Ren dan Kaia hanya terdiam ketika melihat Joseph menangis sembari memeluk tubuh Vernon. Bahkan Kaia yang memeluk telur Vernon begitu kaku dan tidak bisa mengeluarkan kata-kata apapun. Ketika akhirnya tersadar akan keterkejutannya, Ren segera berlari mendekat dan mengecek tubuh Vernon. "Kurang ajar!" teriaknya murka. "Apa yang kau lakukan pada Vernon?!"
Kaia yang akhirnya juga tersadar segera berdiri di belakang sang suami. "Kau pembunuh," gumamnya kecil sembari menggenggam tangan Vernon. "Dia istrimu tapi kau . . . tidak punya hati!"
Dengan air mata yang terus menetes di kedua pipinya, Joseph berteriak frustasi, "hah! Bagaimana bisa aku membunuh istriku?!"
"Jadi selama ini kau sadar jika dia istrimu? Lalu bagaimana perlakuanmu padanya?! Berikan aku contoh dari perilakumu yang menunjukkan jika kau adalah suaminya!" Kaia masih tidak terima jika Vernon benar-benar telah tiada. Bahkan wanita itu tidak bisa melihat anaknya sebelum pergi. Kaia merasakan sakit di hatinya.
Joseph terdiam beberapa saat, air matanya bahkan tidak bisa berhenti menetes. Keributan yang diberikan oleh Joseph pada Ren dan Kaia mengundang beberapa orang yang memang menemani Joseph untuk melihat keadaan istrinya. Ada orangtua, Vernio, dan dua orang pengawal. Mereka menatap kaget ke arah Vernon yang kini telah tidak bernyawa.
"Kakak?" pasti Vernio dengan wajah sedih. "Berikan dia padaku, aku akan memeriksa kondisinya." Vernio berjalan mendekat dan memeriksa kondisi kakaknya. Tidak adanya lagi denyut nadi yang bisa ia rasakan pada lengan dingin itu membuat hatinya sedikit senang.
Kenapa Vernio bisa senang?
Tak seorang pun yang tahu akan alasan di balik itu.
Vernio menggelengkan kepalanya sebagai pertanda jika kakaknya memang tidak tertolong. Kalau pun masih ada sedikit harapan, Vernio tetap mangatakan jika kakaknya tidak akan tertolong. Rasa bencinya pada kakaknya terlalu dalam sampai-sampai ia tidak merasakan rasa kasihan sedikit pun.
Tangisan Joseph semakin pilu. Untuk pertama kalinya ia merasakan sebuah kehilangan. Tapi kenapa? Joseph tidak mengerti. Ia tidak mencintai Vernon, lalu kenapa hatinya bagai disayat tanpa akhir?
Joseph menatap benci pada pelindung yang terpasang melindungi desa. Pelindung itu dipasang dengan bayaran nyawa istrinya. Pelindung yang bersumber dari nyawa seseorang jelas terlihat sangat kokoh seolah tidak seorang pun yang bisa menembusnya. Meski begitu, ia berpikir sedikit aneh pada kedua teman Vernon yang bisa keluar masuk sesuka hatinya melalui segel. Mereka berdua bukanlah phoenix!
Setelah mengatur sedikit perasaannya, Joseph kemudian bangkit. "Berikan dia padaku, kami akan menguburkannya secara layak." Tidak ada yang bisa ia katakan kecuali menerima fakta jika istrinya benar-benar telah tiada.
Langkah kaki Joseph yang lantang tiba-tiba terhenti begitu ada sebuah sabit sepanjang tiga meter terarah ke lehernya. "Apa maksudnya ini?"
"Bukan kau yang akan menguburkannya, tapi kami." Ren memeluk telur Vernon yang diberikan Kaia padanya. Sedangkan istrinya itu mengangkat tubuh Vernon dengan kedua tangannya.
"Aku tidak akan menghancurkan desamu karena Vernon membayar perlindungan tempat ini dengan nyawanya. Aku tidak akan menghancurkan sebuah tempat yang dia berusaha lindungi. Kau beruntung karena Vernon sangat mencintai kampung halamannya," ancam Ren yang masih mengarahkan ujung sabitnya pada leher Joseph.
Berat sabit Ren mungkin bisa menembus hampir seratus kilogram, tapi pria itu mengangkat sabitnya tanpa menggunakan banyak tenaga. Sabit Ren tidak terbuat dari baja biasa, namun material yang 200 kali lebih kuat dari itu, yakni graphene. Bahkan batu yang terpasang di sabitnya adalah batu yang terpadat dan terkuat yang pernah ditemukan di dunianya, intan. Tidak seorang pun yang bisa mengangkat sabit itu dengan mudah kecuali dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingless
AdventureBerparas menawan, tinggi semampai, hingga berbudi luhur. Apalagi yang bisa diharapkan oleh Ren dari sosok Kaia? Bahkan Kaia masih terus mengejarnya dan melindunginya sampai saat terakhirnya. Karma mungkin sedang tertawa padanya, menamparnya dengan f...