🌜46🌛

956 94 8
                                    

Syifa merasa gugup saat duduk di hadapan kedua orang tua Rama. Padahal kan ini bukan kali pertama ia bertemu dengan keduanya. Tapi kenapa ia jadi gugup gini ya??
Syifa merasa jengkel dengan Abi yang duduk di sampingnya. Sejak tadi adiknya itu menatapnya dengan tatapan mengejek. Ia tahu apa yang di pikirkan Abi.

Syifa memutuskan untuk mengajak Abi ikut serta karena tidak enak jika ia harus sendirian ke rumah Rama.

"Kenapa diem aja sayang? " Tanya mama Rama memecah keheningan.

"Nggak pa-pa tante".

" Beneran? " Tante Asti memastikan apakah keadaan Syifa benar baik-baik saja.

" Kakak nggak lagi sakit kan? " Tanya Abi membuat papa dan mama Rama kaget.

"Kamu sakit sayang? " Tanya tante Asti lagi. Beliau bahkan mendekati Syifa dan mengelus pundaknya.

"Adek sakit? Kita ke rumah sakit ya?"
Rama yang baru keluar dari kamar langsung mendekati Syifa dan berdiri di samping pujaan hatinya itu.

"Iya sayang, kalau kamu sakit, kita ke rumah sakit ya? " Ucap mama Rama lagi.

Syifa melotot dan menggeram kesal pada Abi yang malah di balas cekikikan oleh adiknya itu. Gara-gara dia menanyakan hal itu, membuat semuanya khawatir.

"Enggak kok tante. Aku baik-baik aja".

" Kalau ada apa-apa, bilang ya". Syifa mengangguk.

"Rama... ".

" Iya pa" Rama berjalan mendekati papanya dan duduk di sebelahnya.

"Jadi kapan papa sama mama bisa bersilaturahmi sama kedua orang tuanya Syifa".

" Mmm... Tadi Rama udah bilang sama ayah. Katanya kapan aja papa sama mama mau bertemu, InsyaAllah mereka siap".

Syifa sudah tahu perihal itu karena Rama tadi mengatakannya saat di jalan.

"Syifa udah siap kan jadi menantu mama? "
Syifa mengangguk pelan. Ia menunduk dalam. Rona di pipinya begitu terlihat jelas. Ia sangat malu saat di beri pertanyaan begitu gamblang nya di hadapan Rama serta papa laki-laki itu.

🍃🍃🍃

Di sekolah, semua guru di kumpulkan di satu ruangan. Mereka saling berbisik dan saling bertanya untuk apa mereka di kumpulkan di saat jam pulang sekolah seperti ini.
Syifa dan Wulan yang memang susah tahu tujuan mereka di kumpulkan untuk apa hanya diam. Mereka tidak mau membuka mulut walaupun ada yang bertanya.
Diamnya Syifa dan Wulan berbeda dengan diamnya pak Edo dan bu Dita. Jika Syifa dan Wulan terlihat santai maka keadaan mereka berbanding terbalik dengan rekan kerjanya. Bu Dita dan pak Edo terlihat tegang karena mereka tahu tujuan di kumpulkan nya mereka di sini untuk apa. Untuk mengadili mereka.

Suara riuh tiba-tiba berhenti saat pak Rahmat beserta Rama dan jajaran guru lainnya memasuki ruangan. Tatapan mata Syifa dan Rama bertemu. Keduanya saling memberikan senyum termanis nya.
Sepertinya lelaki itu sudah sangat hapal dimana letak tempat duduk Syifa. Makanya saat masuk tadi, tatapan Rama langsung tertuju pada kekasihnya yang duduk di sudut ruangan.

"Assalamu'alaikum wr. wb. Selamat siang bapak dan ibu guru sekalian. Sebelumnya saya ingin minta maaf dan berterima kasih karena bapak dan ibu sekalian sudah mau menyempatkan waktunya untuk berkumpul di sini. Mungkin bapak dan ibu bertanya-tanya kenapa anda sekalian di kumpulkan saat ini. Jadi...". Pak Rahmat terlihat melirik Rama yang duduk sebelahnya. Rama mengangguk sebagai isyarat untuk mempersilahkan pak Rahmat melanjutkan ucapannya.

" ... Ini mengenai gosip mengenai salah satu anggota keluarga kita".
Sepertinya mereka langsung paham dengan ucapan pak Rahmat. Terbukti arah tatapan semuanya tertuju pada Syifa. Syifa yang mendapat tatapan dari semua orang menundukkan kepala sambil meremas jari tangannya yang ada di atas paha.

KANG MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang