🌜16🌛

1.2K 117 16
                                    

Hai semua.... 🙋
Buat yang minta double up, nih aku kasih.
Jangan lupa vote and komennya ya biar aku semangat ngetik nya☺
Terimakasih 😀😀
Happy Reading... 🤗🤗🤗

"Kok tadi bunda lari waktu ada pak Rama. Nggak enak bun. Di kira nggak punya sopan santun".

" Lah pak Edo sendiri kenapa ikut-ikutan lari sama saya. Harusnya pak Edo di sana aja. Ngajak ngobrol dia".

"Ih bunda. Jangan ngomong dia dia gitu. Nggak sopan ah".
Syifa mengangkat sudut bibirnya. Apa-apaan pak Edo? Kenapa Syifa seperti anak kecil yang sedang di nasehati orang tuanya.

"Bapak ngapain disini? Sana ke ruang olahraga". Usir Syifa karena saat ini pak Edo malah berdiri di hadapannya.

" Saya nggak pa-pa. Saya juga mau ngajar".

"Beneran? "

"Iy_".

Ekhemm....

Syifa menoleh pada seseorang yang baru masuk ke ruang guru.

" Bapak dan ibu guru yang mengajar,saya minta segera masuk kelas. Saya tidak mau ada kelas yang kosong atau hanya di beri tugas sedangkan guru yang bersangkutan duduk-duduk santai sambil mengobrol. Tolong pisahkan urusan pribadi dengan pekerjaan".

Syifa melotot tidak terima saat mendengarnya. Di ruangan ini hanya ada Syifa dan pak Edo. Berarti mereka berdua kan yang sedang di sindir oleh orang tersebut.

"Maaf pak. Kalau begitu saya keluar dulu. Anak-anak sudah menunggu". Pamit pak Edo lebih dulu.

Rasanya Syifa ingin menjitak pak Edo saat ini juga. Enak aja main kabur. Padahal kan tadi dia yang ngajak ngobrol duluan.

Syifa mengambil buku dan keperluan untuk mengajar. Ia segera bangkit dan berjalan dengan menghentakkan kakinya keras-keras. Syifa memberikan lirikan mautnya saat melewati lelaki itu.
Memang terkesan tidak sopan apa yang Syifa lakukan. Biarlah. Ia rela jika harus di pecat.

Entah hanya perasaan Syifa atau memang nyatanya memang begitu. Sejak tadi Rama lewat di depan kelas tiga sambil melirik-lirik ke dalam. Anak-anak terlihat resah karena mereka merasa di awasi. Apalagi Rama tidak sendiri, ada kepala sekolah yang ikut mendampingi.

" Bunda ".

" Iya". Jawab Syifa saat salah anak muridnya memanggil.

"Pak Rahmat sama bapak ganteng itu kenapa ngelihat ke kelas kita terus sih bun? "
Syifa syok saat anak tersebut menyebut Rama dengan sebutan pak ganteng. Tidak salah sih.
Ternyata kegantengan seorang Rama tidak terbantahkan. Anak kecil pun mengakuinya.

"Bunda juga nggak tahu".

" Apa kita ada salah ya bun? "Tanya murid lain. Anak-anak memang takut jika kepala sekolah sedang berkeliling. Mereka takut berbuat salah. Takut kelasnya tidak bersih dan mereka diminta untuk membersihkannya.

"Terasnya udah kalian sapu belum?"

"Udah di sapu kok bun. Hari ini aku, Lia, Rita, Gendis sama Deni yang piket". Jawab salah satu anak mewakili.

"Sampahnya udah di buang? "

"Tadi aku udah nyuruh Deni buat buang sampahnya bun. Tapi nggak tau tuh di buang enggak". Jelas si anak tadi. Wajahnya kesal. Mungkin dia takut di salahkan oleh teman-teman nya.
Sontak saja perkataan si anak itu membuat mereka mengalah pandangannya pada anak yang bernama Deni. Merasa diintimidasi oleh teman-teman nya Deni menjawab.

" Sampahnya udah aku buang kok bun. Kalau nggak percaya tanya aja sama Tio. Aku tadi dianterin dia buang sampahnya". Mereka pun menanyakan hal yang sama pada Tio. Suasana kelas menjadi ricuh. Syifa menjadi pusing sendiri.

KANG MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang