Chapter 1822 - Pembantaian sebagai Latihan

6 3 1
                                    

Shinobu melihat Shinichi yang sedang berlutut di atas tanah selagi menyentuh daratan, ia terus bernafas tanpa kendali dengan ekspresi yang terlihat cemas dan ketakutan.
 
Tubuhnya mulai berkeringat bahkan seluruh kekuatan di dalam tubuhnya menghilang seketika sampai Shinobu tidak bisa mengetahui Shinichi itu ada atau tidak jika dia tak melihatnya berlutut seperti itu.

"Shinichi...!" Shinobu langsung muncul tepat di sebelahnya lalu ia melepaskan satu cahaya pada dadanya yang sudah tercampur kekuatan Golden Sunshine.

Tetapi pernafasan Shinichi yang begitu cepat tak bisa berhenti sama sekali bahkan ia terlihat sangat ketakutan hingga dirinya sempat terjatuh di atas tanah dengan kondisi pingsan.

Shinobu ikut panik juga ketika melihat anaknya bersikap aneh seperti itu, ia mulai mengangkat tubuh Shinichi secepat mungkin lalu muncul tepat di hadapan Sakti.

Sakti yang sedang menikmati secangkir teh dengan Zoiru langsung dikejutkan olehnya yang muncul tepat di atas meja hingga menghancurkannya.

"Sakti, darurat...!"

...

...

Shinichi membuka kedua matanya lalu ia menatap kedua tapaknya yang masih terlihat utuh, "Ugh... kenapa bisa kebiasaanku muncul lagi seperti---"

Shinichi langsung terdiam ketika melihat banyak sekali kehancuran di hadapannya dimana ia langsung membeku di tempat sampai tak bisa melakukan pergerakan apapun setelahnya.

"Salah satu mimpi yang tidak bisa dianggap baik sepertinya..." Perasaannya mulai kembali terkendali dengan normal.

Hanya saja tubuhnya masih berkeringat, ia mulai melesat maju ke depan hanya untuk menerima sambutan dari dua orang yang terlihat sangat misterius.

"... ..."

Shinichi mulai mengingat apa yang Shinobu katakan sejak itu bahwa dirinya memang tidak akan pernah bisa tidur.

Hanya saja jika ia tertidur lalu disambut dengan mimpi bagaikan kenyataan maka hal tersebut bisa saja terhitung sebagai sebuah pertanda untuk ke depannya.

Shinichi langsung menembak kedua makhluk misterius itu sampai mereka berubah menjadi kegelapan yang memenuhi ruangan.

Semuanya mulai berubah menjadi wilayah yang terkesan cukup tak asing bagi Shinichi yang langsung mengerutkan dahinya kesal.

Lama kelamaan dia merasa muak karena harus merasakan mimpi yang aneh berkali-kali, tak lama kemudian ia menerima satu tembakan yang menghempas dirinya ke belakang.

Shinichi langsung terjatuh di atas tanah sampai ia mulai batuk-batuk karena dapat merasakan kesakitan dari terjatuh dari langit yang entah berapa jumlahnya.

Dengan cepat Shinichi langsung memunculkan aura pada tubuhnya yang berefek sangat menyakitkan untuk hatinya sendiri hingga ia langsung melepaskan pernafasan yang tak bisa dikendalikan.

"Andai saja kau menerima kenyataan yang memang harus terjadi, mungkin saja semua ini takkan pernah bisa terjadi."

Shinichi langsung membuka kedua matanya sampai ia dikejutkan dengan Sakti yang sedang menusuk keningnya hingga membuat dirinya bangun sampai wajahnya menabrak Sakti.

"Heuncet...!" Sakti langsung terdorong ke belakang selagi menyentuh wajahnya sendiri yang terasa kesakitan.

"Shinichi...!" Shinobu langsung memegang kedua tangan anaknya dengan sangat erat demi bisa memenangkan dirinya.

Tetapi ia dapat melihat Shinichi yang mulai menurunkan suara pernafasan cepatnya dimana dirinya langsung melihat-lihat sekeliling yang begitu hening.

Yuusuatouri: Boundless VTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang