47. Netherworld Competition

1.7K 262 124
                                    

"Apa tidak apa-apa meninggalkannya seperti ini?" tanya Kaia khawatir.

"Tidak apa-apa. Kami terbiasa meninggalkan ibu jika sedang mencari makan di hutan atau ke desa." Kiki yang menggandeng tangan kanan Ren segera bersuara.

"Ibu, ramuannya sudah selesai?" tanya Didi pada Kaia yang masih sibuk mencampur sesuatu dengan peralatan portable-nya yang bisa dibawa ke mana-mana.

"Sudah." Kaia mengangkat dua ramuan. Yang satu berwarna merah, sedang yang satu lagi berwarna biru. Kedua ramuan berkelip yang menandakan jika ramuan dalam kondisi terbaiknya. "Yang merah untuk Kiki, sedang yang biru untuk Lili."

Ramuan yang diberikan pada Kiki adalah ramuan untuk menekan pertumbuhannya, Didi ingin agar Kiki menunggunya. Gigi juga ikut-ikutan mendukung Didi, biar bagaimana pun ia dan Didi adalah kakak Kiki—-alasannya, karena mereka diadopsi lebih dulu. Kiki saat ini berusia 5 tahun, sedang Didi dan Gigi masih terjebak di tubuh berusia 2 tahun lebih sedikit mereka. Berbeda dengan Kiki yang pertumbuhannya ditekan, Kaia memberikan ramuan berwarna biru pada Lili. Pertumbuhan Lili terpaksa berhenti karena ia telah menggunakan kekuatannya untuk menyembuhkan Erskine.

Setelah meminum ramuan, Didi, Gigi, dan Lili akan tumbuh bersama sementara Kiki menunggu mereka. Karena Kiki adalah seorang manusia, Kaia punya PR besar agar anaknya itu tidak menua dan meninggalkannya lebih dulu. Kiki harus hidup panjang dan mati setelahnya, bukan sebelumnya.

Kaki Kaia melangkah mendekati Erskine. "Kami pergi, tetaplah di sini."

Erskine hanya melirik Kaia dan kembali menatap langit seperti kebiasaannya.

Dua pria dewasa dan empat anak-anak berjalan dengan santai ke arah desa. Kiki digendong di tangan kanan Ren, sedang Didi digendong di tangan kirinya. Ada pula Gigi yang digendong di tangan kanan Kaia dan Lili di tangan kirinya.

"Child's Mother, kau sedang hamil, aku bisa menggendong mereka semua." Ren mencoba menawarkan dirinya.

Mata kecil Kiki yang mendengar ucapan sang ayah baru segera membelalak lucu. "Ayah, aku bisa berjalan. Turunkan aku dan gendong saja kakak atau adikku."

"Pft." Kaia tertawa kecil. "Gigi dan Lili bukanlah beban yang berat. Mereka bagai kapas untukku. Child's Father, aku lebih kuat dari kelihatannya."

Ren yang paling tahu sekuat apa istrinya. Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Kaia, Ren lalu berjalan dan mengatakan beberapa kalimat penenang untuk Kiki yang khawatir.

Setibanya di Desa Netherworld, Kaia harus mampir ke beberapa penjual ramuan lagi, meninggalkan Ren yang harus menjaga empat buah anaknya. "Empat buah?" Ren sedikit tertawa sendiri dengan pemikirannya. "Empat ekor?" tanyanya lagi pada dirinya sendiri. "Empat biji?" Ren lebih tertawa.

Didi, Gigi, Kiki, dan Lili menatap Ren dengan ekspresi aneh. Belum lagi postur tubuh ayah mereka yang tinggi menjulang membuat keempat anak ini harus mendongakkan kepalanya secara maksimal untuk menatap Ren.

"Ayah!" panggil Didi dengan tangan berkacak pinggang.

"Oh, kenapa kau memanggil ayahmu seperti itu?" Akhirnya Ren berjongkok untuk menatap anak-anaknya lebih dekat.

"Aku ingin beli itu," tunjuk Didi pada sebuah pedagang Harum Manis.

"Mari minta uang pada Ibu." Ren lalu berdiri. Namun baru menegakkan setengah tubuhnya, ia segera mendengar celetukkan Gigi.

"Apa kubilang, Ayah kita miskin!"

Mendengar yang Gigi katakan, Ren segera memikirkan hal ini pelan-pelan. Dirinya memang tidak punya uang. Bahkan setembaga pun, ia tidak punya. Kaia selalu berniat memberikan uang saku juga untuknya, namun selalu ia tolak dengan alasan ia tidak membutuhkannya. Hanya saja, mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh putrinya, membuat Ren sedikit tidak terima. Tangannya terjulur untuk mencubit pipi Gigi tanpa menggunakan kekuatan apapun. "Ayah miskin bukan karena takdir, tapi karena pilihan."

KinglessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang