🌜75🌛

595 79 6
                                    

Syifa kira setelah Rama mendiamkannya semalaman, laki-laki itu akan kembali bersikap hangat pagi harinya. Nyatanya, sikap Rama pagi ini masih sama. Rama masih mendiamkannya. Rama akan menjawab pertanyaan yang diberikan Syifa saat ada kedua orang tuanya. Jika hanya ada mereka berdua, Rama akan diam saja. Hal itu tentu membuat hati Syifa sakit. Empat bulan pernikahan mereka, baru kali ini Rama marah.

Syifa tahu dia salah. Syifa juga sudah meminta maaf karena sudah membuat Mama serta suaminya khawatir. Syifa berusaha menceritakan apa yang terjadi tapi Rama tidak mau mendengarkan. Laki-laki itu selalu menghindar saat Syifa mulai mengungkit kejadian semalam. Syifa pasrah. Nasi sudah menjadi bubur. Saat ini, ia hanya berdoa semoga kemarahan Rama tidak berlarut-larut.

Syifa sudah bersiap. Seperti hari-hari sebelumnya, ia akan makan siang bersama suaminya di kantor. Kesempatan ini akan ia gunakan untuk meminta maaf kembali pada suaminya. Syifa akan berusaha keras demi kata maaf dari suaminya.

Setelah mematut diri di depan cermin, Syifa beranjak untuk mengambil tas yang sudah ia siapkan di atas tempat tidur. Saat berdiri, Syifa merasa kepalanya berdenyut cukup kuat. Hal itu menyebabkan kepalanya menjadi pusing. Ia duduk kembali dan memijit kepalanya.

"Pusing banget." Keluh Syifa. Syifa memejamkan matanya berharap pusing yang ia rasakan sekarang hanya sekedar mampir dan tidak berkelanjutan. Bukannya sembuh, rasa pusing itu justru semakin menjadi-jadi. Apalagi saat Syifa membuka matanya. Syifa menelungkupkan kepalanya di meja rias. Ia menarik nafas dalam dan mneghembuskannya secara perlahan. Berulang kali Syifa melakukan hal yang sama.

Syifa mencoba bangkit.Tangannya masih berpegangan pada meja rias. Syifa berjalan dengan pelan menuju tempat tidurnya. Sepertinya ia butuh mengistirahatkan badannya di kasur empuk itu. Setelah sampai di sisi ranjang, Syifa langsung merebahkan diri. Matanya langsung tertutup rapat.

Di kantornya, Rama merasa tidak tenang dan tidak berkonsentrasi pada pekerjaannya karena ia terus saja memikirkan sang istri yang berada di rumah. Rama menyesal karena sudah mendiamkan istrinya setelah kejadian malam itu. Harusnya ia tidak bertindak demikian. Istrinya pasti shock setelah mengalami hal yang tidak terduga itu dan Rama seharusnya menenangkan istrinya,bukannya mendiamkannya seperti ini. Hah bodoh!!

Selama menikah dengan Syifa, ini kali pertama ia marah pada istrinya. Bagaimana ia tidak marah? Ia baru saja pulang kerja dan saat mencari sang istri, ternyata istrinya tidak ada. Ia bertanya pada Mamanya, sang Mama pun tidak tahu. Mamanya bilang, istri Rama itu masuk ke kamar setelah mereka makan malam bersama. Menelpon pun rasanya percuma karena Rama melihat HP istrinya sedang di cas di kamar mereka. Rama bertanya pada orang-orang yang bekerja di rumahnya. Para asisten rumah tangga yang bekerja di dalam rumah tidak ada yang tahu ke mana Syifa pergi. Saat Rama bertanya pada security, apakah mereka melihat istrinya keluar rumah, mereka kompak mengatakan 'ya' dan mereka juga bilang bahwa istri dari anak bosnya itu keluar dengan diantar supir keluarga. Ada kelegaan setelah Rama mendengar hal itu. Ia segera mneghubungi supir yang bertugas mengantarkan istrinya ke manapun sang istri akan pergi. Baru saja hatinya merasa lega, Rama kembali dibuat jantungan dengan apa yang disampiakan Mang Diman.

"Mbak Syifa pulang jalan kaki Mas. Mobilnya kempes di dekat taman komplek"

Setelah mendengar hal itu, Rama langsung mematikan panggilan dan segera meminjam salah satu motor milik security yang bekerja di rumahnya. Ia mengendarai motornya dengan kecepatan yang tak terkira. Rama mendengar suara orang minta tolong. Ia menambah kecepatan laju motornya karena hapal betul siapa pemilik suara itu. Mata Rama melotot melihat istrinya sedang di tarik oleh laki-laki. Posisi laki-laki itu yang membelakangi membuat Rama tidak bisa melihat wajahnya. Rama segera turun dari motor untuk menolong istrinya. Amarah Rama memuncak saat tahu siapa yang sudah berbuat hal tidak senonoh pada istrinya. Tanpa basa-basi, ia langsung menarik laki-laki itu yang tak lain adalah sepupunya sendiri. Tubuh Baron dihempaskan ke aspal dan Rama menghajarnya tanpa ampun.
Jika Syifa tidak mencegah, bisa jadi saat ini Rama masuk ke dalam bui karena sudah melenyapkan nyawa seseorang.

KANG MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang