Syifa sudah bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Gitar, lengkap dengan tasnya sudah menempel di punggung. Syifa berpamitan pada kedua orang tua Rindu dan sahabatnya itu.
"Aku pulang dulu ya tan, om".
" Iya. Hati-hati. Kapan-kapan main ke sini lagi". Syifa mengiyakan.
" Rindu nganterin Syifa sampai depan ya pa, ma". Kedua orang tua Rindu mengangguk.
"Kesusahan enggak basa gitarnya? " Pertanyaan ini sudah Syifa dengar puluhan kali. Entah itu papa, Mama serta Rindu sendiri.
"Enggak. Aman kok ini".
" Hmm oke. Inget ya jangan ngebut. Elo mau kebiasaan kalau naik motor ngebut. Ngeri gue".
"Iya mak. Do'ain gue selamat sampai rumah tanpa kurang satu apapun".
" Always sister. Take care ya".
"Iya. Aku jalan dulu. Assalamu'alaikum". Syifa melambaikan tangannya sambil menjalankan motor secara perlahan.
Syifa sedikit terlambat sampai di rumah. Sekarang sudah menunjukkan pukul 21.00. Waktu tempuh yang biasanya hanya 6 jam berubah lebih lama lantaran ada musibah di jalan. Syukurnya bukan Syifa yang mengalami tapi ia ikut merasakan dampaknya. Tadi di jalan ada kecelakaan yang mengakibatkan jalanan macet parah.
Sampai rumah, Syifa di sambut oleh kedua orang tuanya serta adiknya, Abi.
Setelah turun dari motor dan mengucapkan salam, Syifa mencium punggung tangan ayah dan ibunya."Langsung mandi ya. Udah makan belum?"
"Udah bu".
Tadi Syifa sudah memberitahu ayah dan ibunya bahwa ia akan datang terlambat karena ada masalah di jalan."Gitarnya kasih ke Abi. Kita masuk yuk". Syifa memberikan gitar pada Abi. Abi tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Tak lupa anak remaja itu memeluk teteh nya.
" Syifa masukin motor dulu bu "
"Biar ayah yang masukin". Jawab Ayah Syifa.
Syifa di rangkul oleh ibunya masuk ke dalam rumah.
" Ini apa teh? " Tanya ayah Syifa saat melihat paper bag berukuran besar di depan motornya.
"Ohh itu dari mamanya Rindu. Sini yah. Biar Syifa yang bawa masuk".
"Biar ayah aja yang bawa. Kamu masuk mandi". Syifa mengangguk.
"Itu isinya apa teh? " Tanya ibu Syifa saat mereka kembali berjalan.
"Nggak tahu. Teteh di suruh bawa. Ya udah di bawa aja".
"Haduh ibu jadi nggak enak deh. Tadi kamu ke sana nggak bawa apa-apa eh pas pulang di bawain bingkisan".
" Udahlah bu. Santai aja. Kapan-kapan kalau ada waktu buat ke sana lagi, kita bawain deh sesuatu buat mereka ".
🌞🌞🌞
Pagi harinya Syifa sudah bersiap untuk ke sekolah. Jujur saya badannya masih sangat lelah karena perjalanan panjang kemarin tapi mau bagaimana lagi. Mengajar adalah kewajibannya. Tugasnya harus di lakukan. Ia tidak boleh lalai dan menyia-nyiakan pekerjaan yang sudah di dapatkannya.
Saat penampilannya sudah ready, Syifa keluar dari kamar untuk sarapan bersama.
" Nggak capek teh langsung ngajar hari ini". Tanya bu Titin, ibu Syifa.
"Capek pasti tapi teteh harus tetap profesional".
" Jangan di paksain. Kalau memang kamu capek. Istirahat aja. Izin barang sehari nggak masalah kan?".
"Enggak deh bu. InsyaAllah teteh kuat kok".
"Kalau memang mau kamu begitu, ibu nggak bisa maksa. Tapi inget ya pesan ibu. Keputusan yang sudah di ambil harus kamu pertanggung jawabkan. Sekarang kamu makan yang banyak supaya kuat".
" Oke".
Disaat Syifa dan yang lainnya sedang makan, terdengar suara motor masuk ke pekarangan rumah mereka.
"Abi, tolong ke depan. Lihat di depan ada siapa". Perintah Harun, ayah Syifa.
" Iya yah". Abi beranjak untuk menuruti perintah ayahnya.
"Siapa yah yang bertamu pagi-pagi seperti ini? "
"Ayah juga nggak tahu bu".
" Teh, di depan ada a' Edo ".
Uhuk... Uhuk...
Syifa yang sedang mengunyah makanan, tiba-tiba tersedak karena perkataan Abi.
" Minum teh. Pelan-pelan atuh makannya". Bu Titin memberikan satu gelas berisi air putih pada putrinya. Syifa menerima dan langsung meminumnya.
"Kamu ngotot tetap mau kerja karena udah janjian ya berangkat bareng sama Edo? ".
Gluk....
Syifa buru-buru menelan minuman yang ada di dalam mulutnya. Untungnya ia masih sadar dan tidak menyemburkan air itu kala mendengar perkataan ibunya.
"Enggak bu. Beneran enggak".
" Ihh teteh janjian sama a' Edo? Ciee... Kemarin aja bilangnya nggak suka. Eh taunya uhuyy.... ". Abi menggoda Syifa membuat nafsu makan gadis itu langsung hilang.
" Nggak usah ngaco kamu. Palingan pak Edo nyariin ayah atau ibu".
"Enggak. Orang a' Edo tadi bilangnya nyari Bunda Asyifa Mutia. Itu nama teteh kan? " Syifa memicing menatap Abi yang menampilkan senyum menggoda dirinya.
"A'a habisin sarapan nya. Teteh juga. Biar ayah yang nemuin Edo di depan".
Setelah menghabisi sarapan nya, Syifa bergegas berangkat sekolah. Rasanya sangat malas untuk lewat ruang tamu. Di sana masih ada Edo yang masih mengobrol dengan ayah Syifa.
Syifa malas jika nanti Edo mengajaknya untuk berangkat bareng. Bukannya Syifa kepedean. Tadi ia mendengar sedikit bahwa tujuan lelaki itu datang ke rumahnya pagi-pagi ya untuk itu. Mengajak Syifa pergi ke sekolah bersama." Teteh ngapain ngintip di sini? ".
" Sttt. Jangan keras-keras kalau ngomong ".
Syifa melongok ke depan. Edo masih berbincang dengan ayahnya. Tidak tahu kan lelaki itu jika ayah Syifa punya kegiatan lain selain mengobrol dengannya. Bertamu sih boleh tapi ya ingat waktu lah. Pikir Syifa." Ayo teh berangkat. Nanti telat. Ini hari senin loh. Ada upacara di sekolah".
"Sabar".
" Ihh sabar terus. Nungguin apa? A' Edo nggak akan pergi kalau teteh nggak keluar. Yakin deh sama aku".
Syifa menatap Abi. Benar juga yang di katakan oleh adiknya ini. Edo nggak akan pergi sebelum Syifa juga pergi.Menghembuskan nafasnya pelan
" Ayo".Syifa melangkah dengan pasti keluar dari persembunyiannya.
"Ayah, Syifa berangkat ya".
" Abi juga yah".
"Abi di anterin ayah ya". Abi mengangguk.
" Teh, ini ada pak Edo. Beliau ada urusan sama teteh". Syifa melirik pada Edo yang menebar senyum padanya.
"Teteh harus langsung berangkat tapi yah. Ini kan hari senin. Ada upacara". Syifa mengikuti perkataan Abi tadi.
" Sebentar aja. Bilangin sama ibu, ayah berangkat ".
Syifa mengangguk. Ia mencium tangan ayahnya." Pak Edo mau ngapain? Bapak ingat kan ini hari Senin. Ada upacara. Guru nggak boleh telat. Kalau sampai guru melakukannya berarti kita memberikan contoh yang tidak baik pada anak-anak ". Ucap Syifa to the point. Ia tidak mau bertele-tele pada lelaki macam pak Edo. Bisa ngelunjak kalau di baik-baikin. Biar saja pak Edo berpikir bahwa Syifa adalah sosok yang tidak baik. Syukur-syukur beliau mundur dan tidak mau mendekatinya lagi.
" Iya neng aku tahu. Kedatangan aku ke sini cuma mau ngajak neng Syifa berangkat bareng. Neng Syifa mau kan. Hehehe". Syifa melirik pada pak Edo yang bersikap malu-malu.
"Pak saya kan udah pernah bilang_".
" Please neng. Sekali aja".
Huft....
"Oke_".
![](https://img.wattpad.com/cover/258612705-288-k621434.jpg)