Shinichi membuka kedua matanya pelan-pelan dimana ia sontak kaget ketika penglihatannya tak mampu melihat apapun kecuali kegelapan yang terasa begitu nyata.
Tetapi ia langsung menyadari suatu yang sedang dihadapi olehnya saat ini dimana wajahnya telah tertutup oleh dada Koizumi.
Pelukannya dapat ia rasakan bahkan setelahnya dirinya langsung menerima sambutan darinya, "Selamat pagi."
"Koizumi..."
"Aku tahu kamu ini memang bisa dipercaya karena sudah membawa diriku ke atas kasur."
"Namun, aku tak menyangka kau akan tidur di sebelahku sampai bersikap layaknya seperti orang yang tak berdosa sama sekali."
"Maaf."
"Tak perlu meminta maaf."
"Kau sudah melakukan sesuatu padaku kemarin, dan sekarang aku ingin membalasnya."
"Koizumi, aku tak bisa melihat apapun..."
"Bukannya ini yang kau sukai sebagai hadiah ketika dirimu mau berlatih denganku?"
"Yang sebenarnya kuinginkan adalah wajah cantikmu ketika menyambut diriku dengan selamat pagi."
"... ...!" Koizumi sontak kaget ketika mendengarnya bahkan ia langsung menepuk pelan kepalanya itu.
"Aneh sekali kau ini... padahal aku tidak secantik yang kau pikirkan."
"Tidak, kau sangat cantik, Koizumi."
"Itulah kenapa aku ingin melihat wajahmu."
"Baiklah, lakukan sesukamu." Koizumi berhenti memeluknya lalu Shinichi melirik ke atas dimana pandangan mereka saling bertemu.
"... ...!" Shinichi langsung tersipu ketika ia bisa melihat wajah Koizumi sedekat itu.
Walaupun tidak memperlihatkan ekspresi lembut, keseriusannya itu adalah nilai plus yang membuat dirinya cantik sampai Shinichi tak bisa bertahan terlalu lama.
Ia melirik ke arah lain tetapi Koizumi langsung menyentuh pipinya, "Tidak boleh. Aku sudah bilang padamu untuk tidak menatap ke arah lain kecuali diriku."
"Tetapi kau sangat cantik, Koizumi... aku tak bisa menahannya..."
"Itu adalah tantangan bagimu. Ini juga terhitung sebagai latihan."
"Jika kau berhasil maka hadiah baru menunggu dirimu."
Shinichi langsung menatap Koizumi dengan tatapan yang serius, "Hm, bagus. Seperti itu lebih mudah."
Kedua mereka terus bertatapan selagi berbaring bersebelahan, dan keduanya sama-sama merasakan sesuatu yang begitu aneh di dalam diri mereka yaitu perasaan malu.
"Matamu itu mengingatkan diriku pada Shinobu..."
"Karena aku adalah putra kebanggaannya..."
Shinichi mulai menelan ludahnya sendiri, "Gawat... kita berbaring sangat detak, jaraknya saja sudah cukup membahayakan kesabaran diriku."
"Jika salah satu dari kita mencoba untuk mendekat maka bibir kita akan saling bertemu lagi."
"Ditambah lagi mataku terus melirik pada wajah cantiknya itu yang terlihat tenang sekaligus serta bibirnya yang begitu merah muda."
"... ...!!!" Shinichi memejamkan kedua matanya lalu ia menatap dirinya kembali.
Tangannya langsung memegang erat lengan Koizumi sampai ia langsung memasang tatapan bingung, "Koizumi!!! Aku ingin---"
Terdengar suara ketukan pintu yang langsung mengejutkan mereka berdua dimana Koizumi mulai menghalangi tubuh Shinichi dengan selimut.
"Koizumi, kamu sudah bangun?" Tanya Konomi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Boundless V
FantasyVolume Terakhir dari Yuusuatouri [Baca chapter pertama di Mangatoon]