🌜14🌛

1.2K 116 13
                                    

Ada apa dengan hari ini? Kenapa Syifa mengalami banyak masalah secara bertubi-tubi. Mulai dari pagi, tiba-tiba bu Dita melabrak Syifa dan mengatai gadis itu genit, plin-plan dan munafik. Syifa yang tidak terima tentu melakukan pembelaan. Mereka berdebat hingga berujung jadi tontonan para guru-guru yang baru datang. Malu? Jelas. Syifa sangat malu. Image yang selama ini ia bangun sebagai guru baik-baik rusak gara-gara perdebatan kecil itu. Apalagi suara bu Dita memiliki power yang tinggi. Alhasil semuanya mendengar kata-kata buruk mengenai dirinya. Mereka di damaikan oleh guru-guru. Keduanya di minta menjelaskan duduk permasalahannya. Syifa hanya bisa menggelengkan kepala saat mendengar alasan bu Dita tiba-tiba melabraknya. Hanya karena lelaki?? Wihhh bukan Syifa sekali itu.

Setelah berdamai dengan bu Dita, masalah kembali datang. Saat sedang mengajar, perutnya terasa mulas. Syifa izin ke toilet setelah meninggalkan anak-anak dengan tugas yang barusan ia buat. Tujuannya ya agar anak-anak lebih kondusif saat ia tinggal.
Namun sangat di sayangkan, harapan Syifa hanya sia-sia belaka. Saat akan kembali ke kelas, suasana benar-benar sangat kacau. Anak-anak sedang mengerubungi seorang anak laki-laki yang sudah berlumuran darah di bagian pelipisnya. Anak itu menangis meraung-raung karena merasa sakit.
Tangisan anak itu membuat para guru dan murid lain berdatangan. Suasana semakin kacau.
Syifa dan satu orang guru membawa anak itu ke puskesmas terdekat karena darah terus mengalir. Sesampainya di puskesmas, anak itu harus mendapat beberapa jahitan.
Kedua orang tua si anak menyalahkan Syifa atas insiden ini. Mereka memarahi dan memaki Syifa karena sudah lalai. Syifa rasanya ingin menangis. Ia malu karena di marahi sekaligus di maki di tempat yang ramai.
Atas bantuan guru yang ikut mengantar ke puskesmas, hati orang tua anak itu perlahan melunak. Mereka memaafkan Syifa. Syifa berterima kasih dan ia yang akan membiayai pengobatan ini.

Baru selesai satu masalah,timbul masalah yang lain. Ketika perjalanan pulang dari puskes, Syifa lagi-lagi sial. Motornya mogok dan terpaksa harus di dorong.
Guru yang tadi ikut bersamanya ke puskes, pulang lebih dulu.

Syifa merasa sangat lelah. Bukan hanya fisik yang tersiksa tapi hati juga.

"Terus gimana sama orang tua anak itu? " Tanya ibu Syifa setelah putri nya menceritakan masalah yang terjadi. Skip masalah yang terjadi dengan bu Dita.

"Tadi teteh di marahin abis-abisan bu. Teteh di bilang lalai. Mereka memaki-maki teteh di depan banyak orang. Malu banget" Syifa menutup wajahnya dengan kedua tangan lalu mengusapnya pelan.
"Untungnya setelah ngobrol, mereka mau memaafkan teteh".

" Syukurlah kalau memang begitu. Jadikan ini sebagai pelajaran ya teh".

"Iya bu".

"Oh iya, nanti malam kita semua di undang ke acara syukuran tetangga baru yang beli rumahnya pak Haji Abdul. Teteh ikut? ".

" Malam ini? " Ibu Syifa mengangguk.
"Ikut enggak? " Tanya sang ibu lagi.

" Enggak deh bu. Capek banget hari ini. Perut teteh juga lagi nyeri karena hari pertama". Jelas Syifa tanpa diminta.

"Kalau gitu ibu juga nggak datang. Biar ayah sama adik mu aja yang ke sana. Ibu di rumah nemenin kamu".

" Eh nggak usah bu. Teteh nggak pa-pa kok. Lagian udah biasa nyeri kayak gini".

"Beneran? ".

" Iya bu. Teteh cuma butuh istirahat malam ini. Capek banget ".

🌞🌞

" Bu, kita berdua berangkat dulu ya". Pamit Syifa saat akan berangkat mengajar. Syifa akan mengantar Abi terlebih dulu karena ayah mereka sedang tidak bisa mengantarkan sangat adik.

"Iya. Hati-hati".
Setelah mencium tangan ibunya, Syifa dan Abi berangkat menggunakan motor.
Waktu masih menunjukkan pukul setengah 7. Syifa mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Hari ini bukanlah hari senin, makanya ia bisa lebih santai.

KANG MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang