Hai guy's.... 🙋
Terimakasih yang udah baca dan ngasih komen serta bintangnya
Happy Reading🤗🤗🤗"Adek kenapa diem aja? "
"Nggak pa-pa".
" Cerita kalau ada yang mengganjal di hati. Masih inget kan kemaren akang bilang apa. Jangan suka memendam masalah. Jangan suka berasumsi sendiri. Kalau memang ada sesuatu yang mengganjal cari tahu kebenarannya. Caranya dengan apa? Ya dengan cara bertanya. Dengan bercerita pada orang lain. Siapa tau orang itu bisa memberikan jalan keluarnya kan". Jelas Rama panjang lebar.
Saat ini Rama sedang mengantarkan Syifa pulang ke rumah Rindu. Rama perhatikan, sejak tadi gadis di sampingnya ini hanya diam. Satu kata pun tidak keluar dari mulutnya."Ayo cerita. Siapa tahu akang bisa bantu".
Syifa menyerong kan badannya agar bisa melihat Rama sepenuhnya.
" Emm... Papanya akang nggak suka ya sama adek? "
Rama menampilkan raut wajah bingung.
"Adek kata siapa? ".
Syifa memperbaiki posisi duduknya kembali seperti semula.
" Nggak ada sih. Tadi...liat dari ekspresi papanya akang, beliau kayak nggak suka gitu sama adek".
Rama berdecak. "Jangan di jadiin kebiasaan. Kalau mau menyimpulkan sesuatu, kita harus cari tahu kebenarannya. Caranya dengan apa? Ya dengan cara bertanya. Mata itu gunanya memang untuk melihat tapi tidak semua yang kita lihat itu benar".
" Tapi dari ekspresi_".
"Adek belum kenal papa sayang". Rama sengaja memotong ucapan Syifa.
" Wajah papa memang seperti itu. Datar, tegas dan terlihat judes tapi aslinya papa nggak seperti itu. Papa orangnya baik. Kalau sudah kenal, adek akan tahu papa orang yang seperti apa".
"Terus tadi kenapa papa nya akang nggak makan bareng kita? Kalau beliau suka dengan kehadiran adek, pasti makan siang bareng sama kita".
Saat makan siang tadi memang hanya Syifa, Rama dan tante Asti. Om Dani tidak ikut serta karena setelah melihat Syifa beliau langsung pergi. Makanya Syifa bisa berasumsi bahwa lelaki itu tidak menyukai keberadaannya." Papa harus makan siang bareng klien. Harusnya sih akang juga ikut tapi akang nggak mau. Akang lebih milih makan siang bareng mama sama calon menantu nya".
Syifa mengalihkan pandangan nya karena pipinya merona mendengar ucapan Rama."Apa sih" Ucap Syifa dengan sewot.
"Haha masih aja suka blushing. Mulai di biasain jangan begitu ya. Masa iya kalau udah jadi menantu beneran, pipinya masih merona waktu di panggil menantu sama papa dan mama. Nanti di kiranya pipi kamu akang pukul karena merah-merah gitu".
Syifa semakin menunduk malu."Adek nggak gak tau aja kalau papa itu yang paling exited waktu mama bilang adek mau datang ke rumah. Sampek-sampek yang harusnya papa meeting di kantor, di pindahin tuh ke rumah".
" Masa? " Tanya Syifa dengan tidak percaya.
"Iya sayang_".
" Sayang... Sayang. Dihh".
"Hemm gitu ya sekarang. Di panggil sayang udah nggak mau nih. Dulu aja seneng banget kalau di panggil sayang".
" Lain dulu, lain sekarang ". Cibir Syifa.
" Dulu dan sekarang sama aja. Cuma adek yang akang sayang".
Sial... Sial... Syifa semakin di buat tersipu oleh gombalan Rama.
"Papa itu seneng banget waktu mama bilang kamu mau ke rumah. Maklum lah papa mama akang udah lama pengen punya menantu".
" Udah tau orang tuanya pengen punya menantu dari dulu, kenapa nggak di kasih ".