🌜10🌛

1.4K 117 1
                                    

"Balonku ada_".

" Lima".

"Rupa-rupa_"

"Warnanya".

"Hijau, kuning, kelabu, merah muda dan biru.... Meletus balon hijau.... _"

"Dor! ".

" Hatiku sangat kacau...balonku tinggal_".

"Empat".

" Ku pegang_".

"Erat-erat".

Syifa mengajari adik bungsunya bernyanyi lagu balonku. Walau Adnan hanya menyebutkan lirik-lirik terakhir pada setiap kalimat nya, tidak masalah. Namanya juga masih belajar.

Anak laki-laki yang baru berusia 4 tahun itu duduk manis di pangkuan Syifa. Sejak tadi, Adnan tidak mau jauh-jauh dan selalu ingin menempel pada kakak sulungnya.

" Anan mau nyanyi apa lagi? "
Anan adalah panggilan sehari-hari untuk Adnan.

"Pelangi".

" Pelangi? Emang Anan tau lagunya?".

"Tau. Di odong-odong ada". Ucapnya menjelaskan. Ekspresi wajahnya yang serius seakan-akan memberitahu bahwa apa yang di bicarakan nya itu benar.

" Ya udah. Dengerin teteh dulu ya. Nanti kalau Anan udah bisa, Anan gantian yang nyanyi. Oke". Adnan mengangguk antusias. Syifa pun mulai menyanyikan lagu ciptaan AT Mahmud yang menggambarkan bentuk pelangi yang begitu indah. Warnanya yang beragam terlihat apik dan memukau bayi siap saja yang melihatnya.

Adnan mendengarkan nya dengan seksama. Sesekali mulutnya komat-kamit ikut menyanyikan lagu tersebut.
Perbedaan umur keduanya tidak membuat mereka jauh. Justru mereka malah sangat dekat dan akrab. Adnan lebih manja pada Syifa ketimbang ibunya.
Jika biasanya orang yang sudah pantas menikah seperti Syifa akan malu jika masih memiliki adik balita, maka tidak dengan Syifa. Syifa tidak malu. Justru ia senang dengan kehadiran Adnan di keluarganya.

Tak hanya bernyanyi, Syifa juga mengajari Adnan untuk menulis dan membaca. Untuk membaca Adnan termasuk anak yang cepat tanggap. Ia cepat mengenal huruf dan angka.
Untuk menulis? Syifa harus lebih banyak bersabar. Tulisan Adnan masih sangat berantakan. Adnan menulis sesuka hatinya. Disinilah peran penting Syifa yang berprofesi sebagai tenaga pendidik. Selain bersabar, ia juga harus telaten mengajarinya setiap hari.

Di rumah, hanya ada Syifa dan kedua adiknya. Ayah dan ibunya sedang pergi kondangan ke desa sebelah. Syifa yang merasa bosan di dalam rumah, mengajak Adnan untuk keluar menemui Abi. Anak itu sedang berlatih gitar di teras.

"Belum selesai belajar nya? " Tanya Syifa pada Abi yang tengah serius memetik senar pada gitarnya.

"Belum teh".

" Kamu belajar gitarnya getol banget, mau ikut lomba apa gimana sih? " Syifa duduk di samping Abi dan membiarkan Adnan bermain di depannya.

"Enggak. Kepengen bisa aja".

" Beneran? Apa karena pengen di bilang keren sama cewek-cewek ".
Mendengar ucapan teteh nya, Abi menoleh dan tersenyum.

" Hmmm pantesan. Rela-relain masuk ekskul musik,minta beliin gitar juga. Ternyata ada sesuatu nya". Syifa melirik sinis pada Abi.

"Hehehe".

" Kamu masih kecil, masih SMP. Jangan mikirin cewek dulu. Belajar dulu yang bener ". Nasihat Syifa.

" Iya teh. Aku juga belum mau pacaran tapi.... Kalau TP TP boleh kan? "

"TP... TP? Apa itu".

" Tebar pesona teh. Masa kayak gitu aja nggak tau".
Syifa menggelengkan kepalanya. Syifa memaklumi keadaan Abi yang berada di fase remaja.

"Teteh pernah pacaran enggak? " Pertanyaan tiba-tiba dari Abi membuat Syifa kaget.

"Kenapa tiba-tiba tanya begituan? "

"Emangnya nggak boleh ya? Aku penasaran aja, teteh pernah pacaran enggak sih? "

"Pernah". Jawab Syifa jujur.

" Beneran? " Mata Abi membulat seakan tidak percaya dengan ucapan teteh nya.

"Kamu nggak percaya teteh pernah pacaran? ".
Abi menggelengkan kepala.

" Ckk... Terserahlah mau percaya apa enggak, yang penting teteh udah jawab dan itu jujur". Syifa berdecak kesal dan ia sengaja memberikan tekanan saat mengatakan jujur.

" Kapan teteh pacaran? Kok aku nggak tau. Pacar teteh orang mana? Kok pacar teteh nggak pernah di ajak ke rumah? ". Tanya Abi bertubi-tubi.

" Kamu kepo banget sih".

"Aku penasaran teh, ayo jawab". Sesak Abi.

" Kamu nggak perlu tahu. Udah ah lanjutin aja belajar gitarnya biar bisa tp tp sama cewek di sekolah". Syifa berdiri dan menghampiri Adnan.

"Masuk yuk. Bobok". Ucap Syifa pada Adnan.

"Tidurnya jangan malam-malam. Pintunya di kunci aja. Ayah sama ibu bawa kunci sendiri". Syifa berbicara pada Abi. Sebelum berangkat kedua orang tuanya sudah berpesan agar tidak usah menunggu mereka pulang. Syifa dan kedua adiknya boleh tidur terlebih dulu.

" Teteh kan belum jawab pertanyaan aku".

"Pertanyaan kamu nggak penting. Mendingan teteh tidur".

Masuk ke dalam kamar setelah membuatkan susu untuk Adnan, Syifa mendapati HP nya menyala. Tidak ada suaranya karena Syifa menonaktifkan nada dering nya. Tulisan my bestie tertera di sana.

" Assalamu'alaikum sayang ". Ucap Syifa ceria.
Hening beberapa detik hingga Syifa kembali mengucap.

"Kok diem Rin? Salam aku nggak di jawab nih. Dosa loh nggak jawab salam. Hehehe". Tidak ada jawaban dari sana.

" Rin... ". Ucapnya lagi.

Syifa mengernyit saat mendengar lenguhan dari seberang sana. Samar-samar ia mendengar suara serak seperti bangun tidur.

" Rin... ".

" Assalamu'alaikum fa. Iya ada apa?".

"Wa'alaikumsalam. Kok malah kamu yang nanya ada apa, harusnya aku dong yang nanya".

Hmmm...

Tut.... Sambungan telepon pun mati. Syifa mengernyit sambil menetap ponselnya.

" Aneh. Dia yang nelpon, dia juga yang matiin".

Syifa hendak meletakkan ponselnya namun benda berbentuk persegi panjang itu kembali berdering.

"Kenapa Rin? Kalau ngantuk tidur aja, nggak usah nelpon aku".

" Enggak kok. Tunggu bentar ya. Gue cuci muka dulu. Jangan di matiin!". Seru Rindu.
Syifa bingung dengan sikap Rindu. Seberapa penting hal yang ingin di sampaikan sahabatnya itu hingga rela waktu tidurnya terganggu.

"Hei pujaan hati apa kabarmu.... Ku harap kau baik-baik saja.... Pujaan hati, andai kau tahu... Ku sangat mencintai dirimu...". Syifa bernyanyi sambil menunggu Rindu yang belum kembali.

" Hei pujaan hati... Setiap malam, aku berdoa kepada sang Tuhan... Berharap cintaku jadi kenyataan... Agar ku tenang meniti kehidupan... Pujaan hati... Pujaan hati... Pujaan hati, pujaan hati... ".

Seseorang mendengar suara Syifa dengan hati yang tak karuan. Rasanya campur aduk. Senang, sedih dan haru bercampur menjadi satu. Saat mendengar lirik selanjutnya, matanya mulai berair.

" Mengapa... Kau tak membalas cintaku... Mengapa, engkau abaikan rasaku.... Ataukah mungkin hatimu membeku, hingga kau tak pernah pedulikan aku....cobalah mengerti keadaan ku dan cobalah pahami keinginan ku... Ku ingin engkau menjadi milikku... Lengkapi jalan cerita hidupku... Pujaan hati... Pujaan hati... ".

Hiks...

Syifa diam-diam menangis. Lirik lagu ini sangat related dengan kisah cintanya.
Ia pernah sangat sangat mencintai seseorang namun harus berpisah karena suatu hal. Rasa yang dulu ada masih Syifa tersimpan apik sampai saat ini. Di bilang gagal move on... Iya. Syifa memang gagal move on dari masa lalunya. Syifa masih menyimpan perasaan pada sosok itu. Terlalu banyak kenangan manis yang sudah Syifa lalui dengannya.
Terkadang Syifa berpikir, masihkah dia di beri kesempatan untuk bersamanya?

KANG MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang