59. The Journey

1.3K 221 58
                                    

"Jadi, mereka selalu melemparmu dengan wortel?" tanya Didi sembari mengunyah apel. Kali ini ia benar-benar mengingat untuk mengunyah makanannya. Agar cepat menghabiskan makanannya, biasanya Didi selalu menelan makanannya tanpa dikunyah. Toh, makanan-makanan itu hanya akan berubah menjadi energi. Ia juga tidak kekurangan uang untuk membeli semua makanan yang diperlukannya. Hanya saja . . . ia telah berjanji akan mengunyah apapun yang ia makan mulai saat ini. Mengunyah tidak buruk juga.

"Hm, rasanya tidak sakit. Hanya saja, aku tetap sakit hati karena diperlakukan seperti monster." Riri segera menarik sebuah pohon setinggi kurang lebih 3 meter dari tanah dengan hanya tangan kanannya. Didi, Gigi, dan Lili lalu memperhatikan akar dari tanaman yang ditarik Riri.

"Sepertinya ini bukan ubi," komentar Gigi. Ini sudah pohon kedelapan yang ditarik Riri, namun kehadiran ubi masih belum juga ditemukan.

Riri lalu melihat ke arah kanannya. "Apa itu pohon ubi?" tunjuknya pada sebuah pohon yang tingginya kurang lebih empat setengah meter. Didi sedang ingin memakan ubi panggang dan tak ada satupun dari mereka yang tahu bagaimana rupa pohon ubi itu. Kiki sedang menerima ritual dari ayah dan ibunya agar dia tidak cepat menua layaknya manusia pada umumnya.

Ketujuh paman dan bibi dari pangeran dan puteri kecil sedang sibuk mengurusi urusan kerajaan, belum lagi masalah dari Kerajaan Manusia. Mereka memastikan jika tidak akan ada lagi masalah dari kroco-kroco kecil seperti mereka di masa depan.

"Mungkin," komentar Lili yang aslinya bingung juga.

Sebelum Riri mampu menarik pohon setinggi empat setengah meter itu dari tanah, tangannya segera ditepuk oleh sang ayah. Ren datang dengan menggendong Kiki di lengannya, sementara di belakangnya ada Kaia yang memerintahkan undead milik Ren untuk menanam kembali pohon yang ditarik oleh anak-anaknya.

Dengan suara tawa khas yang sangat disukai Ren, Kaia datang mendekat. Ia telah melihat dari jauh bagaimana anak-anak kecil ini mengelilingi halaman untuk mencari sesuatu. Setiap Riri menarik sebuah pohon, ketiga sisanya akan mendekat dan berjongkok melingkar sembari berpikir dan berdiskusi apakah mereka menemukan sesuatu yang mereka cari. Jika tidak, mereka akan berkeliling lagi untuk mencabut pohon mana yang kira-kira bisa memenuhi rasa penasaran mereka dengan melihat akarnya.

Gigi, Lili, dan Riri yang diketuai oleh Didi lalu berjajar sembari menunduk. Kaia berdiri di depan mereka dan bertanya, "ada apa? Apa yang sedang kalian cari?"

"Ibu." Gigi dan Lili berlari mendekat untuk memeluk kaki Kaia. "Didi ingin makan ubi, kami ingat jika Ibu telah menanam ubi beberapa waktu lalu."

Mendengar penjelasan Gigi, baik Ren dan Kaia segera tertawa terbahak bersama. 'Jadi semua ini hanya karena Didi ingin makan ubi?!' pikir Ren dan Kaia. Mengingat itu kembali, mereka justru kembali terbahak.

Merasa jika sebenarnya orangtuanya tidak marah, Didi dan Riri lalu saling bertukar pandang dan berlari mendekati ayah mereka. Didi memanjat kaki kiri Ren, sedang Riri memanjat kaki kanannya. Didi terus memanjat sampai ia sampai di pundak Ren dan duduk di atasnya, ia sebenarnya lupa jika dirinya bisa terbang. Riri lalu masuk ke dalam pelukan tangan kanan Ren.

"Ayo, biar Ibu tunjukkan yang mana pohon ubi itu."

Semua anak-anak segera turun dari gendongan ayah dan ibu mereka, Kiki lalu bergabung dengan saudara dan saudarinya. Dengan ceria, lima orang anak ayam sedang mengikuti induknya. Pohon ubi tidak terlalu jauh jaraknya dari halaman dimana pohon-pohon besar dicabut paksa. Ekspresi Didi, Gigi, Lili, dan Riri berubah menjadi sangat buruk ketika mereka sadar jika pohon ubi itu ternyata pohon kecil!

Mengingat bagaimana bentuk ubi itu, mereka sama sekali tidak mengira jika pohonnya akan sekecil itu. Maka dari itu, sedari tadi semuanya mencabut pohon besar-besar sebagai bentuk penghargaan mereka mengenai perkiraan dari bagaimana sebenarnya bentuk pohon ubi itu.

KinglessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang