Bab 74

3.2K 227 92
                                    

Jangan lupa follow dulu ya sebelum membaca.

Follow juga akun :
Ig : @nis_liha
@wattpadnisliha

Tiktok : wattpadnisliha

-----

"Karena lo sama dia itu ibarat pembaca sama tokoh fiksi. Selamanya nggak akan pernah bisa bersatu."

~Gistara Arabika

Suara derum motor yang mengawal sebuah mobil berwarna merah mengalihkan perhatian semua murid Cantaka. Beberapa anggota Balapati pagi ini mengawal ketua mereka berangkat sekolah. Tampak rombongan cowok berkajet Balapati itu kini serempak memarkirkan motornya di tempat parkir khusus motor.

Satu sekolahan memang sudah tahu kalau Gistara Arabhita itu adalah seorang ketua Balapati yang selama ini menyembunyikan identitasnya. Mengetahui hal itu membuat murid Cantaka tidak ada yang berani mencari gara-gara dengannya. Entah, itu sekadar mengoloknya soal Kanaya ataupun menggodanya. Semua mencari aman.

Brak!

Bunyi pintu yang dibanting dengan keras diikuti langkah santai cewek berambut sebahu itu masih menjadi atensi semua orang. Gista berjalan santai melewati lapangan dengan rombongan beberapa inti Balapati dan juga anggotanya yang lain di belakangnya.

Dengan ransel yang ditumpukan pada sebelah bahunya saja, gadis itu berjalan santai sambil mengikat rambutnya menggunakan karet gelang hitam. Karet pemberian Manggala untuk mengikat rambutnya yang berantakan usai ia mengamuk pada Bianca dan ditenangkan oleh Magenta kala itu. Karet yang saat pertempuran malam itu ia jadikan gelang.

Para siswi Cantaka histeris kala rombongan itu memadati lorong sekolah. Benar-benar seperti rombongan para mafia. Hanya saja kali ini pemimpinnya seorang perempuan.

Mata elang Gista yang fokus ke depan, langkahnya yang mengayun santai, juga tangannya yang masih mengikat rambut, sementara mulutnya tersumpal permen kaki. Semua itu membuat Gista tampak seperti cewek badas.

Ditambah di tepat sebelah gadis itu terdapat Ganes yang meski wajahnya masih terdapat lebam. Namun, mampu membuat para fans-nya jejeritan. Karena cowok itu saat ini tengah mengenakan masker hitam.

"AAA! ITU GANES BABAK BELUR AJA MASIH CAKEP! GILA!"

"Woylah itu Gista damage-nya nggak ada obat!" ujar salah seorang cowok yang tengah ter Gista-Gista.

Di belakang keduanya ada Kaivan si mata sipit yang kini sibuk melambaikan tangannya pada para ciwi Cantaka. Juga Janu yang mengedipkan matanya genit sambil memberi flying kiss pada mereka yang meneriakinya.

"SARANGHEYOOO OPPA KAIIII!"

"Aaaaa! Gue mau meninggoy dikedipin si Janu!"

Dan yang paling keras sorakannya adalah untuk seorang cowok yang kini berjalan dengan kedua tangan yang tenggelam di saku celana yang tanpa pendamping di sebelahnya.

Magenta berjalan santai sambil mengunyah permen karet. Jika biasanya kemana-mana ia selalu berdampingan dengan Manggala. Kali ini ia berjalan sendiri di belakang Janu dan Kaivan. Karena Manggala masih dalam tahap pemulihan dan belum bisa masuk sekolah.

"Ya Allah, Ge. Lo makan apa sih kok bisa ganteng banget," celetuk salah seorang siswi.

"Ya ampun! Ganteng banget warna kesukaan gueee! MAGENTAAA!"

"GE, AKU PADAMU, SAYANG!"

"Satu tambah satu sama dengan dua. I love you MAGENTA!"

"GE, SAYANG. WAJAHMU BIKIN TERNGIANG-NGIANG!"

GISTARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang