"Child's Mother, kau yakin hanya akan membawa itu?" tanya Ren khawatir.
Beberapa kali mata Ren menatap orang-orang yang ada di sekitarnya, perasaannya selalu merasa bersalah pada sang istri. Orang-orang yang mengikuti babak penyisihan adalah mereka yang membawa bahan-bahan yang cukup sulit untuk dijumpai. Sedangkan apa yang dibawa Kaia hanyalah bahan-bahan yang sangat mudah dijumpai di pasaran dengan harga yang cukup murah.
"Child's Mother, kau bisa memilih bahan yang lebih mahal. Aku akan mengambilkannya untukmu dari inventoriku." Ren tidak ingin istrinya ditertawai oleh orang-orang karena bahan yang dibawanya.
Kaia menghela napasnya pasrah. "Tidak apa-apa. Bahan-bahan ini sudah cukup. Mereka hanyalah bahan-bahan kelas rendah, jikalau aku tidak lolos dari babak penyisihan, kita tidak akan begitu rugi."
Mendengar komentar sang istri, hati Ren menjadi sedikit tercerahkan. Kompetisi seperti ini, cukup sulit untuk dimenangkan. Alasannya, karena beberapa orang memiliki koneksi yang membuat mereka bisa mendapatkan kelebihan khusus. Ren sangat senang menyebut mereka dengan sebutan : Orang Dalam.
Setelah Kaia mendapatkan nomor urutnya yang masih cukup jauh, ia memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar dengan suami dan anak-anaknya. Ren mengusulkan untuk mencari penginapan terlebih dahulu. Mereka kemudian memesan satu kamar megah dengan biaya 1 koin emas per hari. Untuk penginapan biasa hanya ditarik biaya 50 keping uang tembaga, namun Ren ingin yang terbaik untuk istri dan anak-anaknya.
"Ayah, kenapa gula rasanya manis?" tanya Didi.
"Ayah, orang-orang bilang jika mati satu tumbuh seribu. Jika ada sepuluh prajurit yang dikirim ke medan perang dan gugur satu, apakah mereka akan kembali sebanyak 1009 prajurit ke markas?" tanya Gigi.
"Ayah, benarkah jika cacing adalah hewan terkecil sedunia? Karena orang-orang mengatakan bahkan kuman juga bisa cacingan."
"Ayah, lebih berat yang mana? 1 kilo kapas atau 1 kilo batu?"
"Ayah, kenapa matahari bisa tenggelam? Apa dia lupa pakai pelampung?"
"Ayah, kenapa nyamuk harus menghisap darah? Tidak bisakah mereka menghisap rokok saja seperti Paman itu? Kakakku sangat benci dengan nyamuk." Gigi menunjuk seorang pria yang menghisap sebuah cerutu.
Didi mengangguk setuju dengan pertanyaan adiknya. "Ayah, bagaimana cara melipatgandakan uang dengan cepat?"
"Ayah, Ayah! Daun apa yang tidak pernah gugur?"
"Ayah, memang benar ya kalau orang botak selalu bahagia karena tidak punya beban di kepalanya?"
Ren tersenyum lebar meski hatinya meronta-ronta. "Coba tanya Ibumu sesekali, otak Ibumu lebih ajaib dari otak Ayah, ok?" Di kehidupannya sebelumnya, Ren baru saja lulus dari Sekolah Menengah Atas. Itupun dengan Nilai Rata-Rata yang hampir standar karena sering bolos untuk mengisi konten gaming-nya.
"Ibu!" panggil Gigi yang ada di pelukan Kaia dan Didi yang ada di pelukan Ren bersamaan.
"Kenapa Ibu sangat cantik hari ini?" tanya Didi polos.
"Kenapa Ibu sangat kami cintai hari ini?" tanya Gigi polos.
Dalam hati, Ren menangis. Anak-anaknya sudah pintar pilih kasih. Apa jadinya jika mereka besar nanti?
"Ibu, hanya karena Ibu sangat mencintai Ayah, jangan tinggalkan kami ya?" tanya Didi dengan mata berkaca-kaca.
"Ibu, cinta kami sama besarnya dengan cinta Ayah pada Ibu." Gigi memeluk Kaia dengan tangannya yang pendek.
Kaia lalu tersenyum lembut. "Sudah, kalian selalu saja mengganggu Ayah kalian. Ayo melihat-lihat dan beli sesuatu yang kita inginkan."
"Yeay!" teriak dua bersaudara serempak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingless
AdventureBerparas menawan, tinggi semampai, hingga berbudi luhur. Apalagi yang bisa diharapkan oleh Ren dari sosok Kaia? Bahkan Kaia masih terus mengejarnya dan melindunginya sampai saat terakhirnya. Karma mungkin sedang tertawa padanya, menamparnya dengan f...