Ig : @nis_liha
@wattpadnislihaHAPPY READING!
-----
"Perempuan itu memang kodratnya dikejar, tapi bukan berarti laki-laki harus mengorbankan harga dirinya demi mengejarnya. Ada saatnya berjuang dan ada saatnya sadar diri."
~Gistara Arabhita
"Awshh... "
Sayup-sayup suara rintihan itu mengusik ketenangan Gista yang tengah menyuapi mamanya di dekat kolam renang untuk makan malam. Gista memiringkan kepala dan menajamkan telinga, memastikan bahwa suara rintihan yang ia dengar itu bukan hanya halusinasinya saja. Pasalnya ini baru setengah tujuh. Masa iya hantu penghuni rumah Revan sudah berkeliaran.
Prang
Suara benda pecah dari arah ruang tengah yang terhubung dengan kolam renang yang berada di samping rumah membuat gadis itu terlonjak dan nyaris menjatuhkan mangkuk berisi bubur kacang hijau yang dipegangnya.
"Sebentar ya, Ma. Gista cek ke dalam dulu," pamit gadis berambut cepol itu meletakkan mangkuk ke atas meja yang berada di tepi kolam dan meninggalkan mamanya sendirian di sana.
Berlari ke ruang tengah mata elang gadis itu melebar melihat pemandangan di depannya.
"Ganes!" pekiknya terkejut melihat Ganes berjalan sambil berpegangan pada tembok dengan banyak pecahan vas bunga di bawahnya. Pupilnya melebar melihat ada darah yang berceceran di lantai. Darah itu berasal dari kaki telanjang Ganes yang sepertinya tidak sengaja menginjak pecahan vas bunga.
"Lo kenapa?"
Gadis itu segera memapah tubuh Ganes dan membawanya untuk duduk di sofa.
"Lo sakit?" tanya Gista yang dijawab anggukan lemah oleh Ganes.
Cowok itu memejamkan mata dan menyadarkan kepalanya di punggung sofa. Tubuhnya menggigil dan tangannya sudah basah oleh keringat dingin.
"Telponin Papa sama Mama, Gis. Gue udah nggak kuat. Pusing banget. Meriang," rintihnya sambil merapatkan jaket ke tubuhnya.
Gista langsung mengambil ponsel yang cowok itu serahkan padanya. Tangannya dengan gesit menggulir layar ponsel mahal itu untuk melakukan panggilan telepon dengan Wina, tantenya.
Kebetulan hari ini Wina dan Revan sedang tidak berada di rumah. Mereka tengah menghadiri pernikahan putri rekan bisnisnya sejak siang tadi.
"Halo, Ganes. Ada apa?" ucap suara di seberang sana.
"Ini Gista, Tante."
"Iya, ada apa, Nak? Mama kamu kenapa?" Terdengar nada panik dari seberang sana.
"Ini Om sama Tante udah di jalan kok. Kamu tenang aja. Jangan panik!"
"Mama enggak apa-apa, Tante. Ganes yang sakit. Dia demam," adu Gista sambil melirik Ganes yang tampak pucat dengan keringat dingin yang mengucur di kedua pelipisnya.
"Apa? Ganes demam? Oke. Om sama Tante langsung pulang ke rumah sekarang."
Begitu panggilan terputus. Gista melebarkan matanya. Jantungnya berdegup cepat seakan baru tersengat listrik. Meletakkan ponsel mahal milik Ganes secara kasar ke atas meja, Gista berlari menuju kolam renang.
"Mama!" teriaknya.
Gadis itu menghela napas lega melihat mamanya masih berada di kursi roda menatap kolam dengan pandangan kosong. Dia sangat khawatir jika sampai mamanya melakukan hal di luar kendalinya yang akan membahayakan dirinya sendiri. Terlebih ia sudah dengan ceroboh meninggalkan mamanya di tepi kolam. Kalau sampai terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan Gista tidak akan memaafkan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
GISTARA (END)
Teen FictionKejadian yang menimpa kakaknya membuat Gistara Arabhita membenci cowok. Dia menganggap semua cowok itu sama, yakni tiga B yang berarti belang, bejat, dan berbahaya. Akan tetapi, Gista yang membenci cowok terpaksa harus terus berurusan dengan Mangga...