Pada purnama selanjutnya, Ren dan Kaia kembali datang dengan ketujuh anak mereka. Untuk kali ini mines ibu Kaia yang masih sibuk menyiapkan istana untuk menyambut kedua orangtua Ren bersama dengan kakak-kakaknya.
Bulan lalu, Ren mengingatkan keluarganya untuk tidak perlu membawa apapun. Begitu ia kembali, baik kedua orangtuanya dan kakaknya benar-benar hanya membawa diri. Terlihat dari ekspresi mereka yang sangat excited, Ren dan Kaia melirik satu sama lain. Mereka telah menyiapkan yang terbaik untuk penyambutan keluarganya.
"Baiklah, melalui portal ini, kita bisa ke duniaku yang baru." Ren mengumumkan dengan gembira. Di tangan kanan dan kirinya ia menggendong Riri dan Vivi. Kaia menggendong Zizi. Tuan Ruthven membawa Didi, sedang Nyonya Ruthven membawa Lili. Ada pula Gigi dan Kiki yang digendong oleh Rin dan Ran.
"Paman, Paman, apa Ayahku juga setampan dirimu dulu?" tanya Kiki penasaran pada Ran.
"Ayahmu?" tanya Ran kaget. Di sini ia tersadar jika sepertinya Kiki tahu perihal meninggalnya Ren di dunia ini dan berpindah ke dunianya yang baru.
"Iya." Kiki mengangguk lucu.
Ren pernah bercerita padanya jika Kiki ini sebenarnya seorang pangeran dari sebuah negara. Hanya saja statusnya tidak diketahui karena beberapa alasan yang telah dijelaskan. Rin dan Ran ingat bagaimana keduanya merasa sangat marah mendengar penjelasan Ren dulu. Jikalau hal itu terjadi di dunia mereka, Rin tentu saja akan mengarahkan seluruh firma hukumnya untuk menarik semua warisan agar tersalur pada Kiki. "Tidak, dia sangat jelek. Yang paling tampan adalah Paman Ran, lalu Paman Rin, dan yang terakhir ayahmu."
"Benarkah, Paman? Tapi kupikir Paman Ran dan Paman Rin sama-sama tampan dan tidak berbeda terlalu jauh. Jadi perkiraanku, ayahku pasti setampan kalian berdua." Gigi segera mengeluarkan opininya.
Faktanya, wajah Ren adalah gabungan dari wajah tegas Rin dan wajah dingin Ran. Satu-satunya yang menolak hukum alam persaudaraan mereka hanyalah tinggi badan Ren yang dulunya terkategori pendek. Tapi lihatlah dia sekarang, di antara Rin dan Ran, justru Ren yang paling tinggi dan paling tampan—dipercayai oleh Ren dan telah diakui oleh Kaia— dengan kulit eksotisnya! Baik Rin dan Ran sedikit iri.
Begitu kakinya telah menapak di tanah lapang, Keluarga Ren benar-benar takjub dengan mulut yang menganga lebar. Istana Ren begitu indah dengan berbagai tanaman aneh yang belum pernah mereka jumpai. Di sisi lain, para tengkorak dan monster bekerja dengan tanpa pamrih. Mereka syok? Oh! Tentu saja!
"Apakah semenakjubkan itu, Paman?" tanya Kiki.
"Paman! Jangan lupa bernapas!" jerit Gigi lucu.
"Kakek, ayo cepat. Ibu telah memasak banyak untukmu. Nenekku juga ikut membantu. Masakan mereka sangat enak!" jelas Didi berlebihan.
Suara kikik lucu muncul dari bibir Lili. "Nenek, tinggalah di sini supaya kami bisa bermain denganmu." Ia lalu memeluk leher neneknya dengan erat.
Mendengar permintaan Lili, Kaia lalu mengarahkan kedua mertua dan iparnya untuk segera masuk ke dalam istana dan menikmati hidangan yang telah disiapkan. Ren sengaja membawa keluarganya dari lantai ke lantai untuk memerkan jika istananya bukanlah istana 'megah' biasa.
Setibanya di Heaven Garden milik Kaia, Ran harus mengatur napasnya dengan baik. Bukan karena lelah, tapi karena terlalu terkejut. Gunung, lautan, padang pasir, padang rumput, dan lainnya, bagaimana bisa tempat-tempat luas itu ada di dalam sebuah bangunan?! Akal sehatnya menolak untuk mempercayai fenomena-fenomena itu.
Terlebih dari itu ada Ran yang . . . "Kau suka padaku ya?"
Cass menatap pria yang sedikit lebih tinggi darinya itu dengan tatapan aneh. "Aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingless
AbenteuerBerparas menawan, tinggi semampai, hingga berbudi luhur. Apalagi yang bisa diharapkan oleh Ren dari sosok Kaia? Bahkan Kaia masih terus mengejarnya dan melindunginya sampai saat terakhirnya. Karma mungkin sedang tertawa padanya, menamparnya dengan f...