Bab 27

3.3K 237 19
                                    

Ig : @nis_liha
@wattpadnisliha

HAPPY READING!
JANGAN LUPA VOTE AND COMENT

-----

"Orang yang sudah meninggal itu tidak akan tenang jika yang ditinggalkan masih belum merelakan. Yang mereka mau itu bukan air mata kesedihan sebagai tanda rasa sayang yang teramat besar. Tetapi, yang mereka harapkan adalah doa supaya mereka tenang di alam sana."

~Revan Mahaprana

"Kenapa Om Revan jahat sama Kak Naya? Apa salah Kak Naya sama Om?"

Mata elang itu terus menitikkan air. Pertahanannya rubuh. Dadanya sesak. Orang yang selama ini sudah ia anggap sebagai ayah. Ternyata malah sebejat ini.

Revan menghela napas berat. Seperti dugaannya selama ini. Gista pasti akan mencari tahu siapa pelaku itu sekalipun dia melarangnya. Namun, Revan tidak sampai berpikir kalau Gista malah akan menuduh dirinya sebagai pelaku pemerkosaan itu.

"Gista dengerin Om dulu." Tangan Revan terulur meraih kedua pundak Gista yang langsung ditepis kasar oleh cewek berkuncir kuda itu.

"Jangan pernah sentuh saya dengan tangan Om yang menjijikkan itu!" sentak Gista seraya menunjuk Revan dengan telunjuknya.

Kesopanan dan rasa hormat Gista untuk Revan telah meluap begitu saja malam ini. Yang tersisa hanyalah amarah, kekecewaan, dan dendam yang begitu mendalam.

"Gista!" tegur Ganes karena baginya Gista sudah keterlaluan. Biar bagaimana pun juga Revan itu adalah pamannya. Tidak pantas Gista berbicara seperti itu pada Revan.

"Kenapa? Lo mau belain bokap lo, Nes?"

"Bukan gitu, Gis. Tapi, lo itu salah. Lo nggak pantes ngomong kayak gitu ke Papa."

"Dia itu udah memperkosa kakak gue!"

"Enggak, Gis!" bentak Ganes membuat Gista terdiam. Untuk pertama kalinya ia mendapat bentakan seperti itu dari Ganes.

Gista menggeleng. Ia tidak percaya jika Ganes yang selama ini menyayanginya. Memperlakukannya layaknya ratu. Kini membentaknya seperti ini.

"Oh, iya dia bokap lo makanya lo belain dia." Tatapan sendu penuh kekecewaan Gista berikan pada Ganes. Rasa kecewanya bertambah berkali lipat saat ini.

Cowok berjaket balapati itu mendesah frustasi. "Bukan bokap gue yang udah ngelakuin itu ke kakak lo," lirihnya.

Netra Gista langsung membidik manik mata hitam legam Ganes. Apa maksud Ganes berbicara seperti itu? Apa ia tahu sesuatu? Atau laki-laki itu hanya ingin membela ayahnya saja.

"Gue yakin, Gis. Bukan bokap gue pelakunya. Gue tahu kalau Papa itu sangat menyayangi lo sama Kanaya. Sama seperti dia menyayangi gue dan Bang Ganes." Ganes berujar pelan. Ia tidak mau sampai terpancing emosi lagi sehingga kelepasan membentak Gista seperti tadi. Ganes paling tidak bisa melihat Gista mentapnya dengan tatapan sendu seperti itu.

"Jadi, nggak mungkin kalau Papa yang ngelakuin itu semua, Gis."

Gista bergeming. Tangannya meremas   ujung hoodie abu-abu yang ia kenakan dengan pandangan kosong.

"Kamu salah paham, Gista," ujar Revan akhirnya. Menyadarkan Gista dari lamunannya. Ia sudah tidak tahan dengan keadaan seperti ini. Ia tidak mau Gista akan terus salah paham kepadanya jika ia tidak berbicara.

"Salah paham?" beo Mahen yang sedari tadi hanya diam.

Revan mengangguk. Lelaki parubaya itu mengehela napas. "Bukan Om pelakunya."

GISTARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang