51. Ruthven's Auction House

1.4K 246 73
                                    

Penonton ditinggalkan terdiam setelah melihat apa yang terjadi di atas panggung. Tak satu pun dari mereka berani mengeluarkan suara apapun. Bahkan ada beberapa yang tangannya mulai gemetar seolah mereka bisa merasakan kekejaman yang terjadi di atas panggung.

Ren sengaja membuat Mahabala tidak bisa berbicara dengan memotong lidah pria itu. Mahabala tidak akan mati dengan mudah hanya karena lidahnya dipotong karena dia bertubuh setengah siluman. Yang membuat pria itu jauh lebih mengenaskan adalah tergeletakkannya ratusan bangkai anjing yang Ren penggal dalam sekali tebas dengan sabitnya. Penonton bahkan melihat jika sabit yang ada di pundak Ren masih meneteskan darah segar.

Di depan Ren, Mahabala berlutut dalam. Matanya buta karena dicongkel oleh Ren beberapa waktu lalu. Tangan kanannya putus bersamaan dengan aksinya ketika memanggil ratusan anjing tadi. Kedua pergelanganan kakinya dipatahkan oleh Ren sebagai bentuk pencegahan agar Mahabala tidak kabur dari pertandingan.

"Saudaraku," lirih Mahabala dengan pengucapan yang mulai kurang jelas. "Kau . . . membunuhnya semalam?" Dari kelima orang yang mengeroyok Kaia, hanya dirinya yang tersisa. Ia yakin jika saat ini mungkin adalah saat terakhirnya juga.

"Mahabala, aku tidak melakukan itu." Ren berjalan mendekati Mahabala yang berlutut. Para penonton mulai waspada akan kekejaman apa lagi yang akan ditunjukkan oleh pria itu. "Tapi memang aku yang menyuruh adikku untuk melakukannya."

"Adik?" tanya Mahabala tidak jelas.

"Ya, ketujuh bersaudara yang sangat terkenal dan dianggap sebagai pahlawan dunia adalah adik-adikku. Apa kau percaya itu?"

Tidak satu pun dari penonton yang bisa mendengar apa yang sedang Ren katakan pada Mahabala. Namun apapun itu, jelas apa yang dikatakan Ren sudah pasti sangat mengagetkan Mahabala. Terbukti dari tubuhnya yang gemetar dan terjatuh ke belakang.

Sempat terbersit sebuah pemikiran oleh Mahabala jika tirani seperti Ren masih bisa dibasmi dengan adanya pahlawan seperti ketujuh bersaudara. Namun jika tujuh orang sekuat itu ternyata berada di sisi Ren, akhir dunia jelas ada di pikirannya. Sebenarnya Ren ingin membiarkan Mahabala dan tidak membunuhnya langsung begitu saja, ia ingin pria itu menderita karena tidak bisa berjalan, melihat, dan berbicara. Hanya saja, dunia ini tidak seperti dunianya yang sebelumnya. Di dunia ini, apapun bisa terjadi.

Dengan sabit terangkat tinggi, Ren lalu mengayunkannya pada leher Mahabala.

"Tunggu! Tunggu sebentar!" Sebuah teriakan datang dari arah gerbang stadion.

Ren tahu siapa sosok yang berteriak itu. Bagaimana ia bisa tidak tahu? Pria itu adalah Mahawira, putra tertua dari The Maha Family sekaligus putra mahkota yang akan dianugerahi seluruh kekuasaan di The Lost Island. Dengan langkah panjang dan cepat, dia segera bergabung di arena dimana Ren dan Mahabala berada.

"Apa?" tanya Ren angkuh. Meski tidak sekuat dirinya, Mahawira ini yang paling kuat diantara kesembilan saudaranya yang lain. Ketika di game, Mahawira berada di level 60 atau 60an, Ren lupa.

"Aku tidak tahu kesalahan apa yang telah adik-adikku perbuat padamu, tapi tidakkah menurutmu ini berlebihan?" tanya Mahawira yang telah kehilangan empat adik kandungnya. Saat ini, ia hampir kehilangan lima kalau-kalau dirinya tidak berlari cepat ke arena.

Suara tawa Ren yang keras kemudian terdengar. "Haruskah aku mengatakannya padamu?" tanya Ren menahan amarah. "Aku tidak pernah memiliki niat untuk mengikuti kompetisi ini. 50.000 emas? Cih! Aku bisa mendapatkan sejumlah uang itu hanya dalam 1 hari! Aku tidak perlu repot-repot melawan semua orang yang menganggap 50.000 emas adalah harta karun. Tapi, Hei! Tuan Mahawira, tidakkah kau pernah berpikir alasan aku melakukan ini pada adik-adimu?"

"Aku . . . tidak tahu."

"Ya! Tentu saja kau tidak tahu! Kesalahan pertamamu sebelum naik takhta adalah ini. Kau tidak mengecek adik-adikmu. Setengah dari mereka hanyalah sampah yang siap menghancurkan kerajaanmu dari dalam. Mahawira, tanyakan pada adik-adikmu, apa yang sebenarnya telah mereka lakukan padaku." Ren lalu mundur satu langkah. "Anti-Magic!" Ia harus memasang sihir Anti-Magic agar Mahabala tidak bisa diobati dengan sihir apapun. Anti-Magic ini jangkauannya tidak cukup baik, jika ada ahli sihir dengan level tinggi, dia pasti akan bisa mengobati Mahabala dengan mudah.

KinglessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang