"Jadi, koin yang dialokasikan untuk pembangunan istana akan digunakan untuk membuat makam megah?" tanya Al pada Ren dan Kaia.
Jasad Vernon diletakkan di sebuah peti mati yang indah. Kaia telah merangkai berbagai bunga di sekitar mayatnya dengan bantuan Slora. Tidak lupa pula diberikan mantra agar mayat itu tidak langsung membusuk. Hanya ketika jasad Vernon akan dikebumikan, barulah mantra akan dilepas.
"Ya, pembangunan istana masih bisa dilakukan di lain hari. Aku ingin membuat makam khusus untuk Vernon." Kaia menatap peti mati Vernon sedih.
Ren datang untuk memeluk istrinya. "Lakukan saja seperti apa yang diharapkan oleh Kakak Iparmu. Uang pembangunan akan kami ganti setelah Rumah Lelang telah dibangun."
Al menghela napas pasrah. Ia telah mendengar bagaimana kisah tragis dari seorang Vernon yang begitu baik hati. Hati orang-orang terkadang terlalu hitam sampai ia sendiri tidak berani membayangkan sedalam dan seburuk apa kondisi mereka. "Kak Ren, kau selalu seperti itu. Uang kami adalah uangmu juga. Lagipula penghasilan kita paling banyak dihasilkan dari penjualan hasil panen. Jadi tidak perlu merasa sungkan."
Cass yang memeluk telur Vernon juga mengernyit dalam. "Orang-orang keji. Jika itu aku, aku mungkin sudah meratakan tanah mereka tanpa mempertimbangkan apapun lagi." Ia lalu memeluk telur itu sedikit lebih erat lagi.
Suara dengusan kecil Ren hadiahkan untuk perkataan Cass. "Aku juga menginginkan hal itu. Sayangnya, Kakak Iparmu menahanku."
Kaia terlihat berpikir sebentar sebelum akhirnya menimpali, "Vernon menyukai tempat itu. Demi melindungi tempat itu dan orang-orang yang ada di dalamnya, dia menyerahkan hidupnya sebagai penggantinya. Menghancurkan Desa Phoenix sekarang sama saja jika kita menghancurkan Vernon. Aku ingin mereka sadar betapa pentingnya Vernon di hidup mereka. Biarkan mereka tersiksa karena penyesalan. Orang-orang desa, orangtua Joseph, bahkan Joseph sekali pun. Mereka harus tahu dan mengerti, betapa busuknya seorang Vernio."
Waktu itu, Kaia mengatakan hal yang sama padanya. Ren tidak ingin menghancurkan segel terakhir yang dibuat oleh Vernon dengan nyawanya sendiri.
"Lalu, apa yang akan kita lakukan pada telur ini?" tanya Cass.
Ren dan Kaia menatap satu sama lain. "Vernon meminta kami untuk merawatnya. Maka aku dan Kakak Iparmu akan merawatnya bersama."
Ketujuh bersaudara memberikan senyum tipis. Mereka senang namun tidak ingin terlihat terlalu senang. Biar bagaimanapun, mereka sedang berkabung saat ini. Fakta jika kakak agung dan kakak ipar mereka kini hampir punya 3 anak membuat semuanya senang bukan kepalang.
Pembangunan makam megah dengan kanopi akhirnya dibangun dalam sekejap. Makam dibangun sedikit tinggi dengan bentuk gazebo. Di sekitaran pagar pembatas gazebo ditumbuhi tanaman-tanaman indah yang diambil dari kediaman Slora. Makam digali cukup dalam. Bahkan lukisan wajah Vernon yang sedang tersenyum telah jadi dan dipajang di sudut.
Ren bersama Al dan Ajax mengangkat peti mati dan meletakkannya ke dalam lubang yang telah digali. Mereka kemudian menimbunnya dengan tanah kembali dengan sekop. Semuanya dilakukan secara manual tanpa menggunakan kekuatan mereka. Hal ini hanyalah usaha kecil yang mereka lakukan untuk menghormati jasad Vernon. Setelah prosesi pemakaman selesai, semuanya berdoa yang terbaik untuknya. Aneka kembang wangi ditaburkan di atas gundukan tanah tersebut dengan penuh kata-kata manis.
Setelah pemakaman Vernon, semuanya kembali ke kamar masing-masing. Ren, Kaia, dan Didi tidur tengkurap di atas tempat tidur sembari menatap telur Vernon yang berwarna indah. Mereka terus mengamati telur itu dan bingung ingin melakukan apa.
"Dokter Zlato mengatakan jika telurnya akan membesar sendiri, tapi bahkan setelah beberapa jam, telur ini sama sekali tidak membesar sedikit pun," keluh Ren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingless
AdventureBerparas menawan, tinggi semampai, hingga berbudi luhur. Apalagi yang bisa diharapkan oleh Ren dari sosok Kaia? Bahkan Kaia masih terus mengejarnya dan melindunginya sampai saat terakhirnya. Karma mungkin sedang tertawa padanya, menamparnya dengan f...