Setiap tanggal 7 sampai 17, Kaia akan turun ke Bumi. Dalam 10 hari itu, jiwanya akan tetap stabil dan tidak habis. Keturunan asli dari bangsa malaikat sepertinya bertolak belakang dengan energi Bumi. Ia selalu bisa menilai berapa persen energi yang tersisa di tubuhnya jikalau sesuatu bisa saja terjadi. "Ibu, aku akan turun. Adakah sesuatu yang Ibu inginkan?" tanya Kaia pada sosok sang ibu. Kali ini, jiwanya dengan nyaman menyentuh seratus persen.
Ibu Kaia terlihat berpikir sejenak. "Pesankan aku bubuk teh yang bulan lalu kau hadiahkan untukku. Aku sangat menyukainya." Ibu Kaia tersenyum lembut.
"Baiklah, aku akan memesannya di kafe yang sama."
Kaia dengan seorang pelayan kemudian terbang dengan sayap masing-masing. Sayap Kaia adalah sayap terindah yang pernah dimiliki oleh keturunan langsung malaikat. Bahkan sayap kakak dan adik perempuannya tidak bisa dibandingkan dengan sayapnya.
Banyak bangsawan di Pulau Langit yang ingin mengambilnya menjadi menantu laki-laki mereka, namun Kaia menolak semuanya. Ia merasa jika apa yang ada pada orang-orang tersebut tidak akan cocok dengannya. Tidak ada ikatan apapun yang ia rasakan sampai sekarang. Kaia tidak ingin terjebak ke sebuah hubungan yang gagal seperti kakaknya. Mantan kakak iparnya adalah seorang bangsawan yang juga cukup terkenal di Pulau Langit, tapi wanita itu berselingkuh dengan bangsawan lainnya dan meninggalkan kakaknya begitu saja.
Setibanya di Bumi, Kaia segera mengganti pakaiannya dengan sebuah hanfu hijau kalem. Hal yang sama juga dilakukan oleh pelayannya.
"Tuan Muda, apa yang harus dibeli pertama kali?" tanya pelayan kecil itu.
Dengan tinggi 1,8 meter, Kaia seharusnya cukup mengintimidasi gadis itu. Namun ia tidak pernah melakukan hal itu pada siapa pun. "Aku akan membeli item sihir, batu spiritual, bahan untuk ramuanku, beberapa kue manis, lalu teh herbal kesukaan ibuku."
"Dimengerti, Tuan Muda."
Bumi memiliki benda-benda sihir yang sangat lengkap, banyak dari benda itu yang tidak ada di Pulau Langit karena kondisi dan keadaan yang berbeda. Selain mahir bertarung jarak jauh, Kaia juga peramu ramuan yang cakap. Ramuan ajaib terbagi menjadi beberapa level, Common(1-9), Normal(1-9), Special(1-9), Rare(1-9), Legend(1-9). Sejauh ini, Kaia mampu memurnikan paling tinggi adalah Rare level 1.
Dengan umur yang sangat muda—170 tahun, kemampuan Kaia dalam memurnikan ramuan cukup pesat. Ramuan dengan tingkat Rare level 1 biasa dikerjakan oleh seseorang yang berumur 500-600 tahun di Pulau Langit. Sejauh ini, masih dia yang memegang takhta peramu ramuan dengan umur yang paling muda. Belum ada satu pun yang mengalahkannya.
Merasa semua bahan telah terkumpul, akhirnya Kaia ingin membeli teh yang disukai ibunya dan beristirahat di penginapannya untuk hari ini. Besok, ia bisa bermain dan berkeliling sepuas hatinya.
Setibanya di kafe, Kaia berjalan perlahan menuju meja kasir untuk memesan teh bubuk. Sebelum ia bisa menginjakkan kakinya ke depan meja kasir, seseorang tiba-tiba menabraknya dan menumpahkan beer ke pakaiannya. Kaia tidak suka marah, ia hanya ingin menegur orang yang bisa begitu ceroboh. Bagaimana jika apa yang orang itu lakukan bisa menyakiti orang lain?
Angan tetap akan menjadi angan ketika Kaia melihat sosok yang menabraknya. Bertemu dengan sosok yang lebih tinggi darinya sudah sangat susah bagi Kaia, namun berbeda dengan pria yang ada di hadapannya. Pria itu jauh lebih tinggi dari Kaia. Berkulit coklat eksotis, bermata ungu, dan berambut abu-abu. Ia bisa membayangkan rambut itu berubah menjadi putih ketika berada di bawah sinar matahari dan akan sangat berkilauan.
Setelah Kaia sadar akan rasa terpesonanya, sudah terlambat baginya untuk mengejar pria itu dan menanyakan namanya. Jangankan nama, Kaia juga ingin bertanya dari negara mana pria itu berasal. Untuk pertama kali dalam hidupnya, jantung Kaia berdetak tak keruan dan ingin segera bertemu dengan sosok itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingless
AdventureBerparas menawan, tinggi semampai, hingga berbudi luhur. Apalagi yang bisa diharapkan oleh Ren dari sosok Kaia? Bahkan Kaia masih terus mengejarnya dan melindunginya sampai saat terakhirnya. Karma mungkin sedang tertawa padanya, menamparnya dengan f...