Melakukan persenggamaan dengan Kaia, Ren belum pernah memikirkannya sama sekali. Namun setelah melakukannya berulang kali selama tiga jam sebelumnya, Ren tidak bisa lupa begitu saja. Hanya ketika ia berniat menunggu Kaia bangun, Monza mencarinya dan memintanya untuk ditemani ke festival kota. Ren ingin menolak, tapi ini mungkin kesempatan yang tepat baginya untuk melepaskan Monza.
Ren telah memutuskan. Seperti janji awalnya, ia akan memilih Kaia pada akhirnya. Monza hanyalah masa lalu. Perasaan cintanya pada Monza memang masih ada, namun ia yakin jika perasaan itu akan hilang seiring berjalannya waktu. Selama Kaia berada di sisinya, semuanya pasti akan jauh lebih mudah.
Suasana dari festival kota sangat ramai. Monza yang takut terpisah dari Ren lalu menggenggam tangan Ren. Hanya sebentar sebelum tangan itu dilepaskan oleh yang terakhir. "Sejujurnya aku sudah menikah, tidak baik bagiku untuk menggenggam tangan orang lain."
"Tapi kau bilang kau akan menikahiku."
Ren tersenyum kecut. "Anggap saja Kristal Naga Hitam itu adalah hadiah permintaan maafku atas kata-kata bodohku yang keluar tanpa dipikirkan secara mendalam."
"Permintaan maaf? Hanya kristal dan itu bisa menjadi kompensasi yang cukup untukku?!"
Benar juga. Monza yang sekarang bukanlah Monza yang sama dengan di kehidupan sebelumnya. Monza yang sekarang belum pernah merasakan sedihnya diperkosa dan keluarganya yang dibantai secara massal. Dia masihlah seorang putri kepala desa manja yang kemauannya harus dituruti. Kenapa Ren bisa melupakan fakta itu dan masih berusaha memenangkan perasaannya pada Monza?
Gadis yang ada di hadapannya bukan Monza yang pernah ia cintai. "Lalu, apa yang kau inginkan dariku?"
"Berikan aku istanamu dan aku akan melepaskanmu." Monza terlihat berpikir. "Kau juga harus memberikanku persembahan berharga setiap hari! Kalau tidak, aku tidak akan memaafkanmu."
Ren semakin tertawa menyedihkan di dalam hatinya. Memilih Monza dibanding Kaia adalah kebodohan yang paling bodoh yang pernah ia pilih sebelumnya. Semakin Monza berbicara, semakin Ren yakin akan perasaannya pada Kaia. "Kau yakin aku tidak bisa membunuhmu sekarang?"
"Apa yang bisa dilakukan oleh seseorang dari level E, ha? Memukulku? Aku bahkan berada di level D! Kau seharusnya mencium kakiku sekarang!"
Ren mengeluarkan sedikit aura yang disegelnya pada Monza. Ia bisa melihat bagaimana mata Monza mulai terbelalak dengan perasaan takut. "Aku hanya mengeluarkan 1% dari auraku. Tidakkah menurutmu kau bisa menggelepar mati jika aku mengeluarkan auraku 100%?"
Dalam sekejap, pikiran Monza kembali berubah. Ren menarik auranya dan siap berjalan pulang. Monza yang tidak ingin kehilangan kesempatan, "tunggu! Kau berjanji ingin menemaniku menikmati festival. Jangan pergi."
Ren menghela napas pasrah. "Jangan menyentuh tanganku."
"Ya!"
Dalam pikirannya, Monza berpikir jika ternyata Ren memang sekuat itu, maka menaklukkan dunia baginya bukanlah sebuah angan-angan. Ia bisa menjadi ratu di istana Ren dan memerintah ketujuh adik Ren yang levelnya jauh di atasnya untuk merebut kekuasaan dari negara-negara di sekitar. Ini adalah kesempatan emas bagi Monza.
Dengan begitu, Monza tidak akan melepaskan Ren.
Bagaimanapun caranya, Monza harus membuat Ren bertekuk lutut padanya.
Setelah ini, ia harus menyingkirkan Kaia agar posisinya bisa lebih terjamin.
Sekembalinya ke penginapan, Ren segera berjalan ke arah kamar Kaia. Ia tidak sabar. Rasa ingin bertemu Kaia semakin membuncah ketika langkah demi langkah kakinya membawanya semakin mendekat di sebuah tempat dimana Kaia menghabiskan waktunya untuk beberapa jam. "Kaia!" panggil Ren yang dihadiahi tujuh pasang mata yang menatapnya telak. "Oh! Al? Kau sudah kembali?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingless
AbenteuerBerparas menawan, tinggi semampai, hingga berbudi luhur. Apalagi yang bisa diharapkan oleh Ren dari sosok Kaia? Bahkan Kaia masih terus mengejarnya dan melindunginya sampai saat terakhirnya. Karma mungkin sedang tertawa padanya, menamparnya dengan f...