69. You Dare?!

1.1K 214 36
                                    

Setibanya di Mcdolands, Ren dan Kaia masuk begitu saja. Ren terpaksa harus sedikit menunduk begitu melewati pintu Mcdolands yang tingginya hanya sekitar dua meter. Kedua insan ini tentu saja menarik banyak perhatian orang-orang. Ren dengan aura keras dan gagahnya mengundang para wanita yang tertarik pada pria bertubuh kekar untuk mendekat. Sedang Kaia dengan aura dingin dan berwibawanya sangat menggiurkan bagi para wanita yang suka dengan tipe pria cuek. Tidakkah mereka berdua adalah mangsa yang sangat menggiurkan?

Melihat beberapa antrian yang ada di depannya, Ren menyuruh Kaia untuk duduk terlebih dahulu. Yang terakhir lalu mengedarkan kepalanya guna mencari spot yang kosong. Setelah menemukan satu, ia dengan sabar menunggu Ren untuk mengantri. Sembari menunggu, dari arah pintu terdengar suara anak-anak yang saling bersahutan. Kaia sangat hapal dengan semua suara itu. Tidak hanya dirinya, namun anak-anaknya bersama Ren juga belajar bahasa dunia ini. Meski tidak semahir Kaia, namun mereka cukup banyak menguasai kosakata. Kecuali Kiki, yang lainnya belajar dengan cepat karena mengonsumsi ramuan yang dibuat oleh ibu mereka.

"Ack! Lihat! Ada Ibu!" teriak Lili sembari menangkup kedua pipinya dan berteriak nyaring.

Sadar akan kehadiran ibu mereka, Didi and the gang yang lainnya juga segera melihat ke arah mana jari Lili menunjuk. Mereka segera melompat-lompat kecil dan tertawa terkikik bahagia ketika benar-benar mendapati Kaia sedang duduk dan menatap mereka dengan tatapan teduh.

Pemandangan segerombolan anak-anak kecil sedang melompat dan tertawa di pintu masuk membuat orang-orang di sekitar merasa terenyuh. Mereka menatap anak-anak itu satu persatu dengan tatapan gemas. Bahkan pemikiran jahat ingin mengantongi salah satu dari mereka untuk dibawa pulang muncul sepintas di kepala para pengunjung. Jangankan pengunjung, beberapa karyawan yang awalnya sibuk dengan urusan mereka masing-masing juga menyempatkan beberapa detik dari waktu sibuk mereka hanya untuk menatap Didi and the gang.

"Ibu!" Satu, dua, tiga, hingga keenam dari mereka menempel dan memeluk kaki Kaia gemas. "Naik motor dengan Kakek rasanya luar biasa!" celetukl Didi dan tertawa senang.

"Benarkah? Ibu senang mendengarnya." Mata Kaia lalu menatap Tuan Ruthven sedang menggendong Zizi. "Ayah, jika kau lelah, berikan Zizi padaku dan aku akan menggendongnya untukmu," tawar Kaia.

"Apa maksudmu? Zizi sama sekali bukan apa-apa untuk pria tua ini. Lihatlah wajah bahagianya.' Memang benar jika wajah Zizi terlihat sangat puas. Mungkin karena mengendarai motor besar kakeknya bersama dengan saudara-saudaranya membuat suasana hatinya menjadi senang.

"Baiklah jika seperti itu."

Melirik jika sang ayah sedang mengantri dan mengabaikan mereka membuat Kiki membaca situasi saat ini. "Kakek! Ayo ke taman bermain yang kau janjikan. Aku ingin makan ayam sembari bermain," pinta Kiki.

Seolah lupa akan tujuan mereka ke Mcdolands, Didi and the gang segera mengingat ekmbali dan menagih janji sang kakek pada mereka. Ini adalah kali pertama bagi anak-anak untuk diizinkan makan sambil bermain. Dikarenakan ibu mereka adalah seorang bangsawan, mereka diwajibkan untuk makan di meja makan dengan tenang dan tidak banyak tingkah. Makan sambil bermain adalah pertama kalinya bagi mereka. Terlebih lagi, kakek mereka mengatakan jika ayam yang ada di Mcdolands ini terkenal sangat enak.

"Ibu, kau tidak ingin ikut dengan kami?" tanya Didi yang tidak paham akan situasinya.

Gigi yang juga segera menangkap jika ternyata ayahnya ada di sini namun tidak menegur mereka adalah sebuah pertanda jika kedua orangtuanya hanya ingin berdua dan tidak ingin diganggu. Ia tidak ingin membayangkan sebera tumpulnya kakaknya. "Kita sudah jauh-jauh ke sini untuk menghabiskan waktu dengan Kakek, kenapa kau harus menganggu Ibu? Biarkan Ibu beristirahat untuk sehari. Kakek, ayo! Gigi sudah tidak sabar."

KinglessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang