Dikarenakan bahan yang sedikit sulit untuk diolah, Kaia membutuhkan lebih banyak waktu daripada peserta lain. Bukannya Kaia ingin memilih bahan-bahan ini, namun semua peserta telah memilih bahan-bahan yang mudah diolah terlebih dahulu.
Kaia tidak berkecil hati.
Rekor Kaia adalah Rare lv.1 ketika ia masih berada di Pulau Langit. Semenjak diusir dari sana, Kaia banyak belajar hal baru. Ia juga menemukan banyak tanaman dan benda-benda baru yang sangat menunjang penelitiannya. Jika boleh sombong, seharusnya rekornya telah meningkat sekarang.
Dari awal, Kaia tidak pernah ingin membuat Potion karena keempat peserta lain telah mengambil bahan dasar paling utama terlebih dahulu. Apa yang Kaia beli adalah beberapa bahan yang memiliki kadar racun lumayan tinggi sehingga diberi harga yang murah oleh panitia. Maka dari itu, dengan menggunakan sarung tangan, Kaia sangat berhati-hati dalam meramu ramuannya.
Beberapa jam kemudian, Vernio selesai paling duluan. Diikuti oleh Tiger, Robert, lalu Brandon. Hanya setelah 20 menit setelahnya, Kaia akhirnya menyelesaikan ramuannya. Dengan hati-hati, Kaia memasang stiker merah pada ramuannya. Ia memberitahu jika apa yang ia buat tidak untuk dicoba atau dicicipi secara sembarangan.
Vernio dengan bangga mengangkat ramuannya. "Draught of the Berseker." Para juri memeriksa ramuan dengan sangat hati-hati. Mereka memiliki metode tersendiri untuk menilai ramuan yang dibuat oleh para peserta. Kali ini mereka tidak menggunakan mesin karena di babak sebelumnya, seseorang jelas ingin menyabotase kompetisi.
"Level 3." Setelah berdiskusi dengan juri lain, Dokter Zlato mengumumkan. Banyak penonton menatap takjub pada ramuan Vernio. Gadis itu benar-benar hidup seperti namanya. Dia sangat pintar, pikir banyak orang termasuk peserta yang lainnya. Hanya seorang raja dan dua bayi kecil yang menatap Vernio dengan mata jengah, bahkan ekspresi mereka datar-datar saja.
Robert menyebutkan ramuannya, "Potion of Water Walking."
"Level 1."
Dengan tangan sedikit gemeter, Brandon, "Vial of Purification."
"Level 1."
"Flask of Nightvision," ujar Tiger yakin.
"Level 2."
Tibalah pada ramuan Kaia yang berstiker merah. Paham dengan maksud dari stiker itu, para juri pun menggunakan sarung tangan lebih tebal lengkap dengan masker mereka. Tidak ada yang pernah ingin membuat racun dalam kompetisi eliksir. Alasannya sederhana, tingkat meramu Poison 10% lebih sulit dibanding Potion. Butuh gagal dan latihan berkali-kali untuk hasil yang sempurna. Level Poison lebih sulit meningkat dibanding Potion karena bahan-bahan yang digunakan membutuhkan perhatian dan penanganan khusus.
Para juri menatap ramuan Kaia dengan bengis setelah mengujinya cukup lama. Poison yang diciptakan Kaia sangat mematikan, dijuluki sebagai incurable desease.
"Malady, Rare lv.9." Dokter Zlato menatap Kaia dengan pandangan dalam. Jauh di dalam benaknya ia sangat yakin jika Kaia sebenarnya bisa memurnikan ramuan sampai kelas Legend. Keikutsertaannya dalam kompetisi membuktikan jika Kaia bahkan belum berusia 200 tahun!
"Apa?!" Vernio di ujung merasa sedikit merinding. Rare? Level sempurna? Jangan membuatnya tertawa! "Ini tidak adil. Dia membuat Poison!"
Dokter Zlato meletakkan tangannya di belakang punggung. "Karena ini Poison, maka nilainya menjadi lebih baik lagi."
"Kau tidak mengerti poinku. Ini Poison, bukan Potion!"
"Nona muda, sepertinya kau tidak membaca juknisnya sama sekali. Tidak ada larangan bagi peramu untuk membuat Poison pun Potion, mereka boleh membuat apa saja asal hasilnya bukan kegagalan. Hanya saja, sejak dulu orang-orang lebih senang bermain di zona nyaman dengan membuat Potion terus menerus di kompetisi ini sehingga orang-orang seolah lupa jika mereka juga bisa membuat Poison." Juri lain menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingless
AventuraBerparas menawan, tinggi semampai, hingga berbudi luhur. Apalagi yang bisa diharapkan oleh Ren dari sosok Kaia? Bahkan Kaia masih terus mengejarnya dan melindunginya sampai saat terakhirnya. Karma mungkin sedang tertawa padanya, menamparnya dengan f...