73 • Perasaan Tersembunyi

62 26 0
                                    

Sebenarnya, aku tidak akan membiarkan Alice sendirian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sebenarnya, aku tidak akan membiarkan Alice sendirian. Namun, karena gadis itu memaksa aku untuk pergi bekerja, dan dia berjanji tidak akan melakukan hal aneh apa pun, aku akhirnya pergi setelah Septian datang ke Villa. Sebenarnya, di sana Alice tidak benar-benar sendiri, ada bibi yang dulu pernah aku ceritakan pada Alice. Bibi yang menjagaku saat orang tuaku sibuk. Ada juga penjaga kebun, mereka semua sudah mengenalku, bisa dibilang mereka adalah orang kepercayaanku.

Dan, aku sudah berpesan, tinggalkan Alice sendiri. Buat jarak yang nyaman, agar Alice tidak merasa rusuh oleh kehadiran siapa pun. Karena aku memahami Alice, aku mengenalnya. Meski tidak banyak, sebagian besar tentang Alice aku sudah mengetahuinya.

Semenjak aku membiarkan Alice pergi, sesuatu mulai menenggelamkanku pada rasa penyesalan. Sampai akhirnya, setiap pulang bekerja, aku selalu menyempatkan diri pergi ke Pandora, kemudian duduk di gapura depan rumah Alice. Siapa tahu dia keluar. Dan, seminggu setelah Mala mengunjunginya esok harinya aku melihat Alice keluar.

Hatiku sakit, tubuh gadis itu tampak lebih kecil dari sebelumnya. Wajahnya tetap cantik, meski di bawah matanya tampak terlihat semakin kehitaman. Lalu, sejak hari itu aku lebih sering menunggu di depan gapura rumahnya.

Dan, aku hampir gagal menjaga Alice. Tidak, sebenarnya aku sudah gagal menjaga Alice, aku membiarkannya pergi sendiri. Aku terlalu gegabah mengambil keputusan, di saat mungkin Alice yang ingin sendiri sebenarnya butuh untuk ditemani. Aku yang bodoh, dan dengan sombongnya aku merasa sudah mengenal Alice sepenuhnya.

Padahal, sampai akhir aku tidak menemui titik di mana Alice akan menyerah. Titik di mana hatiku juga ikut hancur, melihat bagaimana Alice ingin mengakhiri segalanya.

Aku menghela napas panjang, rasa sakit itu masih meremat dadaku kuat-kuat. Aku ketakutan, takut benar-benar Alice menyerah untuk segalanya. Namun, saat Alice berjanji dan meminta aku untuk menemaninya sampai sembuh, dari mulai situ hatiku terasa ditenangkan olehnya.

Lamunanku buyar, pintu diketuk empat kali. Itu artinya Septian sudah kembali.

"Bagaimana? Salsa, gadis yang datang ke pestaku dan membuat Alice kacau itu bagaimana kehidupannya?" tanyaku membuat Septian menaruh amplop cokelat.

Dia menggeleng pelan melihat reaksiku. Aku masih curiga penyebab Alice menyerah atas segalanya adalah karena gadis itu. Gadis dari masa lalu, yang kembali mengusik hidup tenangnya.

"Datanya ada di sana, sedikit banyak yang gue ketahui, Salsa akan menikah bulan depan. Kabarnya, kandungan dia sudah berusia empat bulan," ucap Septian membuatku tertawa.

Salsa merendahkan manusia lainnya, karena dia menyadari kalau dia lebih rendah daripada gadis yang pernah dia sakiti hatinya.

"Koh, jangan ketawa gitu, kesannya kayak orang jahat," protes Septian membuat

Awalnya, aku tidak mau gegabah. Namun, kalau resikonya harus kehilangan Alice, menjadi egois dan jahat rasanya aku mampu melakukannya. Kejahatan dibalas kebaikan? Orang naif mana yang melakukan itu?

Paranoia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang