🌜81🌛

507 49 0
                                    

Sinta keluar dari kamar hotel tempat ia menginap dengan mengendap-endap. Ia akan meninggalkan suaminya yang saat ini masih tertidur pulas. Ia sudah tidak perduli dengan suaminya itu. Yang ada di pikirannya saat ini adalah ia harus segera kabur agar tidak tertangkap oleh orang-orang suruhan Mas Deni.

Sinta nekat meninggalkan suaminya karena ia kesal pada sang suami yang tidak mau diajak pergi. Bayu ingin mencari keberadaan kedua anaknya dan pergi bersama mereka sedangkan Sinta, ia tidak perduli dengan kedua anaknya. Menurut Sinta, Baron dan Bunga sudah besar dan pasti bisa menjaga diri sendiri.

Sinta merasa lega setelah keluar dari kamar. Ia menutupi wajahnya dengan masker dan tak lupa menggunakan topi agar orang-orang tidak mengenalinya. Tas jinjingnya di dekap erat di dada. Ia tidak boleh kehilangan benda ini karena di dalamnya terdapat banyak uang dan perhiasan hasil korupsi yang sudah dilakukan oleh suaminya.

Memiliki Bayu sebagai suami adalah sebuah keberuntungan bagi Sinta. Sejak mereka masih pacaran, Bayu itu sangat bucin. Apapun akan diberikan jika Sinta yang meminta. Bahkan jika Sinta tidak meminta pun, Bayu akan dengan senang hati memberikan apa yang dia miliki kepada istrinya itu.

Sinta memilih keluar lewat pintu samping. Kejadian tadi siang, saat ia hendak ke minimarket dan merasa di ikuti membuat Sinta jadi waspada. Ia yakin sepupu suaminya itu sudah mengirimkan orang untuk memata-matainya.

Sinta berjalan dengan santai supaya orang-orang tidak curiga kepada dirinya. Pintu yang terbuat dari kaca membuat Sinta dengan mudah melihat keadaan di luar gedung. Tidak ada satu orang pun yang berlalu-lalang di area ini.

"Aman," gumam Sinta. Ia segera keluar dan mencari taksi yang akan mengantarkannya ke bandara. Malam ini juga, ia harus pergi meninggalkan negara ini dan memulai hidup baru di sana. Persetan dengan suami dan anaknya. Baginya, mereka adalah orang-orang bodoh yang akan membuat hidupnya sengsara.

Sampai di depan gerbang hotel, Sinta menyetop taksi yang kebetulan lewat di depannya. Tidak perlu basa-basi lebih lama lagi, Sinta segera masuk dan mengatakan tempat tujuannya pada  supir taksi.

Sinta tidak menyadari jika ia tengah di perhatikan oleh supir taksi yang membawanya. Ia yang tengah sibuk dengan ponselnya tentu tidak menyadari akan hal itu. Ia sedang mengganti nomer ponselnya dengan yang baru karena tidak mau sang suami menghubunginya lagi. Untung saja ia sempat membeli kartu baru saat pergi ke minimarket tadi.

Supir taksi mengamati tas yang dibawa oleh Sinta. Jika dilihat dari perlakuan wanita itu membawa tasnya, si supir taksi yakin bahwa di dalam tas pasti ada barang-barang yang berharga. Kalau tidak, mana mungkin tas itu terus di dekap erat di dadanya.

"Uhuk!! Uhuk!!" Supir taksi itu sengaja batuk dengan suara yang cukup keras. Apa yang dilakukannya membuat Sinta mengalihkan pandangannya dari ponsel yang sejak tadi ia utak-atik.

"Maaf Bu, tenggorakan saya agak gatal makanya batuk-batuk," Ucap si supir taksi. Sinta tanya melihat ke arah supir taksi tanpa menjawab atau memberikan tanggapan apapun.

"Hmmm Ibu, malam-malam begini mau ke mana?" Tanya supir taksi.

"Luar negeri," Jawab Sinta singkat.

"Mau liburan ya Bu?" Sinta hanya berdehem sebagai jawaban.

"Sendiri Bu? Suaminya nggak ikut?"

Sinta berdecak. Ia kesal karena ditanyai terus oleh si supir taksi.

"Kamu bisa diam tidak? Saya paling tidak suka pada orang yang banyak tanya! Mending kamu fokus pada jalan karena saya tidak mau celaka!" Sentak Sinta.

"Baik Bu. Saya minta maaf," Ucap supir taksi.
Supir taksi itu mencengkeram kemudinya dengan erat. Ia kesal pada wanita tua yang jadi penumpangnya ini. Wanita seperti ini perlu diberi pelajaran, batin si supir taksi.

Supir taksi mengambil ponselnya yang ada di saku baju. Ia mengetik pesan singkat yang dikirimkan pada temannya. Setelah pesannya terkirim, ia kembali memasukkan ponsel ke saku baju sambil tersenyum sinis melihat ke arah Sinta.

Sinta membuka jendela mobil dan membuang kartu lamanya. Kartu itu sengaja ia buang agar sang suami tidak bisa menghubunginya lagi. Persetan dengan suami bodohnya itu. Siapa suruh tidak mau menuruti perkataannya. Biar saja dia ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Ia sungguh-sungguh tidak peduli lagi.

"Pak! Kenapa ini belum sampai juga ya? Bukankah seharusnya jarak dari hotel ke bandara hanya membutuhkan waktu 15 menit. Tapi kenapa_"

"Iya Bu. Seharusnya memang begitu tapi saya memilih jalan lain karena jalan yang biasanya sedang ada perbaikan," Jawab si supir taksi meyakinkan Sinta.

"Huh! Ya sudahlah! Tapi tolong lebih cepat ya bawa mobilnya. Jangan lelet! Saya berasa naik gerobak kalau begini jadinya!"

Supir taksi meremat kemudinya dengan erat. Tekadnya untuk memberi pelajaran pada penumpangnya ini semakin bulat. Ponsel yang ada di saku bajunya bergetar. Segera ia mengambil benda berbentuk persegi panjang itu. Rupanya temannya membalas pesan yang ia kirim tadi.

Supir taksi memberhentikan mobilnya di bawah pohon beringin besar yang ada di pinggir jalan. Sinta pun bertanya kenapa mobilnya berhenti. Supir taksi menjawab bahwa ia ingin buang air kecil sebentar. Setelah supir taksi pergi beberapa langkah, dua orang datang mendekati Sinta yang berada di dalam mobil. Pintu mobil di buka dan membuat Sinta kaget. Seorang laki-laki menggunakan penutup wajah berdiri di samping pintu mobil.

"Mau apa kamu?" Tanya Sinta.

"Serahkan tas itu!" Ucap laki-laki

"Tidak!" Sinta mendekap tasnya dengan erat. Ia beringsut mundur, hendak keluar dari pintu sebelah kanan. Saat ia akan membuka pintu, ternyata pintu itu sudah terbuka terlebih dahulu. Seseorang dengan penutup wajah bergambar tengkorak berdiri sambil menodongkan pisau.

"Serahkan tas itu!" Ancam laki-laki itu. Sinta menggeleng. Ia tidak akan menyerahkan tas ini.

"Ohh rupanya kamu ingin main-main dengan kami wanita tua! Ambil bro!!" Ucap laki-laki yang membawa pisau pada temannya.
Laki-laki yang tidak membawa pisau itu menarik paksa tas yang ada dalam dekapan Sinta. Sinta berusaha menahan akan tetapi ia akhirnya melepaskan tas miliknya karena tenaganya tidak kuat melawan laki-laki itu.

Perampok itu langsung kabur menggunakan motor setelah mendapatkan apa yang mereka mau. Sinta keluar dari mobil dan mengejar keduanya. Ia juga berteriak meminta pertolongan namun tidak ada yang menolong karena jalanan ini sangatlah sepi. Sinta terduduk di tengah jalan sambil mengisi nasibnya. Di tengah-tengah tangisannya, mobil taksi yang ia tumpangi tadi melewatinya sambil pengemudinya berteriak "Syukurin!! Hahaha!!"

Sinta melongo melihat mobil biru yang barusan lewat di sampingnya. Ternyata apa yang ia alami adalah sebuah kesengajaan yang dilakukan oleh supir taksi.
Sinta marah. Ia berdiri dan hendak mengejar mobil itu. Namun baru beberapa langkah, ia terjatuh lagi.

"Ahhh sial! Brengsek kalian semua!!" Maki Sinta. Ia pun terduduk sambil menangis tersedu-sedu.

Sementara di tempat lain, Rama sedang berbincang dengan Papanya. Papanya baru pulang dari luar kota untuk menangani masalah yang disebabkan oleh Bayu. Untungnya masalah itu sekarang sudah selesai.

Kedua laki-laki beda generasi itu sedang mengobrol di ruang tamu sedangkan istri mereka sudah tidur di kamar masing-masing. Jarum jam sudah menunjukkan angka 11.30 malam tapi mereka masih asyik berbincang.

"Kamu jaga Syifa dengan baik. Jangan sampai dia kelelahan dan jangan buat dia marah. Hal itu tidak baik untuk ibu hamil," Ucap Deni pada anaknya. Tadi sang istri mengatakan bahwa ia sebentar lagi akan menjadi seorang Kakek karena menantu mereka sedang mengandung.

"Iya Pa. Rama akan menjaga istri serta calon anak Rama dengan baik."

"Bagus. Oh ya, bagaimana dengan Bayu dan Sinta? Kamu sudah menemukannya?" Papa Deni memang menyerahkan tentang keduanya pada sang putra karena ia sendiri akan fokus mengurusi proyek yang sudah di buat kacau oleh adik sepupunya itu.

"Sudah Pa. Orang suruhan Rama sudah menemukan mereka. Sebentar_" Ponsel Rama berbunyi. Ia segera mengangkat telepon dari orang kepercayaannya.

"Apa??!" Rama kaget mendengar berita yang disampaikan orang suruhannya.

"Baiklah. Saya akan ke sana sekarang!"




KANG MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang