54 • Hadiah Kecil Dari Tuhan

76 29 0
                                    

Tangan bapak yang aku cekal bergerak, dia meraup napas banyak-banyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangan bapak yang aku cekal bergerak, dia meraup napas banyak-banyak. Sehingga, respiratornya terlihat berembun banyak.

"Pak," panggilku, lalu aku mendengar bapak berdeham pelan.

"Anak bapak kenapa tidur di sini?"

Kabut tipis mulai memenuhi mataku, setelah mendengar kalimat yang terdengar sangat parau.

"Nemenin bapak, dong," jawabku memaksakan senyum, tidak ingin menangis sebab bapak juga pasti akan merasakan sedih yang sama.

"Kamu nggak kerja?" Aku menggeleng pelan, menaut tangan bapak yang panas.

"Bapak pulang, Alice ikut pulang juga," jawabku membuat bapak tertawa kecil.

"Marahan sama ibu lagi, ya?" Bapak yang sakit, aku yang terus menggeleng menjawab pertanyaannya.

"Bapak, kan—"

"Tuh, Ibu baru tidur, jadi Alice yang tidur di sini." Padahal, aku mengusir ibu yang tadi duduk di sini memandangi kekasihnya.

"Jangan berantem terus sama Ibu, dia capek. Jagain Bapak, ngurus toko, ngurus adik-adik kamu juga, kalau ibu marah, jangan balik marah, ya?"

"Mmmm, Alice janji," ucapku padahal sudah ingkar sebelum bapak bicara.

"Ya sudah, sana pulang. Temani adikmu, bapak dengar Anna yang menjaga mereka, ya?" Kalau ini aku tidak bisa, makanya aku menggeleng keras.

Tidak mau, aku tidak mau jauh dari bapak.

"Iya, Anna jaga mereka. Tapi, aku tidak mau pulang, aku mau di sini, temenin Bapak," ucapku membuat Bapak tersenyum, dia meremat lenganku.

Mungkin baginya itu erat, tapi bagiku tidak. Cekalannya sangat lemah, makanya aku memegang lengan bapak berharap setidaknya bapak akan kuat.

"Pulang, Nak. Nanti bapak nyusul pulang. Bapak sudah merasa enakan, meski di sini sesak, bapak ingin cepat pulang."

Aku tersenyum, setidaknya itu membuat aku dan bapak tenang.

"Baiklah, tapi kalau Bapak pulang, janji harus sembuh, ya?" Dia mengangguk, kemudian aku mengelap keringat yang mengucur dari dahi bapak.

Aku takut bapak berbohong, bagaimana kalau bapak bilang rencana Tuhan lebih indah lagi?

"Janji, bapak pengen ketemu Rora, dia pasti kangen bapak. Sara juga, dia pasti kangen bapak, kan."

"Tentu saja, makanya cepet sembuh Bapak Kusuma."

"Iya, Bapak bakal sembuh, kan, bapak sudah janji."

Dari kutipan film yang aku tahu, menjanjikan sesuatu di saat situasi tidak memungkinkan itu merupakan sebuah kebohongan. Jadi, apa kondisi bapak yang semakin memburuk, bapak yang berjanji akan pulang dalam keadaan sehat juga merupakan sebuah kebohongan?

Paranoia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang