61. Zephyr

1.3K 225 63
                                    

"Ibu, apa kue ini masih butuh butter?"

"Tidak, Gigi. Kue itu hanya butuh beberapa sprinkle, berhenti menambahkan butter atau nanti kuenya bisa hancur."

"Ibu, coba lihat Water Sugarplum milikku. Apakah itu sudah masuk kelas Normal?"

"Hebat, Lili. Ini Normal level 3! Selamat, Nak."

"Ibu, memelukku seperti ini, apa tidak berat?"

"Tidak. Ibu memeluk sambil memangku Vivi seperti ini membuat Ibu sangat senang."

"Ibu, aku baru saja melihat Paman Oz menggoda seorang wanita cantik yang berbeda dengan yang kemarin di negara tetangga."

"Riri, Nak. Berhenti mempelajari hal buruk dari pamanmu."

"Ibu, menurutku terasering sangat baik dilakukan untuk memanfaatkan lereng gunung yang ada di bagian belakang negara kita."

"Benar sekali, Ibu sepemikiran dengan Kiki. Terasering memang sebaiknya dikerjakan secepat mungkin."

"Ibu, masak apa malam ini?"

"Didi, jangan lepaskan tangan Ibu. Apapun yang ingin Didi makan maka Ibu akan menyiapkannya."

"Ayah," panggil keenam putra dan putrinya pada Ren. Sang ayah yang sedang mendiskusikan suatu perencanaan penting dengan Al lalu berbalik dan berjongkok untuk menghadapi anak-anak kecilnya yang lucu.

"Ada apa?" tanya Ren sembari menciumi anaknya satu persatu.

"Ibu di mana?" tanya semua anak bersamaan.

Ren, " . . . "

Sebelum Ren bisa menjawab pertanyaan anak-anaknya, Kaia dengan perut yang cukup besar lalu bergabung dengan mereka. Di tangannya ada beberapa kue kering. Di belakangnya ada pelayan yang membawakan teh lengkap dengan gula dan madu. Anak-anak lalu berlarian dengan cepat mendekati ibu mereka.

"Tidak, Didi. Ini bukan kue untukmu, bawakan kue ini pada Ayahmu dan Paman Al," tolak Kaia ketika Didi ingin meminta kue yang ada di tangannya.

Didi lalu membawa sepiring kue itu hati-hati. Ia meletakkan kue itu pelan-pelan ke atas sebuah meja yang lebih tinggi dari dirinya. Namun sebelum ia bergabung dengan saudaranya, tangan Didi meraba permukaan meja dengan cekatan. Setelah mendapatkan sekeping kue kering, barulah ia berlari menjauh dari meja kerja sang ayah. Al yang berdiri di situ, pura-pura tidak melihat tingkah Didi atau kepokanannya yang lucu akan dihukum oleh ibunya . . . lagi.

"Lalu bagian Didi mana, Bu?" tanya Didi sembari menatap ibunya penuh harap. Ia tidak mengunyah kue keringnya, kue itu diletakkan di dalam mulut sampai hancur dengan sendirinya.

"Ada di taman Ibu."

"Yeay! Piknik!" teriak keenam anak secara bersamaan. Ketika Kaia membawa makanan dan minuman ke Heaven Garden di lantai sepuluh, itu adalah sebuah pertanda jika mereka akan berpiknik ria. Keenam anak itu lalu berlomba lari menuju ke lantai sepuluh. Siapapun yang sampai duluan akan mendapatkan kue teratai ekstra yang selalu ibu mereka buat ketika sedang berpiknik. Kaia selalu membuat 8 kue teratai. Sebenarnya satu lagi adalah milik Ren, sayangnya Ren terlalu sibuk untuk bergabung dengan piknik kecil mereka sehingga kue teratai ekstra akan muncul.

"Child's Mother, jangan memaksakan diri." Ren sebenarnya merasa sangat ngeri ketika melihat perut Kaia yang membuncit. Ia membayangkan Kaia minum beer setiap hari sehingga dia bisa buncit seperti itu, bukannya ada anaknya di dalam sana.

"Aku tidak memaksakan diri, Child's Father." Ren berjalan mendekati Kaia, ia mencium istrinya lama tepat di bibir. "Selamat bekerja. Demi aku, anak-anak, saudaramu, dan rakyat kita."

KinglessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang