Detik berganti menit, menit berganti jam, hingga jam berganti hari, kehidupan di Negara Ruthven masih sangat tenang. Pergerakan bawah tanah apapun terpantau dengan sangat jelas. Kedua saudara Hazel, Brown dan Green Gregory juga berhasil ditemukan. Ren sengaja mengatur agar mereka bisa bertemu secara 'tidak sengaja' seolah-olah takdir memang mempertemukan mereka. Sering kali, Ren menyuruh Hazel untuk keluar istana hingga negara dan mengurus hal-hal remeh. Di saat inilah, bawahannya akan mengatur cara agar Hazel bertemu dengan rekan-rekannya.
Di awal kedatangannya, Brown dan Green sangat iri pada Hazel. Gaji yang dianggap sangat sedikit olehnya ternyata berkali-kali lipat lebih banyak daripada gaji pekerjaan yang dipilih oleh Brown dan Green yang notabene lebih keras daripada dirinya. Hazel digaji dengan emas, sementara Brown dan Green hanya diberi gaji dengan koin tembaga!
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Green penasaran setelah mendengar rencana Hazel.
"Apapun yang terjadi, kita harus mengambil alih negara ini. Hancurkan Ren bersama dengan semua NPC kurang ajarnya itu sehingga kita bisa menikmati semua yang mereka miliki." Hazel menjelaskan dengan sangat berhati-hati. Ia merasa sangat bersemangat saat ini. Lihatlah semua kekayaan yang dimiliki oleh Ren, jika bukan menjadi milik mereka, lalu semua kekayaan ini menjadi milik siapa?
Tidak perlu lagi bekerja pada orang lain, justru banyak orang yang akan bekerja pada mereka. Dan satu hal yang sangat ingin dimiliki oleh Hazel adalah istana Ruthven plus Heaven Garden yang ada di lantai teratas istana. Semuanya diciptakan untuk menjadi miliknya. "Kita temukan waktu yang tepat ketika mereka lengah."
Brown dan Green saling bertatapan sejenak. "Kapan waktu itu?"
"Al selalu mengatakan jika waktu terlemah mereka adalah sehari sebelum purnama datang. Di saat itu, kita akan menyerang mereka. Kumpulkan orang-orang yang sudah kita kontak dan pekerjakan di bawah kita untuk datang di hari itu." Hazel tersenyum miring. "Mari hancurkan Ruthven bersama-sama."
Di sisi lain, ada sebuah pohon rindang tidak jauh dari dimana ketiga bersaudara jahat itu berdiri. Berdirilah dengan tangan terlipat di depan dada, Al yang menatap ketiganya penuh dengan rasa benci. Ia sengaja mengatakan jika waktu terlemah mereka adalah ketika bulan purnama tiba. Faktanya tidak ada hari yang seperti itu. Mereka tetap sama kuatnya tanpa perlu memperhatikan hari apapun. Sambil bersandar pada pohon, Al terus mengamati Hazel, Green, dan Brown dengan seksama.
Kadang kala, bukan hanya Al yang mengawasi mereka, namun bisa saja keenam adiknya yang lain secara bergantian. Tidak ada satu hal kecil pun yang bisa terlewat dari mata masing-masing. Semua rencana busuk yang disusun oleh ketiga bersaudara itu diketahui oleh ketujuh bersaudara. Tidak hanya Al dan adik-adiknya, namun sebagai mastermind dalam semua pengawasan ini—Ren justru merasa sangat lucu. Pada dasarnya, rencana Hazel tidaklah rumit. Hanya karena dulu ia terlalu percaya pada pria itu, makanya ia bisa terjerumus dalam jurang kematiannya sendiri.
Namun kali ini berbeda.
Ren akan menghancurkan ketiganya dengan mudah.
Dan untuk selama-lamanya. Benar kata orang-orang, mata dibayar mata, darah dibayar darah, dan nyawa dibayar nyawa.
"Ayah!" Didi akhirnya marah pada Ren. Ia dari tadi memanggil ayahnya dan bercerita bagaimana ia bereksperimen pada seekor katak kolam yang bermahkota. Kata neneknya, ada sebuah dongeng yang mengatakan jika kita mencium seekor katak maka katak itu akan berubah menjadi pangeran dan kita bisa diajak ke istananya. Hanya saja, Didi terlalu jijik untuk mencium seekor katak maka dari itu ia menyuruh bawahan Ren lainnya yang melakukannya. Tapi dari sekitar 1200an ekor katak bermahkota yang ia temukan, tak satu pun dari katak-katak itu yang berubah menjadi pangeran! Ini aneh!
Didi penasaran di mana letak katak bermahkota yang bisa berubah menjadi pangeran itu berada. Ketika ia bertanya pada neneknya, neneknya hanya tersenyum dan menjawab jika dia juga tidak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingless
AbenteuerBerparas menawan, tinggi semampai, hingga berbudi luhur. Apalagi yang bisa diharapkan oleh Ren dari sosok Kaia? Bahkan Kaia masih terus mengejarnya dan melindunginya sampai saat terakhirnya. Karma mungkin sedang tertawa padanya, menamparnya dengan f...