"Ah, Slora. Kau bisa menambahkan beberapa cabai untuknya, dia sangat suka makanan pedas," ujar Ren ketika Slora membagikan makan siang pada gadis yang baru saja bergabung dengan mereka.
"Esther, pinjamkan beberapa bajumu padanya. Tinggi kalian sama, jadi tidak akan ada masalah besar," ujar Ren ketika melihat pakaian gadis yang baru bergabung dengan mereka terkoyak di beberapa tempat.
"Cass, bantu dia mengobati beberapa lukanya. Ada luka yang cukup dalam di pundaknya. Luka itu akan meninggalkan bekas suatu saat nanti kalau tidak segera ditangani," ujar Ren ketika tak seorang pun sadar akan luka kecil namun cukup dalam yang terdapat di bahu gadis itu.
"Kaia," panggil Ren. "Tidak apa-apa kan kalau dia bergabung di kereta kita?"
Kaia terus menatap dan menatap. Ia mendapati suaminya berperilaku aneh. Hanya beberapa jam mereka bersama namun rasanya seperti mereka telah bersama selama bertahun-tahun. Ia tidak mengatakan apapun sejak awal jadi kemungkinan Ren memperhatikannya adalah kecil. Satu hal yang Kaia tahu, perasaannya tidak baik untuk ini. "Kenapa? Bukankah tabu bagi orang lain untuk masuk ke dalam kereta kita di saat kita berdua memiliki status sebagai sua—"
"Kaia," potong Ren cepat. "Bisa kita berbicara berdua?"
Perasaan Kaia semakin tidak enak. Ia hanya bisa mengikuti Ren ke sebuah pohon yang tidak jauh dari mereka. Setibanya di pohon, Kaia mendengarkan apa yang Ren katakan padanya dengan pandangan tidak percaya.
"Kenapa, Ren?" tanya Kaia dengan ekspresi terluka.
"Dengarkan aku dulu," jawab Ren berusaha menenangkan Kaia.
"Kenapa kita harus menyembunyikan status kita di hadapan orang lain?" tanya Kaia tidak terima. Ia sendiri memang sudah cukup kuat saat energinya terisi penuh, tapi ia khawatir ketika energinya perlu diisi atau sedang habis. Kaia masih membutuhkan perlindungan dari orang lain. Dan ia hanya bisa mencari hal itu pada Ren mengingat dirinya yang telah masuk ke daftar hitam di Pulau Langit. Jika tidak mengatakan pada semua orang bahwa mereka adalah sepasang kekasih, jadi ia harus mencari perlindungan ke mana?
"Kaia, jangan marah."
"Ren, aku tidak bisa memiliki energi penuh setiap saat. Bagaimana jika suatu saat nanti seseorang mengincarmu dan berniat menggunakanku untuk menghancurkanmu?"
"Itu tidak mungkin."
"Tidak mungkin apanya? Kita akan selalu bersama setiap saat. Bagaimana bisa kau mengatakan itu tidak mungkin?" Kaia goyah. Hatinya benar-benar goyah. Ia mulai khawatir dengan hati yang tidak tenang. 'Atau mungkin maksudmu adalah tidak mungkin orang itu melukaimu dengan cara membunuhku?'
"Kita tidak boleh membiarkan orang lain tahu hubungan kita karena jika mereka tahu bahwa kau adalah istriku, kau akan terjerat dalam bahaya lebih cepat. Aku masihlah seorang pemburu level E. Aku lemah di mata orang lain."
"Tapi kau begitu kuat, Ren. Jika seseorang datang padaku, kau akan tetap ada di sana untuk menolongku. Kenapa begitu takut?"
Itu karena Ren tidak yakin bisa melindungi dua orang!
Namun Ren tidak mengatakan hal itu pada Kaia. Ia menatap Kaia dengan tatapan memohon. "Hanya sementara, Kaia. Setelah aku menjadi sedikit lebih kuat, mari katakan pada semua orang bahwa kita adalah pasangan yang sah."
Dalam hati, ia masih berpikir. Kaia sungguh tidak mengerti. Dari awal, ia dan Ren tidak pernah ingin menyembunyikan hubungan mereka. Bahkan ketika berjalan-jalan di kota, Ren masih menggenggam tangannya seolah dia tidak takut jika orang lain akan menatapnya aneh. Tapi sekarang? Di hadapan gadis itu, Ren ingin menyembunyikan semuanya.
'Apa yang kau sembunyikan dariku yang tidak kuketahui, Ren?' bisik Kaia sakit hati.
"Kau setuju, kan? Aku berjanji, ini hanya sementara." Ren menggenggam kedua tangan Kaia erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingless
AventuraBerparas menawan, tinggi semampai, hingga berbudi luhur. Apalagi yang bisa diharapkan oleh Ren dari sosok Kaia? Bahkan Kaia masih terus mengejarnya dan melindunginya sampai saat terakhirnya. Karma mungkin sedang tertawa padanya, menamparnya dengan f...