4. Eviction

2.8K 406 28
                                    

"Kenapa Kakak Ipar? Aku bahkan belum menikah dengan Kakak kalian?"

Jantung Kaia berdebar tak keruan. Berpisah dengan Ren selama 20 hari membuatnya tiba-tiba dilanda rindu berkepanjangan. Ia ingin segera mengisi penuh energinya agar bisa bertemu dengan Ren di Bumi. Ia datang tanpa membawa pelayan kali ini. Terus berlarian dan mencoba menemukan Ren.

Pihak lain juga merasa jika seharusnya jadwal Kaia mengunjungi Bumi adalah hari ini. Ren memutuskan untuk menjemput Kaia di kafe yang ada di kota. Pertama kali melihat Ren, Kaia segera berlari dan melemparkan dirinya masuk ke dalam pelukan Ren.

Tak ingin ditatap oleh begitu banyak pasang mata, Ren membawa Kaia ke daerah tendanya. Ia melanjutkan memeluk Kaia di sana karena yang terakhir belum ingin melepaskan pelukannya. Pelukan itu baru terlepas ketika suara adik-adik Ren mengganggu mereka.

"Apa bedanya memanggilmu Kakak Ipar sekarang dan di masa depan? Bukankah lebih cepat lebih baik? Kita hanya ingin membiasakan diri." Esther berjalan sembari memelintir rambutnya. "Kakak Ipar, kau benar-benar cantik luar biasa. Aku tersihir."

Cass terkekeh. "Tersihir apanya? Kakak Ipar bahkan tidak menggunakan mantra apapun."

"Kakak Ipar, kau bisa tidur di tendaku jika kau mau. Kita bisa bertukar cerita nanti." Jurado adalah yang paling polos dibanding semuanya.

"Kenapa dia harus di tendamu? Lebih baik di tendaku dan kita bisa bertukar hal lain nantinya." Sedangkan yang paling cabul adalah Oz.

Pelipis Ren sedikit berkedut. Sebelum ia sempat mengeluarkan sepatah dua patah kata dengan tangan dan kakinya, Oz cepat-cepat menambahkan, "hanya bercanda, hanya bercanda."

"Jika Kakak Ipar ingin tidur, sangat masuk akal jika dia tidur di tenda Kakak."

Setelah dilanda kebingungan, Kaia kemudian tersadar. "Kenapa kalian tidur di tenda?" tanyanya pada Ren.

"Kami terlalu miskin." Jurado berujar sembari menundukkan kepalanya.

Tidak, sebenarnya mereka tidak miskin. Ren hanya menabung untuk membeli material istananya. "Aku hanya menabung. Aku ingin membangun istanaku."

"Dan untuk melamar Kakak Ipar juga," tambah Jurado secepat angin.

Ren yang mendengar perkataannya hanya menggelengkan kepala.

"Kau . . ." Kaia menatap Ren dengan tatapan penuh keterkejutan. "Kau baru saja bertemu denganku dan ingin melamarku begitu saja?"

Ren menaikkan salah satu alisnya, "apa ada yang salah?"

Kaia membeku di tempatnya, ia segera memeluk leher Ren dan merasa sangat bahagia seolah disirami oleh air berkah tak berkesudahan. "Ren, aku senang."

"Aku akan melamarmu ketika aku mampu memberikanmu sebuah tempat tinggal." Ren membalas pelukan Kaia padanya.

"Aku akan membantu. Ini tidak hanya akan menjadi istanamu, namun menjadi istana kita semua," janji Kaia pada Ren.

Nama Ren dan adik-adiknya mulai dikenal oleh masyarakat banyak. Meski Ren masih setia dengan kartu identitas yang berlevel E, tidak membuat adik-adiknya berbangga hati yang dimana semua kartu identitas mereka telah berubah di level SS. Selama 20 hari Kaia tidak di Bumi, mereka terus mengumpulkan emas dan item sihir. Adapun Ren, ia selalu memungut berbagai bunga yang ia lihat untuk kemudian akan ia berikan pada Kaia jika bertemu.

Kaia sangat suka tanaman.

"Ren, aku tidak bisa membawa semua bunga ini ke Pulau Langit atau mereka hanya akan mati." Kaia menatap semua tanaman yang telah Ren berikan padanya dengan tatapan sedih. Pulau Langit bukanlah habitat yang cocok untuk digunakan menanam.

KinglessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang