🌜64🌛

774 81 4
                                    

"Kang, apa mereka beneran di usir sama papa? ".

" Iya. Kenapa adek tanya kayak gitu? " Rama sedang mengompres pipi sang istri yang mendapat tamparan Bunga.

"Ya tanya aja. Kasihan deh kang kalau mereka beneran di usir. Mereka akan tinggal di mana ya? ".

"Itu urusan mereka. Lagipula mereka sudah terlalu lama menginap di sini. Dalam islam, seseorang tidak boleh bertamu lebih dari tiga hari".

" Apa mereka bakal kembali ke Sidney ya kang? " Syifa mengungkapkan dugaannya.

"Emang mereka punya uang buat balik ke sana? Belanja aja minta di bayarin".
Rama masih setia menempelkan alat kompres yang diisi dengan es batu pada pipi Syifa. Tadi pipi putih ini berubah menjadi kemerahan karena kerasnya tamparan yang si berikan Bunga.

" Iya sih. Eh tapi kok akang tau? Adek kan belum cerita".
Syifa memang belum cerita tentang masalah yang terjadi di mall. Kemarin malam saat akan bercerita keburu ia di labrak Bunga.

"Sebelum adek cerita, akang udah tahu duluan".

" Tau darimana? "

"Mata-mata akang kan banyak". Jawab Rama santai.

" Akang nyuruh orang buat mata-matai adek? " Tanya Syifa kaget dan tidak percaya Rama melakukan hal itu.

"Enggak. Mereka sendiri yang dengan sukarela melakukannya".

" Mereka? ".

" Semua orang-orang di rumah ini berubahmenjadi detektif dadakan. Mereka melaporkan semua kegiatan adek ke akang termasuk saat Baron mencoba mendekati adek".
Mata Syifa melotot mendengar ucapan Rama.

"A_akang tau? "

"Iya. Si mbok telpon dan bilang kalau Baron mendekati dan merayu adek di kolam renang" Syifa menantikan kelanjutan ucapan Rama.

"Waktu si mbok bilang, rasanya akang pengen pulang lagi dan menjemput adek. Akang nggak tega kalau ninggalin adek di rumah sendiri. Mama memang pernah bilang akan menjaga adek selama akang pergi tapi mama juga kan punya urusan sendiri. Mama harus menemani papa di waktu-waktu tertentu. Waktu akang bilang ke si mbok kalau akang mau pulang menjemput adek, si mbok bilang nggak usah karena ada si mbok dan para asisten rumah tangga yang akan ikut menjaga adek".

Syifa berpikir, beberapa kali saat momen ia terpaksa berada di tempat yang sama dengan Baron, selalu ada asisten rumah tangga si antara mereka. Entah itu si mbok ataupun yang lainnya.

Rama memegang tangan Syifa.
" Adek tahu, selama di sana, akang sampai nggak bisa fokus menyelesaikan pekerjaan itu karena selalu memikirkan adek. Untungnya si mbok selalu memberi laporan bahkan di setiap jam-nya".

"Jadi akang lebih sering teleponan sama si mbok daripada sama adek?".

" Jangan bilang adek cemburu? " Tanya Rama dengan tatapan menggoda.

"Enggak lah. Ngapain cemburu. Kalau akang suka sama si mbok, udah dari dulu akang nikahin si mbok. Kan akang lebih dulu kenal sama si mbok daripada sama adek".

"Omongannya". Rama meraup bibir Syifa.

" Akang udah anggap si mbok kayak orang tua sendiri karena dari beliau udah ngerawat akang sejak kecil ".

" Iya... Adek ngerti kok. Tadi kan cuma bercanda ".

" Oh ya sayang, demi memperlancar aksinya sebagai detektif dadakan, si mbok sampai nge bentuk tim. Adek tahu enggak, si mbok kasih nama apa buat tim nya? ". Syifa pun menggeleng.

" Mrs Rama's rescue team". Syifa membaca nama grup yang di tunjukkan Rama di layar HP laki-laki itu.

"Nama grupnya bener-bener". Syifa menggelengkan kepala.

" Adek udah kayak sesuatu yang perlu di selamatin karena hampir punah" Lanjut Syifa.

"Hahaha..... Anggota grup ini semua ART dan satu supir".

" Pak Oding? " Tebak Syifa.
Pak Oding adalah supir pribadi yang di tugaskan Rama untuk mengantarkan Syifa kemanapun ia pergi.

"Iya. Kemarin pas kejadian di mall, pak Oding langsung yang lapor ke akang. Malahan sebagai bukti yang akurat, pak Oding sampai kirim video".

Syifa manggut-manggut. Pantas mobil dalam keadaan kosong saat Syifa sampai di tempat parkir. Lalu tak lama kemudian pak Oding datang dengan nafas yang memburu. Beliau seperti habis berlari puluhan kilometer. Saat Syifa bertanya kenapa, beliau bilang dari toilet dan berlari karena melihat Syifa berdiri di depan mobil. Syifa percaya saja karena tidak mau berpikir negatif.

" Berarti sekarang udah jelas kan? ". Syifa mengangguk.

" Kalau gitu, akang pengen tidur ".

" Ya udah tidur aja".

"Adek nggak peka deh. Kita udah seminggu lebih pisah. Masa nggak ngerti".
Syifa menatap suaminya melalui ekor matanya.

" Akang pengen di temani tidur". Bisik Rama di telinga Syifa.

Syifa langsung mendorong Rama. "Nggak usah mesum deh kang. Ini masih pagi".

" Adek yang pikirannya mesum". Rama menjentik kening istrinya.

"Akang cuma minta di temani tidur bukan yang lain. Tidur dalam artian yang sebenarnya bukan yang seperti ada di dalam pikiran adek saat ini".
Syifa menunduk. Ia malu sendiri karena berpikir yang iya-iya.

" Nggak usah malu gitu. Kalau adek mau, akang siap mewujudkannya ".
Syifa menyembunyikan wajahnya di dada sang suami. Ia sangat-sangat malu dengan godaan suaminya itu.

Pasangan yang masih bisa di sebut pengantin baru itu baru keluar saat jam makan siang. Penyebab nya tau sendiri lah ya.....
Jika Syifa tidak merengek karena perutnya lapar, Rama akan dengan senang hati mengurung istrinya di dalam kamar dalam batas waktu yang ia inginkan.

Rama dan Syifa langsung menuju meja makan. Sampai di sana, sudah ada papa dan mamanya serta om Bayu dan tante Sinta.
Baron, Dila dan Bunga tidak nampak di sana.

" Kangen-kangenan nya udah selesai? " Tanya mama Asti saat melihat anak dan menantunya mendekat.

"Sebenarnya sih belum ma tapi istri Rama ngerengek lapar jadinya ya Rama ajak keluar buat makan dulu. Nanti kalau udah ada tenaga, di lanjut lagi". Jawab Rama santai.
Syifa memandang suaminya dengan  tajam. Santai sekali orang ini mengatakan hal yang demikian.
Kata-katanya memang biasa saja namun bagi yang sudah paham akan langsung mengerti arah dari kata tersebut.

" Papa sama mama tidak menuntut kalian untuk segera memberikan kami momongan. Jadi santai saja". Ucap papa Deni.

Syifa pun semakin malu. Tangannya mencari pelampiasan dengan mencubit paha Rama. Bukannya mengaduh kesakitan, Rama justru mendesah.

"Sabar dong sayang. Kata papa kan kita di suruh santai saja". Rama mengedipkan matanya menggoda sang istri.
Syifa semakin menunduk karena wajahnya merona seperti buah tomat.
Orang-orang yang ada di sana tertawa melihat pengantin baru itu.

Kalian boleh tertawa sekarang tapi saya tidak akan membiarkan kebahagiaan ini berlangsung lama. Tunggu pembalasan saya!
Batin salah seorang di sana yang tidak suka pada kebahagiaan keluarga itu. Senyum di bibirnya hanya tipuan semata. Ia tidak benar-benar tulus larut dalam kebahagiaan itu.

KANG MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang