🌜42🌛

1K 118 11
                                    

"Teteh nggak kerja? " Tanya bu Titin pada putrinya yang masih menggunakan piyama di pagi ini. Biasanya Syifa akan keluar kamar dengan pakaian yang sudah rapi. Tidak seperti sekarang.

"Libur bu". Jawab Syifa di sertai senyum untuk menutupi rasa bersalah nya karena berucap bohong.

" Libur apa di liburin? ".

Uhuk....

Syifa yang sedang minum pun tersedak saat mendengar ucapan ibunya.

" Lib_".

"Ibu nggak pernah ngajarin teteh buat bohong loh".

Syifa meletakkan gelasnya dan menunduk. " Maaf bu".

"Ibu udah tahu apa yang terjadi sama teteh di sekolah kemarin. Teteh berantem kan sama bu Dita kan? ".
Perlahan Syifa mengangguk.

Bu Titin mematikan kompornya dan duduk di sebelah sang putri. Ia mengelus pundak Syifa hingga akhirnya gadis itu mengangkat kepalanya.

" Kenapa berantem? Kayak anak kecil aja. Teteh ini udah dewasa. Orang dewasa nggak main kekerasan loh buat nyelesain masalahnya".
Syifa menunduk sambil mendengarkan nasihat ibunya.

"Iya bu maaf".

" Kenapa minta maaf sama ibu? Teteh kan nggak buat salah ke ibu. Justru ibu yang harusnya bilang makasih ke teteh karena teteh ngelakuin itu buat ngebela ibu sama ayah kan? "
Syifa mengangguk.

"Ibu ngucapin makasih banget karena teteh udah mau ngebelain ibu sama ayah tapi bukan begitu caranya sayang. Main kekerasan bukan hal yang di benarkan".

" Iya bu teteh tahu. Cuma, kemarin itu teteh udah gedek banget sama bu Dita. Mulutnya itu loh enteng banget. Udah kayak nggak di sekolahin aja".

"Udah nggak usah ngomel lagi. Kamu mau ngomel panjang lebar juga nggak akan menyelesaikan masalah. Teteh mau berantem dengan jambak-jambakan sampek rambutnya rontok juga nggak akan selesai masalah ini. Yang ada kalian malah saling menyakiti satu sama lain. Teteh jangan terlalu membenci bu Dita ya. Dia nggak sepenuhnya salah. Ada seseorang yang menyuruh dia melakukan hal itu".

Syifa menatap ibunya bingung.
" Seseorang?? Siapa bu? ".

" Nanti juga teteh tahu. Sekarang mendingan teteh panggil Abi sama Anan. Ajak mereka sarapan bareng".
Walau masih di liputi rasa penasaran, Syifa memilih untuk memanggil adik-adiknya. Sepertinya sang ibu tahu suatu hal yang belum ingin di ceritakan padanya.

"Ayah kemana ya bu? Kok di teras nggak ada? Udah ke ladang?". Tanya Syifa karena tidak melihat keberadaan ayahnya di depan rumah. Biasanya pagi-pagi seperti ini, ayahnya itu akan memandikan burung peliharaan nya.

"Ayah lagi ke rumah pak lurah".

Kening Syifa mengernyit. " Pagi-pagi begini? "

"Iya. Ada urusan yang harus di selesaikan ayah sama pak lurah".

" Urusan apa? ".

" Anak kecil nggak boleh kepo".

"Tadi ibu bilang teteh udah dewasa, kenapa sekarang ibu bilang teteh anak kecil? " Ucap Syifa tidak Terima karena di katai anak kecil.

"Kalau orang dewasa nggak akan jambak-jambakan sama temen kerjanya".
Syifa menunduk karena malu.

" Bu, kok teteh nggak kerja". Abi yang berjalan mendekati meja makan sembari menenteng tas nya.

"Tanya ke teteh mu. Kenapa tanyanya ke ibu"

"Ish ibu mah. Tadi Abi udah tanya ke teteh tapi malah di jawab lagi libur. Memangnya hari ini tanggal merah?".

KANG MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang