Saat dalam perjalanan pulang, Syifa sudah memutuskan untuk jujur pada Rama. Ia akan menceritakan tentang kejadian di mall tadi. Ia tidak masalah jika harus di marahi karena telah menghabiskan uang di kartu debit Rama dengan jumlah yang cukup besar. Jikalau suaminya meminta ganti, Syifa akan bertanggungjawab. Namun Syifa tidak sebaik yang kalian pikir. Ia juga akan meminta pertanggungjawaban pada tante Sinta dan anak-anaknya karena merekalah yang sudah menguras uang milik Rama.
Syifa sudah berhasil melawan rasa takutnya karena ia berani menelpon Rama duluan. Ia berbasa-basi agar suasana yang tercipta menjadi lebih rileks.
Namun saat mulutnya akan mengungkap kebenaran, tiba-tiba jantungnya bergemuruh dan rasa takut itu kembali datang.
Syifa menelan salivanya dengan begitu sulit. Tenggorokannya kering. Syifa berniat mengambil air minum di dapur karena kebetulan air minum di kamarnya habis."Syifa!".
Syifa yang baru kembali dari dapur langsung menoleh saat ada yang memanggil namanya dengan suara yang keras. Bunga beserta mama dan kakak ipar perempuan itu berjalan terburu-buru ke arahnya.
" Kurang ajar ya lo!! Berani-beraninya ninggalin kita di mall! " Ucap Bunga sambil mengacungkan jarinya di depan wajah Syifa.
"Elo juga udah berani ninggalin barang-barang kita di toko itu! Mikir enggak sih lo! Ini tuh barang mahal! Seenaknya aja mau di kasih ke orang! Nggak usah sok dermawan deh jadi orang! ". Dila ikut memarahi Syifa.
Setelah melakukan pembayaran pakaian yang di beli oleh mereka, Syifa langsung meninggalkan toko dan segera pulang. Namun sebelum itu, ia berpesan pada pramuniaga di sana, jika orang-orang yang bersamanya tadi tidak datang untuk mengambil barang-barang itu maka mereka boleh memiliki nya.
"Jangan mentang-mentang jadi menantu kesayangan di rumah ini, elo bisa semena-mena sama kita yang cuma numpang di sini? Heh inget! elo tuh sama kayak kita. Elo juga cuma numpang! " Lanjut Bunga masih dengan marah-marah. Setiap kata yang keluar dari mulutnya penuh penekanan dengan tujuan agar Syifa paham dengan setiap kata yang perempuan itu ucapkan.
Syifa masih diam. Bukannya ia tidak berani melawan tapi ada hal yang membuatnya lebih memilih untuk melakukan hal ini.
"Bener!Elo tuh cuma numpang di rumah ini! Kalau bukan karena Rama, elo nggak akan bisa masuk ke rumah mewah ini". Dila ikut membela adik iparnya.
"Gue sebenarnya masih nggak habis pikir. Apa sih yang Rama lihat dari elo? Cantik enggak? Seksi apalagi? ". Bunga memandang Syifa dengan tatapan yang meremehkan.
" Kakak sepemikiran sama kamu. Kakak juga heran dan bingung waktu lihat istri Rama seperti ini. Kakak kira istri Rama akan berpenampilan modis dan seksi tapi nyatanya jauh dari kata itu. Wajahnya biasa saja dan pakaian di gunakan persis seperti asisten rumah tangga di rumah ini". Dila ikut memandangi Syifa dengan tatapan yang saja seperti Bunga. Tatapan meremehkan.
Syifa bersikap santai dan biasa saja. Ia menatap pada dua orang yang berbicara kepadanya dengan wajah polosnya.
"Elo bisu ya? Apa tuli? " Tanya Bunga.
"Ayo cepet minta maaf". Lanjutnya.
Syifa tidak bergeming. Ia tidak akan meminta maaf. Toh ia tidak salah.
" Ayo min_".
"Sudah Bunga. Tidak usah di bahas lagi".
" Tapi ma_".
"Mama bilang sudah! Dan mama minta kecilkan suara mu atau nanti om sama tante mu akan mendengarnya. Kalau sampai mereka tahu, masalah akan semakin rumit".
" Tapi aku masih nggak terima dengan apa yang dia buat ke kita ma". Ucap Bunga memelas pada ibunya.
"Sudah! Mama bilang sudah ya sudah! Sekarang cepat masuk kamar! " Perintah tante Sinta dengan suara yang tak kalah keras dari anaknya. Mungkin perempuan ini lupa jika tadi ia memerintahkan si anak untuk tidak bersuara keras tapi nyatanya ia sendiri melakukannya.