🌜41🌛

909 90 10
                                    

Hai guy's... 🙋
Yang minta up lagi, nih aku kabulin. Tapi jangan lupa untuk part ini vote and komennya. Happy Reading 🤗🤗🤗

"Apa yang kalian lakukan benar-benar keterlaluan. Kalian berdua adalah guru. Tugas kalian mendidik anak-anak agar menjadi generasi yang lebih baik untuk masa depan bangsa. Mengajar dan memberikan contoh yang baik pada mereka. Bukan malah sebaliknya. Berkelahi di lingkungan sekolah! Memalukan!Apa jadinya kalau tadi, ada anak yang masuk dan melihat kalian berkelahi seperti itu? ". Syifa dan bu Dita saling melirik saat mendengar ucapan pak Rahmat.
Yah orang yang menyaksikan perkelahian mereka tadi adalah pak Rahmat, sang kepala sekolah.
Syifa dan bu Dita langsung di bawa ke ruangan beliau ini di interogasi.

Syifa menunduk dalam. Ia sedikit menyesal karena perbuatannya. Ingat ya! Hanya sedikit. Selebihnya ia lega karena bisa memberi pelajaran pada bu Dita. Si biang kerok.

" Syifa! Dita! " Merasa namanya di panggil, kedua perempuan itu mengangkat kepalanya.

"Bapak kenal kalian sudah cukup lama. Kalian perempuan yang baik. Jujur saja, saya merasa kecewa dengan perbuatan yang kalian lakukan. Apapun masalahnya, tolong selesaikan dengan baik. Bicarakan dan temukan solusinya".

Syifa dan bu Dita mengangguk.

" Iya Pak. Syifa minta maaf. Syifa salah". Sesal Syifa. Ia menyesal karena berkelahi dengan bu Dita di lingkungan sekolah. Mungkin jika perkelahian itu tidak terjadi di tempat kerja, Syifa akan bersikap biasa saja.

"Saya juga minta maaf Pak. Saya menyesal karena berkelahi dengan dia. Tapi saya melakukan itu untuk melindungi diri dari serangan dia pak".

Syifa melotot tidak terima. " Saya nggak akan nyerang ibu kalau ibu nggak nuduh orang tua saya dengan seenaknya ya! ".

" Heh yang nuduh orang tua kamu siapa? Kalau kamu dengerin dari awal kami ngobrol, bu Desi lah orang yang pertama nuduh. Kalau saya mah bilangnya kamu deketin pak Rama demi mendapatkan proyek itu untuk kedua orang tau kamu. Beda sama bu Desi, kalau dia langsung bilang mereka menyodorkan kamu ke pak Rama supaya bisa dapetin proyek itu! ".

" Itu sama aja! Intinya kalian udah memfitnah saya dan kedua orang tua saya tanpa bukti! ".

" Buktinya jelas, proyek itu nyatanya jatuh ke tangan Ayah kamu!".

"Iya tapi alasannya bukan_"

"Halah ngeles terus kayak bajai".

" Hei! Saya nggak ngeles ya. Ini benar! ".

" Tukang ngeles! ".

" Kamu yang tukang ngeles. Udah tau salah, nggak mau di salahin. Malah nyalahin orang".

"Kamu! "

"Kamu!!". Syifa dan bu Dita kembali adu mulut.

Brak....

" Kalian diam!! ".

🍃🍃🍃

👏👏👏

Syifa mendapat tepukan tangan yang meriah dari Wulan. Gadis itu melihat Syifa dengan tatapan bangga dan kagum.
Syifa justru bingung dengan tingkah Wulan. Apa yang ia lakukan bukanlah hal yang baik. Tapi kenapa sahabatnya ini malah memberinya tepuk tangan?? Aneh.

" Salut aku fa sama kamu. Kamu tuh di kenal kalem, anggun ternyata bisa gahar juga ya".

"Lan,aku lagi kena musibah loh. Kamu seneng banget kayaknya".

" Loh kok musibah. Justru anugerah dong. Enak loh di kasih libur tiga hari sama pak Rahmat ". Wulan menaik turunkan alisnya.

" Libur palamu! Aku lagi si skors Lan sama pak Rahmat ". Ucap Syifa ngegas.
Syifa yang berkata dengan nada yang tinggi malah membuat Wulan tertawa.
Syifa menggelengkan kepala. Benar-benar ya sahabatnya satu ini. Teman kena kartu kuning, bukannya prihatin malah senengnya bukan main.

Mbak Hani yang ikut ke rumah Syifa juga menggelengkan kepala karena Wulan. Wulan tadi sangat panik saat mendengar cerita dari Rita bahwa Syifa dibawa ke ruangan kepala sekolah karena bermasalah. Ia bahkan tidak fokus saat bekerja karena memikirkan nasib sahabat. Tapi sekarang, bukannya bersedih malah justru sebaliknya. Wulan tertawa dan terlihat bangga setelah mendengar penjelasan dari Syifa. Rita sempat menjelaskan alasannya karena mereka tadi di kejar deadline.

" Gini nih mbak kalau punya sahabat tapi durhaka. Sahabat lagi kena musibah malah di ketawain ". Syifa mengadu pada mbak Hani.
Mbak Hani hanya menatap Syifa sambil mengelus pundaknya.

" Jujur ya fa, aku bangga tau sama keberanian kamu. Mungkin kalau aku yang mengalami hal itu, aku bakalan ngelakuin hal yang sama. Bahkan bisa lebih kalau aku yang ada di posisi kamu. Kalau cuma kita yang di jadiin bahan gibahan, okelah nggak masalah. Tapi kalau sampek bawa-bawa orang tua, apapun  akan aku lakuin".

"Ya makanya itu Lan. Gosip-gosip yang kemarin masih bisa aku biarin tapi kalau yang ini sampek di biarin terus akhirnya meluas kemana-mana dan mencemarkan nama baik ayah sama ibu, aku nggak bisa. Mereka nggak tau apa-apa. Kenapa jadi di bawa-bawa!!".

" Mbak juga heran sama bu Dita. Kenapa dia punya sifat yang sangat buruk seperti itu? Terus alasannya memfitnah kamu seperti itu tuh apa?".

"Mungkin dia balas dendam kali mbak. Dia kan udah ngejar-ngejar pak Edo dari lama tapi sayangnya, pak Edo ngelirik juga enggak. Eh pak Edo nya malah milih Syifa, ngejar-ngejar Syifa. Mungkin dia marahnya karena hal itu kali".

" Terlalu kekanakan sih kalau memang itu alasannya ".

Saat mbak Hani dan Wulan masih terus membahas tentang bu Dita dan pak Edo, tiba-tiba Syifa terkekeh. Hal itu tentu saja membuat kedua perempuan di hadapannya itu bingung.

" Kamu kenapa fa? Otak kamu nggak geser kan karena jambakan bu Dita tadi? ".

" Sembarangan kamu kalau ngomong! Aku ketawa karena ingat masalah tadi. Bisa-bisanya ya aku berantem sama bu Dita. Mana pas si ruangan pak Rahmat,kami di suruh minta maaf m dan suruh buat janji, tidak akang mengulanginya lagi. Udah kayak bocah kan? Mana berantemnya jambak-jambakan. Ketahuan kepala sekolah pula. Bener-bener deh. Hilang deh image baik yang udah aku bangun di depan pak Rahmat".
Syifa menggelengkan kepalanya. Ia benar-benar tidak menyangka bisa berbuat demikian.

"Ya udah nggak pa-pa. Nanti juga pak Rahmat lupa".

" Nggak akan lupa deh kayaknya. Kamu inget kan Lan, ingatan pak Rahmat itu kuat banget".

"Iya. Aku yang pernah ketiduran di kelas waktu pelajaran nya aja masih di inget".
Wulan mengatakan bagian yang di maksud Syifa.

" Hmmm nanti kalau ibu tanya kenapa aku libur, aku harus jawab apa yang Lan, mbak? ".
Syifa meminta solusi pada keduanya.

" Jawab jujur aja fa. Kamu di skors karena berantem sama bu Dita".

"Ya ampun Lan. Masa iya aku harus jujur bilang gitu. Kek bocah enggak sih? ".

" Memangnya kamu ada alasan lain? Kalau mbak sih setuju sama omongan Wulan ".

" Hehehe nggak ada sih mbak. Cuma kok ya ngenes banget enggak sih kalau aku bilang gitu. Terus nanti kalau mereka tanya alasan kenapa aku berantem sama bu Dita, aku harus bilang apa? Kalau harus bilang karena aku belain mereka, aku takut mereka sedih mbak. Tau kan aku be lain karena apa? Mana ayah itu orangnya kalau di kasih penjelasan harus sekelas mungkin. Pokoknya harus sampek ke akar-akarnya. Harus tuntas ".

" Mungkin gini fa. Kamu bilang aja alasan kamu berantem sama bu Dita karena ngerebutin pak Edo".

Plak...

Syifa memukul paha Wulan sampai terdengar bunyinya yang nyaring.

"Sakit fa! Kamu mah di kasih ide malah aku di siksa".

" Ide kamu bener-bener nggak mutu Lan. Masa iya aku harus ngomong gitu".

"Ya mau gimana lagi. Daripada nggak ada alasan lain kan? Kayaknya itu udah yang paling tepat "

KANG MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang