"Hei! Bengong aja. Kesambet baru tahu rasa".
Syifa mengelus pundaknya yang di tepuk dengan keras oleh Wulan." Bisa enggak nepuk nya pelan-pelan. Sakit nih".
"Helloo.... Dari yang cuma di toel sampek aku tepuk-tepuk pundak kamu, nggak ada kamu nengok. Salam aku aja nggak kamu jawab".
" Oh... Hehehe. Maaf. Wa'alaikumsalam ".
" Bengong kenapa? Mikirin apa? ".
" Mikirin jodoh". Jawab Syifa sekenanya.
"Ckck... Jodoh di pikirin. Jodoh itu di cari. Di pikirin doang mah nggak akan dapat".
" Nyari di mana? Jodoh yang aku pengenin , nggak bisa aku dapetin. Sedih banget ya nasib aku".
Wulan memiringkan badannya hingga kini ia berhadapan langsung dengan Syifa.
"Aku penasaran, seperti apa sih mantan pacar kamu? Seperti apa rupanya sampek kamu susah buat ngelupain dia".
" Bukan hanya rupa Lan, sikap dan perlakuannya yang membuat aku susah buat ngelupain dia".
Wulan memang belum pernah melihat wajah mantan kekasih Syifa. Ia hanya tau bahwa Syifa pernah berpacaran dengan seniornya di kampus. Maklum lah, Syifa dan Wulan dulunya beda Universitas."Semalam aku teleponan sama sahabat ku....tapi...entah kenapa aku merasa kayak lagi teleponan sama dia. Tiba-tiba aku nyanyi lagu kenangan kami. Biasanya lagu itu aku nyanyiin buat dia kalau dia lagi nggak di dekat aku".
Wulan mendengarkan curhatan dari Syifa. Ia tidak menyangka sahabatnya sebegitu cintanya pada sang mantan. Wulan jadi semakin penasaran tentang sosok mantan Syifa.Wulan mengeluarkan HP nya dan membuka aplikasi instagram.
" Nama akun si doi apa? "
Syifa menoleh saat mendapat pertanyaan dari Wulan.
"Buat apa? "
"Aku penasaran seperti apa sosoknya sampek kamu jadi bucin tingkat akut gini".
" Nggak usah aneh-aneh".
"Ayolah fa. Aku penasaran banget". Desak Wulan. Syifa akhirnya memberitahu nama akun itu.
"Haa! Gimana bisa aku udah follow mantan kamu fa". Teriak Wulan histeris.
Syifa menampilkan wajah kagetnya. Ia meminta ponsel Wulan dan benar apa yang di katakan Wulan. Sahabatnya sudah mem-follow akun lelaki itu." Tadi udah kamu pencet follow kali".
"Eh belum. Ini aja baru aku ketik setelah kamu sebutin namanya".
" Terus kok bisa begini"
"Lah mana aku tau".
" Kapan kamu follow dia? "
"Aku nggak tau fa tapi belum di follback sama dia. Liat tuh". Akun IG Wulan memang belum di follback oleh mantan Syifa.
"Perasaan...aku nggak pernah ngasih tau kamu nama IG dia tapi kenapa bisa kamu udah follow dia". Wulan mengangkat bahunya. Ia juga tidak tahu.
Keduanya terus menerka-nerka bagaimana bisa Wulan sudah mem-follow instagram mantan kekasih Syifa.
Selama Syifa berpacaran dengannya, gadis itu jarang cerita-cerita mengenai masa lalunya pada sang sahabat. Maklumlah mereka dulunya beda kampus. Kesibukan yang di jalani masing-masing membuat komunikasi mereka renggang.🍃🍃🍃
Minggu pagi di manfaatkan Syifa untuk jalan-jalan di sekitar tempat tinggalnya. Udara sejuk seperti ini sangat baik untuk kesehatan jantung dan paru-paru nya. Matahari yang belum bersinar terang membuat Syifa semangat untuk terus berjalan ke tempat yang ia tuju.
" Nanti Anan jangan jauh-jauh dari teteh ya. Inget! "
"Heem" Jawab Anan singkat.
Syifa bukan hanya sekedar jalan-jalan. Ia ada tujuan lain keluar rumah pada pagi hari seperti ini. Syifa di minta untuk berbelanja di pasar kaget yang hanya ada di hari Minggu.
"Teteh, nanti Abi beliin kerak telor ya".
" Pantesan kamu mau ikut ke pasar. Ada yang di pengen ternyata".
Abi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hehehe beliin ya teh. Kalau nggak gini, nggak bakalan nemu makanan begini".
Syifa berdecak.Pantas saja Abi ngotot ingin ikut. Biasanya anak itu paling malas kalau harus berdesak-desakan di pasar. Pernah Syifa mengajak dan jawaban yang Syifa terima adalah penolakan. Alasannya becek, bau, panas dll.
Untuk sampai di pasar, Syifa memilih berjalan kaki. Letak pasar tidaklah jauh dari rumahnya. Kira-kira berjalan 30 menit sudah sampai di tempat tujuan.
" Teh, kemarin aku lihat rumahnya pak Haji Abdul banyak orang. Emangnya rumah itu ada yang nempatin lagi? " Tanya Abi.
"Teteh malah nggak tau. Jam berapa emangnya? Kemarin siang teteh pulang dari sekolah masih sepi. Nggak ada apa-apa". Jawab Syifa jujur.
Rumah yang di maksud Abi adalah rumah orang yang di segani dan paling kaya di kampung Syifa. Letak rumahnya tepat di sebelah gapura yang akan masuk ke desa Syifa. Rumah itu sudah kosong 3 bulan terakhir. Pemiliknya yang bernama pak Abdul, tinggal bersama anaknya di Jakarta." Teteh kan pulangnya masih siang. Aku kan pulangnya sore. Di sana ada banyak mobil. Mana mobilnya bagus-bagus".
"Mungkin rumahnya emang udah laku kali".
" Iya juga. Berapa ya teh kira-kira harga rumah itu? "
"Ya pastinya mahal. Rumah pak Haji kan yang paling bagus di sini".
" Milyaran ada ya teh mungkin ". Syifa menghendikan bahunya. Ia sendiri tidak tahu. Tapi jika benar harganya sampai milyaran, ya wajar sih. Rumah pak Haji Abdul adalah rumah terbagus dan terluas di desa Syifa. Rumah itu sangat mencolok di antara rumah-rumah warga yang lain. Warnanya putih gading berpadu dengan warna gold. Rumah itu berlantai dua dan berfasilitas lengkap. Di sekeliling rumah, ada pagar besi setinggi 2 meter.
Selama di tinggalkan oleh pemiliknya, rumah itu di bersihkan dan di jaga oleh orang suruhan dari anak pak Haji." Berarti kalau lebaran nanti, nggak ada yang bagi-bagi THR lagi dong teh". Ucap Abi dengan wajah sedih. Bukan nya berempati, Syifa justru tertawa.
"Kamu ini, lebaran bukannya minta maaf, malah minta THR".
" Hilih teteh juga gitu. Kiranya aku nggak tau"
Wajah cemberut Abi membuat Syifa semakin tertawa. Yah memang benar yang di katakan adiknya ini. Setiap hari raya Syifa memang selalu menantikan THR dari pak Haji Abdul. Eits itu dulu ya. Saat Syifa masih kecil. Ketika sudah besar, malulah... Masa iya masih mengharapkan THR. Tapi kalau di kasih tidak apa-apa. Akan tetap di terima😄😄"Ya kamu berdoa aja. Semoga yang membeli rumah pak Haji, adalah orang baik dan mempunyai sifat seperti beliau".
" Aamiin". Jawab Abi senang. Jawaban selanjutnya membuat Syifa menggelengkan kepala.
"Kalau bisa ngasih THR nya lebih besar ya teh. Hahaha".Tak terasa mereka sudah sampai di pasar kaget. Orang-orang sudah berdatangan dari berbagai tempat.
Penjual yang ada di sini, tidak semuanya berasal dari desa Syifa. Malahan lebih banyak yang datang dari luar desa. Contohnya ya tukang kerak telor yang diinginkan Abi." Anan, teteh gendong aja ya". Adnan mengangguk.
"A'a bawain tas belanjanya ya"." Siap teh".
Syifa tersenyum. Ada untungnya juga Abi ikut. Jika tidak, Syifa pasti akan kerepotan karena biasanya ia akan pergi ke pasar bersama ibunya.