🌜18🌛

1.2K 126 7
                                    

Hai... Hai... Hai... 😀
Kang Mantan meluncur again...
Nggak mau banyak omong. Langsung cuss baca aja yuk
Jangan lupa vote and komennya ya😀
Happy Reading 🤗🤗🤗

"Jadi A'a ini tinggalnya di Bandung? Terus sekarang kenapa pindah a'? Nggak betah ya di sana? ".

" Iya tinggalnya di Bandung. Kenapa pindah? Sebenarnya nggak pindah sih. Di sini karena lagi ada urusan makanya untuk sementara tinggal di sini".

"Ohh kirain untuk selamanya. Hehehe. Berarti kalau urusannya udah selesai bakal balik ke Bandung lagi a'? ".

" Sepertinya iya". Jawaban Rama terdengar ragu.

Syifa hanya diam. Ia bagaikan manequin di dalam mobil yang sedang berjalan ini. Sejak tadi bibirnya terkatup rapat seperti tidak ada celah.
Berbeda dengan kedua laki-laki yang ada di depannya yang asyik mengobrol.

"Kalau a'a di sini, orang tua a'a tinggalnya sama siapa? ". Tanya Abi lagi.
Syifa yang duduk tepat di belakang Abi, ingin rasanya membungkam mulut adiknya agar tidak terlalu banyak bicara.

" Ya hanya berdua. Eh nggak berdua juga sih. Ada asisten rumah tangga, petugas keamanan,supir. Lagipula saya nggak tinggal bareng mereka kalau di sana. Saya tinggalnya di apartemen".

" Ohh berarti udah misah sama orang tua ya. Di apartemen tinggalnya sama istri nya ya a'? "
Syifa melotot mendengar apa yang barusan keluar dari mulut Abi. Entah itu sebuah pertanyaan atau pernyataan, hatinya merasa tersentil. Ada rasa sesak sembari menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut Rama. Apapun jawabannya, ia harus siap.

"Hahaha memangnya saya kelihatan udah beristri ya? "
Abi memindai Rama dari atas ke bawah.

"Kalau untuk ukuran a'a, mau punya istri atau enggak belum kelihatan". Jawab Abi polos.
Lagi-lagi Rama tertawa mendengar ucapan adik mantannya itu.

" Saya tinggal sendiri karena saya belum punya istri. Kamu mau nyariin istri buat saya? ".
Ada kelegaan di hati Syifa mendengar ucapan Rama.

" Hmmm sebelum aku nyariin istri buat a'a, mending aku nyariin suami buat teteh ku. Dia juga belum laku". Kalimat terkahir Abi ucapkan di dekat telinga Rama. Mendengar hal itu tentu saja Rama tertawa terbahak-bahak tanpa bisa ia tahan.

Syifa menarik rambut Abi dari belakang. Abi memekik kesakitan namun tak lama karena Syifa segera melepasnya. Gini-gini Syifa sayang loh sama adiknya yang secara terang-terangan sudah mengatainya.

"Tuh kan a' gimana mau laku coba, orangnya aja kejam gitu. Masa rambut adiknya di jambak". Rama mengadu dengan suara yang di buat-buat lemah.

" Kalau saya suka sama yang kejam begitu. Kesannya lebih menantang". Ucap Rama enteng.

"Ya udah deketin teteh ku aja a. Biar dia cepet move on dari mantan pacarnya". Syifa membulatkan matanya. Ini benar-benar tidak bisa di biarkan. Abi tahu karena sejak Syifa mengatakan pernah pacaran, Abi langsung kepo dan mencari tahu. Abi pernah menemukan curahan hati Syifa pada selembar kertas ada di kamar teteh nya. Sejak saat itu Abi selalu menjuluki Syifa galon alias gagal move on.

" Loh memangnya dia belum move on dari mantannya? " Tanya Rama sambil menatap Syifa dari spion depan. Syifa memajukan badannya dan segera menutup mulut Abi dengan kedua tangannya.
Abi meronta minta di lepaskan.

"Abi kasihan dek! Jangan kasar gitu". Peringat Rama.

" Nggak usah dengerin dia. Udah fokus aja sama jalanan".
Syifa membisikan sesuatu di telinga Abi.

"Kalau kamu ngomong macam-macam, teteh akan bilang ke ibu sama ayah kalau nilai ulangan kamu semester kemarin turun semua". Ancam Syifa dengan senyum miring di bibirnya.
Abi menggelengkan kepalanya. Ini tidak boleh terjadi. Kalau sampai ayah dan ibunya tahu nilainya turun tamatlah riwayat nya. Bisa-bisa HPnya disita dan ia tidak akan di izinkan untuk bermain.
Permasalahan tentang nilai hanya di ketahui oleh Syifa. Itupun karena Syifa tidak sengaja melihatnya saat sedang membersihkan kamar Abi.
Syifa saat itu memarahi Abi dan berniat mengatakan pada ayah dan ibunya tapi melihat Abi yang ketakutan akhirnya Syifa membiarkan dengan catatan Abi hal ini tidak boleh terulang  dan Abi harus belajar lebih giat.

" Gimana?" Abi merespon dengan menggeleng dan menganggukkan kepala. Menggeleng diartikan sebagai jangan di laporkan dan mengangguk bahwa Abi tidak akan berbicara macam-macam lagi.

Syifa tersenyum. Ia menepuk kepala Abi setelah melepaskan tangannya. "Anak pintar". Ucapnya. Syifa pun bisa duduk tenang kembali.
Melihat Abi yang diam dengan bibir yang manyun ke depan sedangkan Syifa tersenyum-senyum di belakang membuat Rama mengernyitkan keningnya. Ada apa dengan kakak adik ini?

" Kamu kenapa? Kok diem? " Tanya Rama pada Abi.

"Nggak pa-pa a". Jawab Abi singkat. Di belakang Syifa menahan tawanya. Berhasil kan usahanya membuat anak itu diam.

" Kamu diapain sama teteh kamu? Kok tiba-tiba diem gini? "

"Nggak pa-pa kok a. Teteh cuma bilang aku harus rajin belajar supaya aku pintar". Jawab Abi. Sungguh jawaban yang paling aman.

" Hmm gitu. Oh ya masalah mantan_".

"Ekhem... Pertigaan depan tolong berhenti ya. Saya turun di sini aja". Ucap Syifa memotong Abi.

" Kenapa minta turun di sini? Sekolahnya masih lumayan jauh".

"Nggak juga. 15 menit jalan akan sampek".

" Teteh yakin mau turun di sini dan mau jalan? Udah lupa? " Tanya Abi.

"Lupa apa? " Tanya Rama dengan wajah bingung.

"Di gang ini sering ada laki-laki kurang waras. Dia itu sering nunjukin alat kelamin nya sama orang-orang yang dia temui".

" Hah! Ada orang kayak gitu? Kenapa nggak di tangkap? "

"Udah sering a dia di tangkap tapi ya lolos lagi".

" Kenapa gitu? ".

" Kalau pas lagi di tangkap, dia tobat a tapi kalau udah keluar mulai lagi".
Mendengar penjelasan Abi, Rama menambah kecepatan mobilnya saat melewati pertigaan yang di sebutkan Syifa.

"Eh kok_".

" Kita anterin Abi dulu ". Ucap Rama tegas sambil melihat Syifa dari ujung matanya. Syifa pasrah. Sudah pasti tidak akan di izinkan. Padahal kalau ia turun di pertigaan itu, nantinya Syifa akan menelpon Wulan dan minta di jemput Wulan.

Setelah mengantarkan Abi, suasana mobil semakin sepi saja. Syifa masih anteng duduk di belakang dan tidak berniat pindah ke depan. Mereka sudah seperti majikan dan supirnya.

" Kenapa tadi minta di turunin di sana? Adek udah tahu ceritanya kan? " Tanya Rama memecah keheningan.

"Kalau tadi beneran turun, aku bakal nelpon Wulan, temenku buat jemput. Dia jadi guru di sekolah juga".

"Itu namanya ngerepotin orang lain. Kalau dia ada kesibukan lain gimana? ". Syifa hanya diam. Dia seperti sedang di marahi ayahnya.

" Besok-besok biar akang aja yang nganterin kalau mau ke sekolah. Akang ngerasa nggak tenang kalau kamu berangkat sendiri ".
Jika dulu saat mereka masih berpacaran Syifa akan sangat senang jika Rama khawatir padanya maka sekarang... Jujur ia juga masih senang. Tapi sekarang keadaannya berbeda. Mereka tidak memiliki hubungan apa-apa.

"Nggak usah. Lagian orang itu nggak setiap hari muncul kok. Disitu juga banyak orang kalau sampai dia muncul aku bakal teriak".

"Kamu tahukan akang orangnya gimana? Akang nggak suka dengan penolakan". Rama menoleh ke belakang sebentar.

Keduanya kembali diam. Mereka fokus dengan buah pikirannya masing-masing. Kalau sampai Rama berada di sekeliling Syifa terus-menerus, apa kata orang?

Ekhemm...

Syira melirik sekilas pada Rama.

" Akang seneng karena adek mau naik mobil akang. Yah walaupun awalnya harus tarik-tarikan dulu sama Abi tapi akhirnya adek mau juga". Syifa tidak menanggapi. Benar yang di katakan Rama. Tadi sempat terjadi tarik menarik antara Abi dan Syifa. Abi yang mau menerima ajakan Rama sedangkan Syifa menolak mentah-mentah ajakin tersebut.

"Akang tahu banget sifat adek gimana. Adek bukan tipe orang yang nurut aja apa kata orang lain. Kalau itu tidak membuat adek nyaman, adek pasti akan kekeh menolak. Mau di paksa dengan cara bagaimana pun, adek pasti akan tetap bilang tidak".
Syifa berfikir apa yang sebenarnya ingin di katakan Rama? Ia yakin ada yang ingin di katakan Rama sehingga laki-laki itu mengatakan hal tersebut.

" Adek mau di ajak naik mobil akang apa karena ada laki-laki itu? " Kening Syifa mengernyit.

"Laki-laki? "

"Iya. Laki-laki yang manggil adek bunda".


KANG MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang