Bab 76

2.9K 228 54
                                    

Jangan lupa follow dulu ya sebelum membaca.

Follow juga akun :
Ig : @nis_liha
@wattpadnisliha

Tiktok : wattpadnisliha

WARNING!
BOLEH DI SKIP APABILA TIDAK KUAT MEMBACA
DIMOHON PULA UNTUK MEMPERSIAPKAN DIRI SEBAIK MUNGKIN SEBELUM MEMBACA PART INI

BUAT YANG NGEYEL TETAP BACA PART INI PENULIS TIDAK MENANGGUNG SEGALA BENTUK RESIKO YANG ADA.

OKE. SELAMAT MEMBACA
SEMOGA MATA KALIAN AMAN SENTOSA

-----
"Tidak akan ada yang sanggup kehilangan. Sekalipun ia mengerti setiap insan itu milik Tuhan."

Perasaan cemas dan tidak nyaman membawa Gista pada pelataran rumah Revan yang tampak ramai. Banyak anggota Balapati juga di sana.

Gista turun dari motor vespa Manggala dengan gamang. Sedari tadi perasaannya sudah tak enak sejak Manggala tiba-tiba mengajaknya pulang tanpa memberi tahu ada apa.

Cowok yang mengenakan jaket Balapati itu juga tidak berbicara sepanjang jalan. Hanya memintanya berpegangan. Setelah itu, Manggala menyetir motor dengan sebelah tangan karena tangan kirinya yang dingin menggenggam tangan Gista yang melingkar di perut cowok itu tanpa melepasnya sampai setibanya di rumah Revan.

Gista pun juga tidak menolak genggaman itu. Dia malah mengeratkan pegangannya. Wajah dengan mata elangnya yang berkaca-kaca juga ia sembunyikan di punggung tegap cowok itu. Gista merasa ada sesuatu besar yang akan terjadi padanya.

Mata elang yang masih berkaca-kaca itu berpencar. Dadanya bergemuruh hebat. Dia merasakan tangan dingin Manggala yang menggenggamnya, lagi. Seolah ingin memberikan kekuatan.

Kaki Gista terasa kaku untuk melangkah. Gista takut. Ia takut jika masuk ke dalam nanti ia justru mendapati hal yang tak diinginkannya.

"Gal," lirih Gista mulai menitikkan air mata. Tangannya meremas kuat tangan Manggala yang menggenggamnya.

Mata elangnya yang mendung dan menurunkan hujan bertemu dengan sebuah benda berwarna kuning yang diapasang di depan rumah Revan. Bendera yang tidak akan pernah disukai oleh siapapun manusia di dunia ini. Bendera yang melambangkan kepergian.

Gista menggeleng. Berusaha menepis pikiran-pikiran buruk yang mulai menguasainya.

"Gal," lirihnya sekali lagi dengan suara parau.

Gista mendongak. Mendapati mata elang Manggala yang memerah dan berkaca. Sayup-sayup ia juga mendengar suara orang mengaji yasin dari dalam sana. Yang seolah ingin memberi tahu bahwa apa yang ada di pikiran Gista saat ini benar.

Cewek itu pun melangkah pelan menuju pintu utama rumah Revan. Setiap langkah yang ia ambil seolah tak berasa. Semua tampak tak nyata baginya.

Berdiri di ambang pintu yang terbuka  lebar. Gista disuguhi pemandangan yang sedari tadi berusaha ia tepis kebenarannya. Namun, kini benar-benar nyata di depan matanya.

Sesosok dengan tubuh yang terbujur kaku dengan kain jarik yang menutupi tubuhnya dan kain putih transapran yang menutup wajahnya tengah dikelilingi oleh orang-orang yang kini tengah membaca yasin. Revan, Wina, dan Ganes tampak menangis di sisi sosok tersebut.

GISTARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang