista menuju halaman samping. Sesampainya di sana gadis berkuncir kuda itu menyentak tangan Wira.

"Lo kenapa sih, Bang? Narik-narik gue kayak gini?"

Wira menyorot Gista dengan tatapan tajamnya. "Lo tahu nggak ini udah jam berapa?"

Gista tidak menjawab. Dia memerhatikan raut wajah Wira yang begitu datar dan mengerikan. Kedua mata elang cowok itu menatapnya penuh intimidasi. Rahang cowok itu juga terlihat mengeras.

"Udah jam sepuluh, Gis. Dan harusnya lo tahu betapa bahayanya anak gadis pulang jam segini."

"Apalagi lo keluar bareng cowok," lanjut Wira dengan suara beratnya.

"Lo bilang semua cowok itu berengsek. Semua cowok itu bajingan, bangsat, belang. Tapi, lo malah kekuar sama cowok sampe jam segini!" bentak Wira dengan deru napasnya yang memburu.

"Kalo dia ngapa-ngapain lo gimana?!"

"Tapi, Manggala itu beda, Bang. Dia baik," ucap Gista entah kenapa ia jadi membela Manggala.

Dia bingung karena Wira tiba-tiba bersikap aneh padanya seperti ini. Biasanya cowok itu cuek dan tidak peduli dengan apapun yang ia lakukan. Kenapa sekarang dia seakan-akan menunjukkan kecemasannya?

"Dia buat Gista buka mata kalau nggak semua laki-laki itu kayak apa yang Gista pikirin. Manggala udah buktiin ke Gista kalau nggak semua laki-laki itu sama."

Iya, gadis itu sudah membuka matanya. Bersama Manggala akhir-akhir ini membuat ia mengerti jika ia tidak bisa menyamaratakan bahwa semua laki-laki itu sama. Mereka berbeda ayah, berbeda ibu dan juga lingkungan. Yang pastinya pembentukan karakter pada diri mereka masing-masing iru akan berbeda.

Wira terdiam. Dia menatap Gista dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

"Manggala itu cowok baik. Dia anak Balapati. Enggak mungkin dia berani macam-macam sama gue yang notabene anak pendiri Balapati, Bang."

GISTARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang