55. Ryker

1.3K 232 73
                                    

"Ayah pulang!"

" . . . "

" . . . "

" . . . "

"Ayah-Ugh!" Sebelum Ren mampu melanjutkan apa yang ingin ia katakan, dadanya ditubruk oleh seekor naga kecil.

"Ayah!" Ketiga anaknya yang lain lalu berlari mendekati Ren yang telah ditabrak oleh Didi sebelumnya.

Tidak lama, Kaia juga keluar dan menyambut kedatangan suaminya. Tidak ada yang lebih hangat di hati Ren selain pemandangan ini. Ia merasa senang bukan kepalang karena ini. Ren membawa semua anaknya, kecuali Gigi yang lebih memilih pelukan ibunya masuk ke dalam istana. Mereka lalu berpindah menuju Ruang Takhta.

"Ada apa?" tanya Kaia pada Ren yang masih sibuk mengganggu anak-anaknya.

"Kita akan kedatangan tamu." Jawaban Ren membuat Kaia menaikkan kedua alisnya sebagai pertanda jika ia ingin tahu lebih.

"Seorang dokter yang aku temukan dulu di Sheol ketika mencarimu, kini akan bergabung dengan kita. Tidak hanya dokter, suaminya yang seorang jenderal besar juga akan bergabung dengan pasukan kita."

"Dokter . . . Hanz?" tanya Kaia lupa-lupa ingat.

"Ya! Dokter Hanz dan suaminya, Jenderal Gio. Ajax baru saja membunuhnya."

Ekspresi Kaia sedikit kaget. "Apa dia tidak dendam?"

Ren tersenyum menenangkan. "Tidak masalah, Child's Mother. Aku sudah memberitahunya namun dia masih tetap ingin merasakan hidup sekali lagi."

"Jika tubuh mereka masih ada, aku bisa memasukkan mereka kembali ke tubuh masing-masing. Akan tetapi, seperti yang kau tahu, Dokter Hanz telah mati bertahun-tahun yang lalu. Sedangkan tubuh Jenderal Gio telah habis dilahap oleh para serigala milik Ajax."

"Apa masih ada alternatif lain?"

Ren membantu Lili bangun dari posisinya yang jatuh tengkurap setelah berusaha memanjat paha sang ayah, sebelum melanjutkan percakapannya dengan sang istri. "Ada cari lain. Kita bisa membuatkan media untuk mereka."

"Media seperti apa?"

"Aku akan membicarakan ini dengan Cass. Tapi biasanya, aku hanya butuh boneka namun boneka cepat berkarat dan rentan rusak."

"Bagaimana dengan tubuh asli?"

Ren berpikir sejenak. "Di mana aku bisa membunuh seseorang?"

Kaia lalu mencubit sang suami. Kelakuannya kemudian diikuti oleh anak-anak. Ren pada akhirnya dicubit manja oleh 1 tangan orang dewasa dan dicubit kecil oleh 4 tangan kecil lainnya. "Kita tidak membunuh, kita bisa mendapatkannya di makam yang masih basah."

"Berarti kita akan mencuri mayat?"

Kaia sebenarnya tidak menyukai pertanyaan Ren, sayang sekali karena ternyata itu adalah fakta. Dengan berat hati, Kaia lalu menganggukkan kepalanya. "Aku ingat ada sebuah makam besar di dekat Kerajaan Manusia. Para manusia biasanya menguburkan orang-orang terkasih mereka di sana. Kita bisa mencoba mencari mayat-mayat yang baru saja dikubur untuk diisi dengan jiwa Dokter Hanz dan Jenderal Gio."

"Tapi bagaimana jika suatu hari nanti ada yang mengenali mereka?"

"Sisanya akan kukerjakan bersama Cass dan Slora. Para manusia itu akan mendapatkan operasi plastik sedikit agar tidak terlihat sama dengan yang original."

Sebuah anggukan kemudian diberikan Ren sebagai jawaban.

Di malam itu juga, Ren bersama dengan Kaia-diekori oleh 4 kurcaci kecil yang tidak ingin ditinggal- segera menuju ke Pemakaman Raksasa milik Kerajaan Manusia. Mereka masuk dengan sedikit sekali usaha. Perlindungan di tempat itu tidaklah begitu kuat, bahkan menurut Ren sangat rapuh. Dari ribuan makam yang tersedia, hati Ren dan Kaia entah bagaimana tertarik dengan sebuah pintu raksasa. 'Makam bangsawan,' pikir Ren dan Kaia.

KinglessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang