"Kakak."
"Halo, Kak."
"Kak."
"Kak Ren."
"Apa ini berfungsi?"
"Atau aku dikelabuhi kekuatanku sendiri?"
"Coba kau bicara lagi."
"Ok. Kak Ren."
"Hello, anybody's home?"
"Sepertinya—"
"Goddammit!" sungut Ren.
"Oh! Ternyata tersambung!" girang Jurado.
"Berikan padaku," ujar Al tiba-tiba. "Halo, Kak Ren."
Kaia yang sedang menatap Ren pasrah hanya bisa tersenyum menenangkan. Didi sudah tidur, waktunya Ren juga 'tidur' dengan sang istri. Namun belum sempat semua pakaian terlepas dan bibir yang baru saja menempel di dada, panggilan dari adik-adiknya membuat Ren ingin mengeram.
Beberapa hari ini, Didi sedikit rewel jika di malam hari. Ren dan Kaia bergantian menenangkan bayi berusia lebih dari 3000 tahun itu dengan sabar. Meski telah mahir berbicara, namun Didi masih belum terbiasa dengan tubuh bayinya yang tidak bisa apa-apa. Dia masih perlu banyak mengumpulkan kekuatannya agar bisa memanipulasi perubahan pada tubuhnya. Berada di tubuh bayinya jauh lebih aman dibanding berada di tubuh naganya.
Hanya setelah Didi bisa tidur lebih awal, di saat itu juga adiknya memilih waktu untuk mengganggunya. Ren sebenarnya tidak ingin menjawab, tapi ia tidak akan bisa merasa nyaman dengan istrinya ketika sebuah link yang terhubung antara dirinya, Kaia, Didi, dan ketujuh adiknya sedang terhubung. Bahkan fokus Kaia tak lagi pada Ren ketika menyadari panggilan sang adik, dia sontak memutus link Didi secara sepihak agar bayi itu tidak terganggu. Ketika dia bangun nanti, Kaia akan menghubungkannya kembali.
Ren mengecup bibir Kaia singkat dan merapikan pakaian sang istri sebelum ia merapikan pakaiannya sendiri. "Ada apa?" tanya Ren sembari memijat pelipis matanya.
"Kami telah mengumpulkan 20.000 koin emas. Usaha buah dan sayur mayur sedang laris manisnya. Terlebih lagi, banyak misi yang bisa dikerjakan dalam beberapa minggu terakhir. Aku dan yang lain tiba-tiba saja sudah mengumpulkan uang sebanyak itu. Menurut Kak Ren dan Kakak Ipar, hal apa yang kita lakukan terlebih dahulu?" tanya Al penuh pertimbangan.
Kaia merasa kondisinya saat ini sedang tidak kondusif, jadi ia segera memberikan saran, "tunggu kami, aku dan kakakmu akan kembali sekarang. Semuanya berkumpul di Ruang Takhta dalam 10 menit ke depan."
Tahu jika kakak mereka akan segera kembali, ketujuh bersaudara segera memberi jawaban mereka dan menunggu di Ruang Takhta.
"Child's Mother, apa kita akan kembali sekarang?" tanya Ren dan mengambil Didi yang masih tertidur di kotak bayinya.
"Ya, berikan Didi padaku. Kau terkadang terlalu kasar, nanti anak kita bisa bangun," bisik Kaia hati-hati.
Ren tidak berani membantah itu sehingga yang bisa ia lakukan adalah memberikan putranya masuk ke dalam pelukan Kaia. Alangkah bahagianya jika dirinyalah yang ada di dalam pelukan itu. Sayang sekali, adik-adiknya justru menjadi cock blocker yang paling ajaib yang baru ia tahu sekarang.
Setelah memeluk Didi, Ren kemudian membuka Cincin Teleportasinya ke Ruang Takhta Istana Ruthven. Betapa kagetnya mereka berdua ketika semua adiknya ternyata telah berkumpul di kursi masing-masing. Belum sempat mereka mengeluarkan beberapa patah kata, ketujuh bersaudara itu segera mengerumuni Ren dan Kaia. Mata mereka menatap lekat-lekat ke arah seorang bayi yang sedang tertidur pulas di dalam pelukan sang kakak ipar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingless
AdventureBerparas menawan, tinggi semampai, hingga berbudi luhur. Apalagi yang bisa diharapkan oleh Ren dari sosok Kaia? Bahkan Kaia masih terus mengejarnya dan melindunginya sampai saat terakhirnya. Karma mungkin sedang tertawa padanya, menamparnya dengan f...