Suasana masih pagi, namun 4 mobil mewah segera mengantri untuk masuk ke dalam gerbang. Di depan mobil itu ada dua motor besar yang juga melakukan hal yang sama. Begitu kendaraan-kendaraan itu telah parkir apik di parkiran sekolah, sang pengendara segera keluar satu persatu. Lili menumpang di mobil Gigi. Ketujuh orang-orang ini sudah sangat menarik perhatian orang-orang.
"Jadi siapa yang akan datang sebentar?" tanya Zizi si bungsu pada kakak-kakaknya.
"Tentu saja Ayah dan Ibu, siapa lagi? Ingat, Paman Rin akan keluar negeri hari ini." Didi mengingatkan.
"Kalau begitu, aku akan menjadi siswa yang teladan dan tidak akan berbuat onar."
"Apa maksudmu?" sungut Gigi. "Kalau bukan Ayah dan Ibu yang datang maka kau akan berbuat onar, begitu?"
Zizi hanya tertawa guna menanggapi tuduhan Gigi. "Iya." Ternyata bukan tuduhan, melainkan fakta.
"Bagaimana dengan Paman Al?" tanya Lili sambil lalu.
"Hng?" Kiki bertanya sembari menautkan alisnya. "Kau tidak tahu?"
Lili menggelengkan kepalanya lugu. "Dia pergi bersama Paman Rin. Ayah menyuruhnya untuk menemaninya karena dia takut jika Paman Rin bisa dalam bahaya jika tidak didampingi.
Riri sedikit bedecih. "Yang benar saja." Ia sangat tahu jika ayahnya pasti ingin membantu Paman Al guna mendapatkan hati Paman Rin untuk yang ke sekian ribu kalinya.
Kiki menepuk pundak Riri. "Kau benar, Ri. Paman Al terlalu pengecut sampai-sampai Ayah dan Ibu harus membantunya ribuan kali. Jangankan bantuan Ayah dan Ibu, para paman dan bibi juga sangat berkontrobusi besar."
"Jika rencana Ayah masih gagal. Dengan terpaksa kita harus turun tangan ini." Lili merasa saat ini adalah waktunya bermain detektif-detektifan dengan saudara dan saudarinya.
"Sudah, sudah, ayo masuk. Jangan sampai kita terlambat." Zizi mengingatkan. Ia paling semangat jika sudah ke bagian menjaga imej di depan orangtua.
Hari ini akan diadakan rapat wali siswa untuk membahas perihal iuran siswa. Belum lagi biasa lab dan perpustakaan. Masih banyak lagi hal-hal yang harus dibayarkan. Hebatnya, Ren dan Kaia harus membayar tujuh kali lipat untuk iuran itu. Bukan masalah besar, kalau pun mereka memiliki hal yang harus dibayar, toh mereka bisa meminta pada Paman Rin mereka.
Kekayaan Rin setelah puluhan tahun lamanya bukan main banyaknya. Belum lagi ia menguasai seluruh properti Keluarga Ruthven di sini.
Rin telah memiliki sebuah pesawat jet pribadi dan yacht. Yang belum ia miliki adalah kapal pesiar untuk jaga-jaga jika dirinya memiliki acara kantor sehingga mereka bisa berlibur di atas kapal pesiar tanpa harus meminta jadwal yang antri jika ingin menyewa kapal pesiar.
Meninggalian ketujuh bersaudara yang masih fokus di pelajaran pertama, kegaduhan besar tiba-tiba terjadi. Beberapa siswa dan guru segera melihat keluar jendela dan mengira-ngira apa yang sebenarnya terjadi. Mobil-mobil orangtua siswa mengantri untuk masuk ke dalam gerbang. Halaman sekolah terpaksa harus dijadikan parkiran darurat jikalau parkiran sudah tidak mampu membuat kendaraan yang akan datang hari ini.
Dari sekian banyaknya mobil orangtua yang berniat masuk ke dalam sekolah, ada satu mobil yang sangat mencolok. Meski merek mobil itu berasal dari brand ternama, namun yang membuatnya menjadi pusat perhatian adalah yang mengendarainya. Ada Ren dan Kaia yang menggunakan rayban dengan tampannya.
"Kakak siapa itu?" bisik-bisik teman sekelas anak-anak.
"Kakak, kakak! Mereka adalah Ayah dan Ibuku!" keluh ketujuh-tujuhnya di kelas masing-masing.
"Ibu? Tapi keduanya laki-laki," tolak teman sekelas Zizi.
"Terus kenapa?" tanya Zizi tidak kalah nyolot.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kingless
AventuraBerparas menawan, tinggi semampai, hingga berbudi luhur. Apalagi yang bisa diharapkan oleh Ren dari sosok Kaia? Bahkan Kaia masih terus mengejarnya dan melindunginya sampai saat terakhirnya. Karma mungkin sedang tertawa padanya, menamparnya dengan f...