Rama melangkahkan kakinya dengan lebar agar bisa segera bertemu dengan istrinya. Ia baru saja keluar dari ruang dokter. Setelah mengatakan hal yang membuat ia mendapat tatapan tajam dari Mamanya, dokter Rita mengajak Rama ke ruangannya karena ada beberapa hal yang harus disampaikan.
Rama terus menebar senyum di bibirnya setelah mendengar pernyataan dari dokter Rita. Kabar bahagia ini harus ia sampaikan pada istri dan Mamanya. Ia yakin kedua perempuan yang sangat berharga dalam hidupnya itu akan sangat bahagia mendengar berita ini. Berita yang sudah mereka nanti-nantikan sejak lama akhirnya terjadi juga.
Mama Asti yang sedang duduk di depan ruang tunggu menantunya langsung berdiri saat melihat sang putra berjalan mendekat. Tanpa basa-basi perempuan paruh baya itu mengambil langkah seribu
"Mau ke mana Ma?" Tanya Rama setelah keduanya saling berhadapan.
"Kamu ikut Mama. Ada hal yang ingin Mama tanyakan."
Rama tahu apa yang akan ditanyakan Mamanya. Ini pasti mengenai ucapan dokter tadi. "Rama akan jelasin ke Mama soal omongan dokter tadi, tapi kita masuk ke ruangan Syifa dulu ya. Ada kabar bahagia yang ingin Rama sampaikan pada Mama dan juga Syifa."
Rama berusaha meyakinkan Mamanya. Namun ia harus menelan pil pahit saat perkataannya ditolak mentah-mentah oleh Mamanya. Mama Asti langsung menarik Rama menjauh dari ruangan sang istri.
"Ma, kasihan Syifa kalau kita pergi dari sini."
Mama Asti menoleh sebentar tanpa menghentikan langkahnya. "Kamu tenang saja, di dalam sudah ada Mbok Nah."
"Tapi Ma_"
Mama Asti menghentikan langkahnya secara mendadak. Untung saja Rama bisa mengerem langkah kakinya dengan cepat, kalau tidak bisa-bisa ia menabrak tubuh Mamanya.
"Sikap kamu yang seperti ini membuat Mama jadi semakin yakin, kalau apa yang terjadi pada Syifa itu adalah perbuatan kamu!"
Rama melotot. "Astaghfirullah Ma! Itu bukan perbuatan Rama. Rama bisa jamin itu."
"Ya makanya kamu nurut aja! Mama ingin kamu menjelaskan tentang apa yang sudah terjadi pada Syifa sehingga dia bisa mempunyai luka-luka seperti itu."
"Oke! Rama akan jelasin, sejelas-jelasnya sama Mama."
Rama hanya bisa menurut saat tangannya terus ditarik menuju taman yang ada di rumah sakit.
"Jelasin semuanya! Jujur sama Mama dan jangan menutupi apapun dari Mama! Mama tidak akan segan-segan menghukum kamu jika sampai kamu membohongi Mama dan mengarang cerita!!"
"Iya Ma. Rama akan menceritakan semuanya dengan jujur."
Rama pun menceritakan semuanya tanpa ada yang ia tutup-tutupi. Melihat dari reaksi Mamanya, Rama yakin Mamanya sangat marah pada pelaku yang sudah membuat menantu kesayangannya kesakitan seperti ini.
"Kurang ajar sekali dia! Berani-beraninya berbuat seperti itu pada menantu Mama! Mama nggak akan ngebiarin dia bebas gitu aja!" Ucap Mama Asti dengan wajah penuh amarah.
"Iya Ma! Rama juga nggak akan ngebiarin dia bebas gitu aja! Rama sudah meminta pengawal untuk mencari bukti melalui CCTV yang ada di lokasi kejadian."
"Bayu dan Sinta pasti tahu di mana keberadaan anak mereka. Mama akan tanya pada mereka." Mama Asti sudah mengeluarkan ponsel mahal dari dalam tasnya. Buru-buru Rama melarang Mamanya menelpon Om dan Tantenya itu.
"Nggak perlu Ma. Rama sudah menemukan keberadaan Baron saat ini."
Kening Mama Asti mengernyit mendengar pernyataan anaknya. "Kamu sudah tahu?Lalu kenapa tidak kamu tangkap? Kamu mau ngebiarin dia lepas gitu aja? Mama nggak rela ya dia kelayapan di luar setelah perbuatannya pada Syifa!" Ucap Mama Asti dengan nada marah.