Hai....
Terima kasihya karena udah mau nungguin kelanjutan Kang Mantan
Cerita ini akan tamat sebentar lagi
Tungguin terus ya
Jangan bosen-bosenHappy Reading 🤗🤗🤗
"Kenapa Pak sama mobilnya?"Tanya Syifa pada supirnya. Ia mengeluarkan kepalanya dari jendela yang kacanya sudah ia buka lebar-lebar.
"Bannya belakang kempes Mbak," Jawab supir Syifa yang bernama Mang Diman.
Syifa keluar dari mobil untuk memastikan sendiri. Ia menghela nafas kasar saat tahu ternyata yang dikatakan Mang Diman memang benar.
"Terus gimana Pak?" Tanya Syifa pada Mang Diman.
"Di bagasi mobil ini, biasanya ada ban serepnya. Sebentar biar Mamang lihat dulu Mbak." Mang Diman pun langsung berlari ke belakang dan membuka bagasi mobil.
"Ada Mbak!" Ucap Mang Diman sambil berteriak. Syifa menghampiri Mang Diman yang sedang menurunkan ban, dongkrak dan peralatan lain yang dibutuhkan.
"Mbak Syifa mending nunggu di dalam saja, di luar banyak nyamuk." Syifa menggeleng. Ia tidak mau menunggu di dalam. Di dalam pikirannya saat ini, ia harus segera pulang ke rumah karena ia yakin sebentar lagi suaminya akan pulang dari kantor.
"Sekarang jam berapa ya Mang?" Tanya Syifa. Ia tidak sedang tidak memakai jam ataupun membawa HP untuk melihat jam berapa saat ini.
"Jam setengah 9 Mbak," Jawab Mang Diman.
Syifa mendesah pelan. Dugaan Syifa, Rama pasti sudah di rumah. Siang tadi Rama mengatakan akan pulang telat karena ada pekerjaan yang harus diurus.
"Saya pulang duluan ya Mang. Mang Diman nggak pa-pa kan sendirian di sini?"
"Mamang nggak pa-pa di sini sendirian. Kalau Mbak Syifa mau pulang duluan, Mamang teleponin orang rumah ya supaya jemput ke sini." Mang Diman mengeluarkan HP nya dan hendak mendial nomor seseorang namun buru-buru Syifa melarangnya.
"Jangan Mang!" Syifa menggelengkan kepalanya dan melambaikan tangannya dengan cepat membuat Mang Diman mengurungkan niatnya dan memandang Syifa dengan penuh tanda tanya.
"Kenapa Mbak? Katanya Mbak Syifa mau pulang. Biar Mamang teleponiin orang rumah suruh jemput."
"Iya Syifa memang mau pulang tapi nggak usah telepon orang rumah. Syifa mau jalan kaki aja." Jawaban Syifa tentu membuat Mang Diman kaget bukan main.
Jalan kaki? Bisa-bisa Mang Diman dimarahi majikannya karena menantu satu-satunya pulang ke rumah dengan jalan kaki.
"Jangan Mbak! Nanti Ibu dan Mas Rama marah sama Mamang. Lagipula ini udah malam, memangnya Mbak Syifa berani? Jalanan di komplek ini sepi loh Mbak kalau malam. Mana gelap lagi. Nanti kalau ada hantu gimana?" Mang Diman berusaha menakuti-nakuti Syifa agar perempuan itu tidak jadi melakukan apa yang ia ucapkan.
Syifa terkekeh mendengar ucapan Mang Diman. "Hehehe Mamang kira Syifa anak kecil yang bakalan takut karena cerita hantu kayak gitu. Lagipula Syifa hapal surat-surat pendek dan doa yang bisa dibaca saat ketemu hantu. Jadi Mang Diman tenang aja." Syifa tersenyum agar Mang Diman tidak khawatir.
Mang Diman menghela nafas. "Ya sudah tapi Mbak Syifa harus hati-hati ya."
"Iya Mang siap."
Mang Diman menatap kepergian Syifa sampai punggung perempuan itu tidak terlihat lagi setelah melalui tikungan.
Syifa melangkahkan kakinya dengan cepat. Ia bukannya takut dengan apa yang diucapkan Mang Diman. Ia hanya ingin cepat sampai di rumah. Syifa yakin jika suaminya sudah pulang, laki-laki itu akan mencarinya. Sudah menjadi kebiasaan Rama, saat pulang kerja sang istrilah yang ia cari pertama kali.