......................
Kediaman keluarga Xian adalah rumah berlantai dua, dengan tiga mobil di dalam garasinya. Pekarangan hijau yang dirawat penjaga kebun, mulai ditumbuhi bunga yang di tanam oleh Aruana, bundaku.
Dalam perjalan pulang, sikap Alice setelah bertemu dengan Aca sangat menggangguku. Fiks, Aca memang perusak kebahagiaanku. Menghela napas berkali-kali sembari memarkirkan mobil di samping ketiga mobil yang sudah berjejer rapih di sana, aku menghela napas lagi. Aruni Xian adalah pengganggu kecil yang senang sekali merusak hari indahku. Sebenarnya tidak seburuk saat Aca menghancurkan mimpiku pagi tadi, tapi yang namanya Aruni ya dia adalah pengganggu sejati dalam hidupku. Dalam hidup seorang Malik Xian.
"Kak Malik! Katanya mau ajak Kak Alice ke sini!" seruan si bungsu menyambut kepulanganku yang baru saja pulang dari rapat dengan klien.
Sembari membuka kancing tangan kemejaku, aku tersenyum menyambut sapaan meriah dari gadis yang masih terlihat seperti anak kecil di mataku.
"Nanti, bulan depan. Ulang tahun kakak yang selanjutnya, kakak bakal kenalin Alice, oke? Jadi, jangan bawel."
"Siapa?" sambar satu suara lembut itu membuat sudut bibirku tersenyum.
"Halo, Bunda Aruana tercinta," ucapku masih mempertahankan senyumku.
Sedangkan wanita yang dipanggil Aruana itu menatap si bungsu, meminta penjelasan atas sikap aku yang terlihat seperti orang gila. Ya, aku selalu begitu di mata Aruni, dan di mata Bunda.
"Lagi jatuh cinta," jawab Aruni terdengar sangat bertanggung jawab.
"Kamu sudah jatuh cinta sama Aca?"
"Namanya Alice Keinnara," jawab si bungsu lagi-lagi membungkam mulutku.
"Alice?" tanya Aruana mengambil tas yang dibawa Malik.
Lalu membawa anak lelakinya yang sudah dewasa ini, duduk di sofa empuk.
"Ya, cantik banget, baik juga," sahut Aruni aku biarkan begitu saja.
Tidak lama lagi, bundanya akan mengultimatum gadis kecil itu.
"Wah, kapan Bunda bisa ketemu? Dan Aruni, di dapur ada pudding cokelat kesukaan kamu. Sana, makan."
Apa aku bilang, bunda punya cara untuk mengusir gadis manis itu. Aku meledek gadis itu sembari menjulurkan lidahku, sedangkan Runi sudah berjalan sembari menghentakkan kaki pada marmer rumahku.
"Papah tahu?" tanya Aruana setelah Runi mungkin asyik dengan pudingnya.
"Belum, tapi Papah nggak mungkin nggak tahu setelah Malik bawa Alice buat gantiin tempat Arianti selama dia cuti." Aruana tersenyum mendemgar jawabanku tadi.
"Aca bagaimana?" tanya bunda yang ingin sekali aku jawab dengan kalimat, bukan urusanku.
Tapi aku tau, itu terdengar sangat tidak sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paranoia (Tamat)
Non-FictionIni kisah tentang Alice Keinnara. Si pemimpi paling egois yang selalu ingin menang atas segalanya. Namun, setelah dewasa, dia menemui dirinya yang kalah oleh keadaan, dan patah oleh kenyataan. Dewasa adalah gerbang neraka bagi Alice, tempat manusia...