🌾🌾🌾🌾
Ada macam-macam pengangguran di belahan bumi ini. Ada yang santai saja, karena uang bulanan dari orang tua tetap masuk saku seperti waktu sekolah. Ada yang lelah setelah membawa amplop cokelat ke sana kemari, namun tidak ada satu pun perusahaan yang menerimanya.
Lalu, ada yang seperti aku, menghabiskan separuh uang yang aku punya untuk membeli kuota. Mencari lowongan pekerjaan, mendownload drama korea di tengah malam, lalu tidur pagi hari dan melanjutkan aktivitas nonton drama di sore hari.
Well, aku tinggal menunggu waktu yang tepat untuk bekerja di salah satu perusahaan yang aku kirimi lamaran pekerjaan. Salah satunya perusahaan Malik, awas saja kalau dia benar-benar menipuku.
Satu minggu setelah pertemuanku di kafe pandora dan mengobrol di taman dengan Malik, aku jarang melihatnya datang ke kafe. Mungkin dia sedang sibuk, aku akan menerimanya kalau alasannya seperti itu.
Tapi, beda urusan kalau Malik mempermainkanku. Awas saja kalau sampai benar begitu! Aku akan mengutuknya lagi, tepat di depan matanya.
Aku ingin cepat bekerja. Bosan dan pengang ketika ibu terus merutukiku, sampai bapak menyuruhku menikah saja. Padahal, anak perempuannya ini masih betah sendiri, alias aku masih jomblo sampai hari ini.
Untung ibu membelaku seperti kalimat tadi, anakmu itu jomblo, Pak. Dinikahkan dengan siapa? Kambing peliharaan kita?
Ibu melucu, tapi aku tidak tertawa. Aku pergi, mengunci pintu lalu menonton konten horor yang sudah terdownload agar bisa ku tonton offline.
Aku benci saat ada yang menggangguku ketika sedang bersantai dengan ponselku. Dan itu terjadi hari ini, saat aku tengah menikmati keadaan yang mencekam, seseorang menelponku dengan tidak tahu diri dan tidak tahu waktu.
"Hallo, assalamualaikum?" Meski begitu, tetap ku angkat.
Takutnya dari biro jodoh yang dengan senang hati memberiku hadiah, berupa calon imam yang tampan dan mapan. Aku melucu dan aku tertawa dalam hati.
"Selamat siang, dengan Alice Keinnara?" tanya perempuan di sebrang sana, gayanya seperti seorang HRD yang meminta Alice untuk bergabung ke perusahaannya.
"Ya, saya sendiri. Ini dengan siapa?" Aku deg-degan, takut dari HRD betulan.
"Setelah melihat cv yang anda kirimkan pada kami, apa anda bisa datang untuk melakukan wawancara dan datang ke Xian Technologi besok, jam tujuh pagi?"
Tuh, Alice tadi melucu, kenapa ditanggapi serius begini oleh Tuhan, sih? Sampai rela mengabulkan lelucon Alice, yang sebenarnya sudah putus asa mencari kerja?
"Ah, saya? Oh tentu--maksud saya, saya bersedia."
"Baik, kalau begitu silahkan datang ke perusahaan kami seperti waktu yang telah ditentukan. Harap membawa surat keterangan sehat terbaru dari dokter untuk kelengkapan file pelamar kerja, dan sampai bertemu besok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Paranoia (Tamat)
Non-FictionIni kisah tentang Alice Keinnara. Si pemimpi paling egois yang selalu ingin menang atas segalanya. Namun, setelah dewasa, dia menemui dirinya yang kalah oleh keadaan, dan patah oleh kenyataan. Dewasa adalah gerbang neraka bagi Alice, tempat manusia...