Hai guys... 🙋
Senang deh bisa up lagi😀
Semoga pada suka dengan ceritanya ya☺
Happy Reading 🤗🤗🤗"Kang".
" Hmmm"
"Adek mau nanya sesuatu, boleh? "
"Tanya aja. Tapi jangan yang susah-susah ya. Akang lagi males mikir".
"Iya. Lagian siapa juga yang mau tanya tentang pelajaran. Adek tuh mau tanya soal seserahan yang akang kasih".
Rama yang sejak tadi menjawab sambil memejamkan matanya, kini kedua matanya terbuka.
" Kenapa dengan seserahan nya? Kurang? Huh tau gitu kemarin, akang minta mama buat beli yang banyak ".
" Ish... Bukan itu". Syifa mendongak untuk menatap mata Rama yang berada di atas kepalanya.
"Adek mau tanya, kenapa akang ngasih seserahan dengan barang-barang yang harganya mahal banget".
" Ya terus kenapa? "
"Hmm nanti kalau adek nggak bisa ngembaliin gimana? ". Ucap Syifa sambil menerawang.
" Aduhh! " Syifa memekik karena keningnya di sentil Rama.
"Memangnya siapa yang nyuruh adek buat ngembaliin seserahan itu? Itu semua punya kamu. Kenapa harus di kembaliin? ".
" Hmm... Bukan gitu maksudnya".
"Terus gimana? ". Rama menatap dalam kata Syifa yang kini berada di pelukan nya.
" Akang udah ngasih barang yang mahal-mahal dan jumlahnya itu nggak sedikit sedangkan adek nggak bisa ngasih apa-ap_"
Rama membungkam bibir Syifa dengan tangannya.
"Jangan bilang begitu. Akang nggak suka ya. Seserahan itu sebagai simbol bahwa akang mampu menafkahi adek setelah kita menikah nanti. Jadi... apa yang akan berikan ini nggak pernah sekalipun dalam benak akang untuk minta di kembalikan atau akang minta kamu membalasnya dengan hal yang serupa. Enggak sayang. Akang nggak minta".
" Hmmm makasih ya kang". Syifa semakin merapatkan pelukannya pada tubuh sang suami.
"Kang".
Hmmm
" Rindu bilang harga tas itu ada yang mencapai dua miliar. Adek jadi takut deh kang buat makenya ". Rama menunduk untuk melihat wajah istrinya.
" Kenapa takut? ".
" Pasti rasanya berat banget deh. 2M itu setara dengan harga pekarangan rumah dan ladang milik ayah. Kebayang nggak sih beratnya bawa benda semahal itu".
Rama tertawa melihat Syifa yang membayangkan hal-hal yang menurutnya sangat absurd."Ya jangan di bayangin sayang. Lagipula apa sih yang adek takutin? Takut ilang hmm? " Syifa menganggukkan.
"Kalau hilang ya tinggal beli lagi".
" Ish enak banget ngomong nya. Kalau sampek tas nya ilang sama aja keilangan tanah beberapa hektar dong".
Rama menjawil hidung Syifa. "Masih aja nyamain tas sama tanah".
" Oh iya kang. Sebenar adek mau tanya ini udah dari lama. Tapi adek lupa terus. Mumpung sekarang adek ingat, adek. Mau tanya sekarang aja".
Rama menatap dalam Syifa. Syifa nya yang dulu benar-benar telah kembali. Syifa yang cerewet dan selalu ingin tahu.
"Akang kenapa buat kebun sayuran di sini sih? Akang tau darimana kalau tempat ini tuh bagus buat nanam sayuran? Terus kebun itu nantinya buat apa? Setahu adek bisnis yang di geluti keluarga akang nggak ada hubungannya dengan sayuran. Apa akang mau jadi petani sayuran kayak ayah? ".