🌜44🌛

980 101 3
                                    

Hai guy's... 🙋
Maaf ya kalau ceritanya sedikit ngawur... 🙏
Langsung baca ajalah. Oke👌
Happy Reading 🤗🤗

"Jadi gimana ceritanya? ".

" Yakin udah siap buat dengerin? ".

" Iya".

"Iya iya gimana? Tuh masih sesenggukan". Syifa menarik ingusnya dengan keras dan menghapus jejak-jejak air mata di pipinya.

" Nih udah nggak nangis. Sekarang akang harus cerita". Syifa memaksa Rama untuk menceritakan apa yang sudah terjadi sebelum ia sampai di rumah.
Saat ini, keduanya sedang duduk di belakang rumah. Setelah mendengar pengakuan kelima orang itu, Syifa melampiaskan kemarahannya dengan melemparkan tas ransel miliknya ke arah bu Dita dan teh Citra. Kebetulan tas Syifa saat itu berisi banyak buku paket, sehingga saat mengenai dua perempuan itu, mereka terlihat kesakitan.
Terserah apa kata orang yang ada di sana saat melihatnya melakukan hal itu. Syifa tidak perduli. Hal itu ia lakukan tanpa sadar karena rasa marah yang ia pendam.

"Baiklah. Dengerin sampai selesai. Jangan di potongan-potong".

" Heem".

Rama baru saja tiba di desa. Ia langsung menuju rumahnya dan ingin segera istirahat karena badannya sangat lelah. Baru tiba di depan pintu, ia kaget saat melihat Dika yang tiba-tiba keluar dengan jalan yang terburu-buru.

"Loe mau kemana? "

"Kebetulan elo udah ada di sini. Sekarang ikut gue! "
Dika membalikkan badan Rama dan mendorong sahabatnya itu untuk kembali ke mobil.

"Mau kemana? Gue mau istirahat. Badan gue capek banget". Rama kembali membalikkan badannya hingga kini berhadapan dengan Dika.

" Istirahat nya nanti dulu. Ini lebih penting ".

" Ckck sepenting apa sih? Masalah kerjaan? Udah deh selesaiin nanti aja. Gue capek banget. Mau istirahat".

Saat Rama akan melangkah, Dika memegang bahu sahabatnya itu.

"Ini tentang gosip itu". Ucap Dika datar.

Kening Rama mengernyit. Sedikit banyaknya ia sudah tahu tentang gosip yang menyebar luas di desa ini.

" Kenapa la_".

"Pak lurah udah tahu siapa yang sudah nyebarin gosip itu".

Mata Rama melotot. Wajahnya memerah. Tangannya mengepal erat hingga kuku-kukunya memutih.

" Kita pergi sekarang! ".

Rama mengabaikan rasa lelahnya. Ia tidak bisa menunda-nunda untuk bertemu dengan penyebar gosip murahan itu. Rama juga tidak sabar ingin memberi pelajaran pada orang itu.
Dika mengemudikan mobilnya menuju rumah Syifa. Mereka sempat beradu mulut perihal siapa yang akan mengemudikan mobil. Diak tahu siapa Rama. Jika sudah marah, sahabatnya itu kadang suka lost control. Dika masih sayang nyawanya. Ia tidak mau menambah masalah yang sudah ada.

" Kenapa ke sini? " Tanya Rama karena ia bingung melihat mobil yang di tumpangi mereka masuk ke pekarangan rumah kekasihnya.

"Pak lurah udah bawa tersangkanya ke sini".
Dika belum sempat memberi tahu Rama akan kemana mereka akan pergi.

" Kayaknya udah pada dateng. Tuh udah rame". Lanjut Dika. Di depan rumah sudah ada orang berpakaian dinas dari kelurahan.
Dika kaget saat Rama tiba-tiba membuka pintu dan keluar dari mobil. Segera ia menyusul sahabatnya itu. Dika tidak mau Rama melakukan hal tidak pantas yang nantinya justru akan menambah masalah.

KANG MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang