"Ciee yang berangkat nya di kawal sama si a'a".
" Ngomong sekali lagi aku lempar ke tengah lapangan ya Lan". Wulan yang mendengarnya hanya cengengesan. Menurut Wulan melihat Syifa ngomel adalah kebahagiaan baginya.
Sttt.... Stt....
Syifa menoleh dengan kesal pada Wulan yang berdiri di sampingnya.
"Kenapa lagi? Diem deh ini udah mau mulai upacara nya". Jawab Syifa dengan sewot. Penyebab nya tentu saja ibu satu anak yang berada di samping Syifa. Wulan yang melihat Syifa dan pak Edo berangkat bersama menjadikan hal itu sebagai topik untuk menggoda sahabatnya.
" Harusnya ya, kamu minta di bonceng sama pak Edo. Pasti enak deh naik motor mahalnya. Jok nya pasti empuk".
"Kayaknya yang namanya jok motor, entah itu yang mahal ataupun yang murah sama aja".
" Menurutmu,menurutku sih enggak. Coba deh kamu rasain. Jok motor harga jutaan sama puluhan juga. Pasti beda ".
Syifa menatap Wulan dengan aneh. Apa sih sebenernya topik pembicaraan keduanya ini. Kenapa jadi membahas jok motor. Apa salahnya si jok motor sampai di gunjing kan seperti ini."Terserah kamu deh Lan. Sekarang diem. Upacara udah mau mulai". Suara anak perempuan yang bertugas sebagai pembawa acara mulai terdengar.
" Fa, gimana kalau_"
"Bu Wulan! ". Tegur bu Erni yang berdiri di samping kanan Wulan.
" Hehehe maaf Bu".
Syifa menahan senyumnya. Jika tidak sedang upacara, Syifa akan dengan senang hati tertawa terbahak-bahak karena Wulan mendapat teguran dari bu Erni.
Upacara sudah berlangsung dengan khidmat. Alhamdulillah cuaca hari ini sangat mendukung. Tidak panas dan angin yang berhembus tidak terlalu kencang.
Syifa, bu Erni dan bu Dita berjalan beriringan ke ruang guru. Tadi sih Wulan juga ada bersama mereka tapi dia sudah masuk ke ruang tata usaha.
"Bunda Syifa".
"Iya bu Dita".
" Tadi pagi emangnya bener bu Syifa berangkat sama peka Edo ".
Syifa menelan salivanya dengan susah payah. Biang gosip sudah mendengar berita itu. Ahh pasti sebentar lagi akan ada interogasi dadakan.
" Iya bu. Tapi_".
"Kalian pacaran ya? " Potong bu Dita.
"Eh enggak bu" Syifa menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Kalau enggak...kenapa bisa berangkat bareng? Nggak usah malu buat ngakuin. Gitu-gitu beliau paket komplit loh. Lumayan ganteng, baik, royal juga".
Syifa menggaruk kepalanya yang terlapisi jilbab.
" Bukannya malu bu tapi emang enggak. Tadi pagi pak Edo datang ke rumah dan ngajakin saya berangkat bareng tapi kami nggak bisa satu motor. Kami naik motor masing-masing ". Jelas Syifa.
" Kenapa nggak bisa satu motor? ".
"Mereka bukan muhrim bu Dita. Makanya bu Syifa nggak mau di bonceng sama pak Edo. Lagi pula nggak enak hati kalau di lihat anak-anak. Bener kan bunda Syifa yang saya bilang". Mendapat pembelaan dari bu Erni, Syifa langsung mengangguk. Walaupun alasan sebenarnya bukan itu. Syifa sih tidak masalah berboncengan dengan laki-laki. Asalkan boncengan nya itu dalam posisi yang wajar. Tidak terlalu mepet-mepet.
Dulu pun Syifa sering berboncengan dengan laki-laki di masa lalunya. Tidak masalah." Kirain memang malu punya pacar modelan pak Edo yang playboy abis". Setelah mengatakan itu, bu Dita berjalan lebih dulu masuk ke dalam ruang guru. Syifa menatap punggung rekan kerjanya dengan tatapan heran.
"Kenapa bunda Syifa? "
"Itu bu. Bu Dita aneh ya. Tadi beliau memuji pak Edo tapi yang barusan seakan-akan menjatuhkan pak Edo ya? ".
"Hehehe itulah bu Dita. Unik". Mendengar bu Erni mengatakan unik Syifa langsung tertawa.
Bu Dita sudah terkenal dengan sifatnya yang julid, mulutnya yang ceplas-ceplos dan tipe orang yang tidak mau mengalah. Jika beliau tidak suka dengan seseorang pasti orang tersebut akan menjadi bahan gibah."Masuk yuk". Ajak bisa Erni.
Hari Senin sudah Syifa lalui dengan baik.. Menjelang tidur, Syifa yang sedang melakukan rutinitas pada wajahnya tanpa sengaja melihat paper bag kecil di atas nakasnya. Ia ingat, paper bag ini pemberian dari Rindu kemarin.
Syifa membuka paper bag kecil itu. Di dalamnya ternyata ada kotak kecil berwarna cream.
Syifa membukanya perlahan. Takut di dalamnya ada barang berharga dan akan rusak jika Syifa membukanya tergesa-gesa.
Saat kotak tersebut sudah terbuka, terlihat sebuah bros cantik dengan inisial namanya.
Sederhana dan simpel. Bros dengan permata yang berkilauan itu terlihat sangat mewah." Rindu tau aja kesukaan aku. Telepon dia ah".
Syifa langsung mendial nomer Rindu dan tak lama langsung di jawab oleh sahabatnya itu.
"Assalamu'alaikum cantik".
" Wa'alaikumsalam. Kenapa fa?".
"Mau ngucapin makasih nih. Hadiah dari kamu udah aku buka. Bagus. Alhamdulillah koleksi aku nambah lagi".
" Oh ya? Emang hadiahnya apa? " Syifa terdiam saat mendengar pertanyaan Rindu. Maksudnya apa? Ini kan hadiah dari Rindu, kenapa bisa sahabatnya itu malah bertanya perihal hadiahnya.
"Kemarin gue nitip sama nyokap buat beliin sesuatu buat elo. Jadi gue belum tahu isinya apa". Penjelasan dari Rindu membuat Syifa mengerti.
" Ohhh gitu. Isinya bros inisial nama ku. Oh iya kamu lagi ada dimana sih? Rame banget kayaknya".
"Iya nih lagi kumpul di_ kenapa mas. Iya nih lagi telponan sama Syifa. Mau ngomong sama dia". Syifa mendengar seseorang bertanya pada Rindu dan membuat sahabatnya itu menjawab terlebih dulu pertanyaan seseorang di seberang sana.
" Enggak deh".
"Yakin? ".
Syifa tidak lagi mendengar jawaban seseorang yang bertanya pada Rindu. Mungkin orang itu menjauh.
"Maaf ya obrolan kita jadi keganggu".
" Iya. Nggak pa-pa. Harusnya aku yang minta maaf ganggu kamu lagi kumpul sama keluarga".
"It's oke. Bukan acara yang penting,jangan ngerasa sungkan".
" Ya tapi aku nggak enak. Kamu lagi kumpul-kumpul akunya ganggu nelpon. Aku tutup aja ya".
"Eh jangan! ".
" Kenapa? Kapan-kapan kita bisa teleponan lagi. Sekarang aku nggak enak karena gangguin kamu".
"Aku nggak ngerasa di gangguin. Jangan di matiin ya. Please".
"Hahaha nggak usah sampai memohon gitu. Kalau mau ngegosip, besok kan bisa di lanjut. Nggak usah bertingkah kayak orang yang lagi kasmaran ya hehehe. Perkara mau matiin HP aja ribet. Urusannya panjang".
" Tapi_".
"Nggak ada tapi-tapian. Ya udah,di lanjut besok aja. Sekali lagi makasih ya hadiahnya. Assalamu'alaikum".
"Tap_Waalaikumsalam".
Syifa menatap ponselnya yang sudah berganti layar menjadi gelap. Ia menggelengkan kepalanya. Ada-ada saja tingkah laku Rindu.
Syifa menatap sebentar pada bros pemberian Rindu sebelum memasukannya kembali ke dalam kotak. Ini bukanlah bros pertama milik Syifa. Ia mempunyai benda yang sejenis ini puluhan karena sejak kuliah, Syifa selalu menyematkan bros atau tuspin pada jilbabnya.
Syifa menyukai semua benda yang berkilauan. Bros,tuspin, anting, gelang, kalung dan segala macam aksesoris yang berkilau Syifa suka. Tidak harus yang mahal. Justru hampir semuanya memiliki harga yang sangat terjangkau bahkan terusan murah. Bagi Syifa yang paling penting adalah matanya ter manjakan dengan kilauan dari benda yang ia beli. Aneh memang.