69 • Lost Stars

71 27 0
                                    

Kalau mengingat hari lalu, aku masih merasa tidak adil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kalau mengingat hari lalu, aku masih merasa tidak adil. Terlalu tiba-tiba, segalanya. Perginya bapak untuk selamanya, Malik yang sudah lama tidak ada di sisiku, pun sikap ibu yang terus menuntutku untuk bersikap seperti ini dan itu, semakin membuat aku tertekan

Aku lelah, benar-benar lelah.

Hari ini, aku bangun siang lagi— bukan siang, tapi satu jam lagi sudah pukul 5 sore. Kebiasaan burukku kembali muncul ke permukaan, setelah aku kesusahan menutup mata dan akhirnya tidur pukul 10.

Senyumku hilang, sejak kepergian bapak aku lupa bagaimana caranya tersenyum. Namun, hari kemarin ajaibnya Rora membuat senyumku kembali.

"Kalau Bapak tidak bisa kembali, apa Alice yang harus temui bapak?"

Aku mulai lagi memikirkan hal-hal gila yang tidak masuk akal. Padahal, aku merasa baik-baik saja kemarin.

Oke, daripada memikirkan hal yang tidak-tidak, lebih baik aku mendengarkan beberapa lagu dalam playlistku. Meski aku kembali dalam pertapaan setelah mengaktifkan mode pesawat di ponselku, dan membalas pesan dari teman-temanku juga Malik. Aku memutuskan untuk kembali sendiri. Meski mode pesawatku kembali aktif, aku masih bisa mendengarkan beberapa lagu sebagai salah satu bagian terfavoritku selama melarikan diri dari kenyataan.

Kemudian, aku merenung begitu lagu Lost Stars, dari Adam Levine terputar di playlistku. Aku baru menyadari satu hal ini, aku terlalu banyak membuang waktu untuk masa mudaku yang singkat. Tidak terlalu banyak bermain, hanya jatuh cinta pada satu pria dan aku kehilangannya. Hidupku seperti jalan gelap tanpa satu pencahayaan. Namun, siapa yang tahu? Bisa saja aku adalah bintang yang hilang dalam kegelapan. Bintang yang mungkin akan bersinar dan menemukan sinar lainnya, atau aku akan menjadi cahaya untuk kehidupan orang lain.

Aku adalah bintang yang sudah lama tersesat dan terjebak dalam imajinasi dan fantasiku sendiri. Cinta yang tidak teraih, mimpi yang terkubur, karena kehidupan tidak akan pernah bejalan mulus seperti dalam hayalanku. Semuanya Berliku dan penuh rintangan. Karena katanya, kita hanyalah  setitik debu di dalam galaxy yang akan hilang jika kita tidak hati-hati.

Aku meringis lagi selesai lagu di putar, maghku kambuh. Aku lupa makan dan malah menghabiskan tiga bungkus kopi. Kemarin hujan, kopiku terasa hangat dan manis saat cuaca sedang begini.

Bunyi pintu diketuk di luar berhasil membuat aku menahan rasa sakit yang ada.

"Alice!" Ibu memanggilku, tapi aku abaikan dengan menambah volume di ponselku sampai mencapai batas maksimal.

"Alice! Kamu ada di dalam? Ibu ingin bicara."

Bukan bicara, tapi aku tahu, ibu akan menghakimiku. Akan membanding-bandingkanku dengan orang lain lagi. Kemarin, Rora memberiku makanan manis sebagai ganti dari roti kering yang aku beri untuknya. Kemudian, aku tersenyum lagi mengingat bagaimana Rora mengatakan dengan berani akan menjagaku.

Paranoia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang